inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Gas Elpiji di Pengecer Kosong, Warga Sumowono: Kembali ke Tungku Kayu!
Senin, 3 Feb 2025 09:10
Penulis:
Bagikan:
Ilustrasi: Tabung gas elpiji 3 kg semakin sulit dicari. (X/MHilmi_Setiawan)

Ilustrasi: Tabung gas elpiji 3 kg semakin sulit dicari. (X/MHilmi_Setiawan)

Keputusan pemerintah melarang pengecer menjual tabung gas elpiji 3 kg mulai membuat masyarakat desa panik, bahkan di antaranya ada yang berpikir untuk kembali ke tungku kayu.

Inibaru.id – Hujan deras turun sejak Subuh dan kabut tebal masih menyelimuti Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (2/1/2025) pagi, tapi Yani mau nggak mau harus menembusnya. Kompor di rumahnya sudah nggak lagi bisa mengepul.

Bersepeda motor, dia mulai mencari dari warung ke warung. Dua tabung gas melon kosong disandangnya. Dimulai dari warung-warung langganannya, lalu beralih ke warung lain yang lebh jauh. Namun, hasilnya nihil.

Memang sudah sejak beberapa pekan terakhir gas elpiji berukuran 3 kilogram raib di sejumlah tempat langganannya. Beberapa orang di desanya juga mengeluhkan kesulitan yang sama. Menurutnya, kelangkaan itu kian terasa setelah ada informasi bahwa pemerintah melarang pengecer menjual gas melon.

"Sudah beberapa minggu ini langka. Belakangan ini bahkan jauh lebih sulit dicari. Semua warung yang saya datangi selalu bertuliskan 'gas kosong'," keluhnya, Minggu (2/2/2025).

Pengecer Belum Tahu

Sebelumnya, Yani terbiasa membeli gas melon di warung dekat rumahnya. Meski harganya lebih mahal dari warung retail di pusat kota kecamatan, dia mengaku nggak masalah. Yang penting dekat dan kompor di dapurnya cepat menyala untuk dipakai memasak sehari-hari.

Namun, jangankan di warung kecil di dekat rumahnya, datang ke warung retail yang lebih besar di pusat kota kecamatan pun hasilnya sama: kosong! Yani curiga, kelangkaan gas melon ini juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk melarang pengecer menjualnya.

“Tapi, mereka (pengecer) juga nggak tahu soal larangan menjual gas elpiji ini. Mereka bilang, gas bakal dipasok tiap Selasa seperti sebelumnya. Namun, belakangan stoknya selalu habis,” akunya.

Hal itu dibenarkan Desi, seorang pemilik warung dekat rumah Yani. Sudah lebih dari seminggu nggak ada pasokan gas melon. Alasannya sama, yakni stok gas elpiji kosong.

“Kami menyediakan gas untuk para tetangga tetangga yang nggak bisa mencari sampai ke pusat kecamatan. Ya, para pelanggan ini terus-menerus tanya, kapan stok tabung gasnya ada lagi. Kami pun bingung, nggak punya jawaban,” ungkapnya.

Mencari ke SPBU

IlustrasI: Sejumlah warga ada yang sampai pergi ke SPBU untuk mencari tabung gas yang semakin sulit didapatkan. (Radarsitubondo/Humaidi)
IlustrasI: Sejumlah warga ada yang sampai pergi ke SPBU untuk mencari tabung gas yang semakin sulit didapatkan. (Radarsitubondo/Humaidi)

Di tengah kepanikan karena belum juga mendapatkan gas elpiji, Yani kemudian memtuskan untuk mendatangi SPBU terdekat yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari rumahnya. Tempat itu kemudian diketahuinya juga menjadi pangkalan gas Pertamina sehingga menyediakan tabung gas melon.

"Dari dua tabung kosong, hanya cuma yang bisa saya tukar," tuturnya, dengan raut muka sedikit lega.

Sebelum datang, Yani mengaku sudah mempersiapkan KTP dan fotokopi KK jika diperlukan. Namun, yang dibutuhkan malah aplikasi MyPertamina. Dia diminta menginstal aplikasi dan melakukan registrasi, tapi gagal.

"Saya kesulitan registrasi. Beruntung bisa pakai akun petugas, tapi cuma diperbolehkan beli satu tabung gas,” ucapnya.

Kembali Memakai Kayu Bakar

Nggak semua warga Sumowono seulet Yani yang mempunyai mobilitas tinggi. Di desa yang berlokasi di lereng Gunung Ungaran itu, sepeda motor menjadi moda darat paling memungkinkan, karena kontur tanahnya naik turun.

Para lansia yang sudah nggak kuat berjalan atau mengendarai sepeda motor tentu nggak akan bisa menjangkau SPBU atau mencari ke tempat yang lebih jauh. Alhasil, memereka pun mencari alternatif sumber energi lain, misalnya kembali menggunakan tungku kayu bakar.

Inilah yang belakangan terbesit di benak Siti Chasanah. Sebelum beralih ke kompor gas, sebagian besar warga Sumowono memang memakai tungku kayu bakar. Dia masih memilikinya di dapur. Bahkan, tumpukan kayu untuk menyalakan api pun masih ada.

“Kalau makin sulit mencari tabung gas, saya masih bisa memakai tungku (kayu bakar) untuk memasak. Cuman, ya jadi repot karena asapnya bikin nggak nyaman,” terangnya, Minggu (2/2).

Yap, semoga saja ada solusi bagi warga desa, khususnya yang ada di wilayah yang perlu upaya lebih besar untuk menjangkau pangkalan gas elpiji resmi Pertamina seperti di Sumowono ini. Mereka yang harusnya dapat subsidi tabung gas melon, bukan? (Arie Widodo/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved