Inibaru.id – Women in Tourism Indonesia (WTID) adalah platform pertama di Indonesia yang getol mengampanyekan kiprah sekaligus pemberdayaan perempuan secara umum, khususnya di sektor pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya WTIDtalk#3 yang dilakukan bersama dengan Wirta Indonesia.
Digelar Sabtu (28/11/2020) via Zoom dan Youtube Live, WTID Talk edisi ke-3 ini menampilkan Dosen Pariwisata UGM Yogyakarta Wiwik Sushartami, yang merupakan dosen S1 Pariwisata UGM, Ketua Yayasan Sumba Hospitality Foundation Redempta Bato, dan aktivis perempuan Ulfa Kasim.
Acara yang berlangsung dari pukul pukul 08.45 hingga 11.30 WIB itu dimoderatori oleh Tania Nugrahaeni Ayuningtyas, Chairwoman Indonesian Future Leader 2016-2019.

Dalam acara yang dihadiri 250 peserta ini, Dr Wiwik mengawali diskusi dengan melontarkan definisi gender yang kerap keliru di masyarakat. Dia kemudian mengaitkannya dengan perkembangan isu tersebut di dunia kerja, serta mengulas perspektif gender dalam kurikulum pembelajaran pariwisata.
Sementara, Redempta Tete Bato membahas tentang pentingnya pendidikan kesetaraan gender, sekolah vokasi bagi perempuan, dan berbagai masalah yang dihadapinya selama menjadi Ketua Yayasan Sumba Hospitality Foundation di Nusa Tenggara Timur.
Nggak kalah menarik, Ulfa Kasim lebih banyak membahas tentang peran perempuan dalam industri pariwisata. Dia juga menyoal beban kerja para perempuan dalam dunia pariwisata, khususnya di bidang perjalanan wisata, jasa entertainment, food, serta akomodasi.
Kesetaraan Gender di Dunia Kerja

Dalam sesi tanya jawab, obrolan pun mengerucut pada kesetaraan gender dalam dunia kerja. Selain itu, mereka juga bersepakat bahwa pendidikan gender sangatlah penting. Kendati demikian, sebelum membahas kesetaraan, sangat diperlukan adanya identifikasi awal, ada isu gender apa di tempat itu.
Tiap daerah memang memiliki permasalahan perempuan sendiri-sendiri. Nah, inilah kenapa identifikasi awal diperlukan, karena permasalahan perempuan di setiap daerah memang memiliki budaya gender sendiri-sendiri.

Untuk alasan ini, WITDtalk#3 pun memunculkan satu kesimpulan, perlunya adanya dorongan advokasi untuk memulai pemahaman tentang gender yang benar sesuai dengan konteks pada setiap budaya.
Dorongan advokasi ini bisa bermanfaat bagi perkembangan kurikulum dunia pariwisata di Tanah Air, baik unduk bidang akademis, vokasional, hingga industri pariwisata.
Hm, pembahasan yang cukup menarik ya, Millens! Semoga diskusi ini memunculkan pengaruh yang signifikan untuk perkembangan industri pariwisata dan kesetaraan gender di Indonesia! (IB09/E03)