Inibaru.id – Layanan menonton film secara digital kini cenderung lebih variatif. Biaya berlangganannya juga terjangkau. Namun, ini nggak lantas membuat bioskop mati, karena bagi sebagian orang, nonton di bioskop adalah pengalaman seru yang nggak mungkin diperoleh dengan streaming via platform digital.
Yap, dengan ruangan yang megah, layar super-lebar, dan suara menggelegar, menonton di bioskop tentu menjadi pengalaman yang jauh berbeda dari sekadar streaming via ponsel. Selain itu, nonton di bioskop juga bisa dilakukan bareng-bareng. Oya, kamu suka milih tempat duduk di deret mana, nih?
Eh, memilih tempat duduk di bioskop juga menjadi keseruan tersendiri, lo! Yang nggak suka terlalu dekat dengan layar, mereka biasanya bakal milih huruf awal seperti A, B, atau C; sedangkan yang pengin merasakan sensasi nonton dari dekat bisa memilih huruf paling akhir.
Sedikit informasi, deret kursi di bioskop umumnya memang disusun alfabetis dengan huruf A menjadi yang paling jauh dari layar. Beberapa bioskop nggak jarang hanya sampai deret K, tapi ada pula yang mencapai Z. Namun, tahukah kamu bahwa nggak ada abjad I dan O di antara deret alfabetis itu?
Huruf 'Terlarang' di Bioskop
Nomor kursi yang tertera di tiket bioskop biasanya merupakan kombinasi antara huruf dan angka. Huruf menunjukkan deret, sedangkan angka menunjukkan nomor kursi. Nah, dalam penamaan ini, abjad I dan O adalah dua huruf "terlarang" yang nggak bakal tertera di tiket bioskop.
Setelah melewati deret kursi H, abjad akan langsung melompat ke huruf J. Setali tiga uang, deret selepas N juga akan langsung melompat ke P. Kenapa bisa demikian?
Berbeda dengan angka 4 dan 13 yang dihindari di Jepang dan Tiongkok lantaran dipercaya membawa kesialan, menghilangkan huruf I dan O di bioskop nggak ada hubungannya dengan klenik, kok. Keduanya dihilangkan karena berpotensi dibaca sebagai abjad lain.
Huruf I dianggap mirip angka 1 atau abjad l (L kecil), sedangkan O seperti 0 (nol) atau huruf D. Nah, karena nomor tiket adalah kombinasi huruf dan angka semisal B17, C9, atau 10, akan merepotkan jika huruf I dan O masih dicantumkan, misalnya seperti ini: I10 atau O10.
Nggak Hanya Kursi Bioskop
Kebijakan untuk meniadakan huruf I dan O sejatinya nggak hanya berlaku untuk penamaan kursi bioskop. Hal serupa juga berlaku untuk sejumlah maskapai penerbangan di dalam dan luar negeri, termasuk Garuda Indonesia.
Sudah sejak lama Garuda Indonesia nggak mencetak tiket dengan huruf I karena alasan yang sama dengan penamaan kursi bioskop. Kebijakan ini dikeluarkan untuk mencegah para penumpang mengalami kebingungan saat berupaya mencari tempat duduk mereka.
Kendati begitu, nggak semua maskapai penerbangan mengeluarkan kebijakan ini. Alih-alih menghilangkan huruf O, sejumlah perusahaan mengakalinya dengan memilih memakai simbol Ø atau slashed zero untuk angka nol agar berbeda dengan huruf O.
Daripada menimbulkan kerancuan, meniadakan huruf I dan O pada nomor tiket kursi bioskop dan maskapai penerbangan memang menjadi jalan keluar yang tepat sih. Sepakat, Millens? (Arie Widodo/E03)