Inibaru.id – Salah satu masalah lingkungan yang masih kerap disepelekan banyak orang di Indonesia adalah plastik. Meski fungsinya banyak, khususnya sebagai wadah, nyatanya plastik nggak bisa terurai di alam. Jika dibuang, plastik berakhir menjadi polusi yang bisa memberikan dampak sangat buruk bagi alam.
Di Indonesia, per data yang diungkap Indonesia Solid Waste Association (Inswa), pada 5 Desember 2023, sampah plastik jadi penyumbang sampah terbesar kedua di Tanah Air dengan jumlah 5,4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total sampah yang dibuang masyarakat per tahun. Kalau merunut data secara internasional, 57 persen sampah di dunia adalah sampah plastik. Banyak banget, bukan?
Sudah banyak penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah sampah plastik yang kali pertama ditemukan pada 1862 ini. Namun, baru sekarang alias lebih dari 150 tahun kemudian, ditemukan plastik yang bisa terurai 100 persen, bukannya pecah menjadi microplastik yang jauh lebih berbahaya.
Peneliti yang menemukan plastik jenis ramah lingkungan ini berasal dari University of California, San Diego, Amerika Serikat yang bekerja sama dengan perusahaan bernama Algenesis. Menurut para peneliti, mereka telah berhasil membuat plastik dengan bahan polimer polyurethane dari bahan alami alga yang diklaim bisa terurai dengan mudah oleh alam.
“Kali pertama kami melakukan percobaan ini adalah dengan mengajukan pertanyaan ‘bagaimana kita bisa memastikan kalau plastik ini nggak akan berubah jadi mikroplastik saja nantinya',” ungkap Profesor Skip Pomeroy dari Departemen Kimia dan Biokimia kampus tersebut sebagaimana dinukil dari ABCNews, (11/5/2024).
Pada akhirnya, para peneliti menemukan bahwa ada bakteri penghancur yang bisa hidup dengan baik di plastik yang terbuat dari bahan polyurethane. Dengan berbekal pengetahuan inilah, mereka kemudian mengembangkan plastik tersebut.
“Dulu kami kira bakal membutuhkan sejumlah jenis mikroba untuk menghancurkan bahan-bahan plastik. Tapi ternyata ada satu jenis bakteri yang bisa hidup dan menghancurkan bahan plastik yang satu ini. Akhirnya kami yakin, plastik yang kami buat bisa terurai hingga habis di alam,” lanjut peneliti lainnya, Michael Burkatt.
Jadi, bakteri ini mengira material plastik yang dibuat para peneliti nggak jauh beda dengan kayu atau dedaunan yang ada di alam. Oleh karena itulah, plastik dari bahan alga ini bakal dengan mudah diurai dalam waktu cepat.
“Dalam 200 hari saja, 97 persen dari plastik sudah terurai,” klaim Burkatt.
Sayangnya, masih ada satu masalah yang belum terselesaikan dalam hal produksi plastik ramah lingkungan ini, yaitu biaya untuk memproduksinya secara massal. Soalnya, jumlah alga untuk memroduksi plastik ini nggak banyak.
Tapi, para peneliti yakin jika di masa depan, produksi alga bisa saja ditingkatkan di banyak tempat. Peneliti juga masih mencari kemungkinan ada bahan dari tanaman lain yang bisa dipakai untuk membuat plastik yang bisa terurai 100 persen lainnya.
Semoga saja plastik ramah lingkungan ini bisa benar-benar segera diproduksi secara massal ya, Millens! (Arie Widodo/E10)