Inibaru.id – Batik Bakaran! Kali pertama mendengar nama batik tersebut, mungkin kamu bakal langsung menghubungkannya dengan teknik membatiknya yang dibakar, mungkin seperti batik tulis, prin, atau cap. Eits, kamu keliru, karena penamaan ini rupanya berkaitan dengan lokasi pembuatan batik itu.
Konon, Batik Bakaran sudah ada sejak Zaman Majapahit, sekitar abad ke-14. Keberadaan batik ini nggak lepas dari sosok perempuan bernama Nyi Banoewati, abdi dalem yang bertugas membuat seragam prajurit untuk Kerajaan Majapahit.
Suatu ketika, lantaran ketahuan memeluk Islam, dia melarikan diri. Kala itu kondisi Majapahit karut-marut dan perang nggak terhindarkan. Nah, dalam pelarian, Nyi Banoewati tinggal di masjid tanpa mihrab di Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Di tempat tersebut, Nyi Banoewati mengganti namanya menjadi Nyai Ageng Sabirah. Dia yang dikenal piawai membatik pun mulai mengajari warga setempat proses membatik. Dari sinilah Batik Bakaran muncul. Selain dikenal sebagai Nyai Sabirah, warga juga memanggilnya Nyai Bakaran.
Motif-Motif Awal
Kali pertama mengajari batik, motif yang diperkenalkan Nyai Sabirah adalah Sekar Jagad, Padas Gempal, Magel Ati, dan Limaran. Selain itu, dia juga menciptakan satu motif khusus, yakni Gandrung, yang terinspirasi dari pertemuan Nyai Sabirah dengan Joko Pakuwon, sang kekasih.
Hingga kini, sekurangnya ada 22 motif klasik yang telah dipatenkan, yang bercirikan tiga warna utama, yakni hitam, putih, dan cokelat. Sementara, untuk yang lebih kontemporer, mereka juga menciptakan pelbagai motif yang terinspirasi dari flora, fauna, dan wayang, dengan pewarnaan yang lebih mencolok dan variatif.
Motif remekan khas Batik Bakaran (Infobatik)
"Proses Gagal" yang Jadi Ciri Khas
Ciri khas batik bakaran terletak pada remukan . Kalau dilihat berupa garis dan titik tak beraturan, yang membentuk motif abstrak berupa serabut-serabut halus sebagai latar belakang kain. Jika di pembuatan batik lain seperti di Yogya, Solo, dan Pekalongan pecahan ini disebut proses yang gagal, maka bagi Batik Bakaran justru jadi daya pikat utama
Proses pembuatan batik bakaran sendiri secara berurutan terdiri dari: ngirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, nyolet, mbironi, nyogo, dan nglorod. Proses ini dilakukan secara manual lo. Setelah batik siap dipasarkan, biasanya batik akan dijual di beberapa kota di Jawa Tengah hingga kota-kota lain seluruh Indonesia. (MG26)