Inibaru.id - Banjir di Kabupaten Demak bukan sekadar cuaca ekstrem dan tanggul jebol. Ada setumpuk masalah mulai dari sedimentasi sungai hingga alih fungsi lahan dari daerah hulu yang menanti perbaikkan.
Ya, daerah yang dijuluki Kota Wali itu nyaris tenggelam lantaran 11 dari 14 kecamatan di Kabupaten Demak teredam banjir sejak Rabu (13/3/2024). Aktivitas perekonomian di Jalan Pantura Demak-Kudus pun lumpuh.
"Kota kami sudah tenggelam, lebih dari 90 desa terdampak. Harapan satu-satunya, kami sangat bergantung penutupan tanggul yang jebol dapat selesai dengan baik," kata Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Agus Nugroho belum lama ini.
Agus, sapaan akrabnya, mengakui cuaca ekstrem bukan satu-satunya penyebab banjir. Ada yang salah dalam tata ruang di daerah hulu sehingga Kabupaten Demak kena imbasnya.
Jika tata ruang daerah hulu sebagai wilayah tangkapan air berfungsi dengan baik, maka bencana banjir di daerah hilir tidak akan terjadi separah ini.
"Kerusakkan alam di daerah atas, alih fungsi lahan, menyebabkan DAS dan sungai kita rusak. Harapan kita, yang punya kewenangan mengedukasi masyarakat. Jangan sampai dampak negatifnya itu justru dibebankan ke Demak," tuturnya.
Menurutnya, banjir di bulan Maret ini tercatat sebagai peristiwa paling parah. Sebelumnya 32 tahun silam Kabupaten Demak juga pernah dilanda banjir. Tapi tak separah sekarang ini.
"Jadi wilayah kita (Demak) ini berada di bawah Salatiga, Ungaran, Grobogan, Boyolali, Blora," ucapnya. "Penebangan hutan, pembuatan villa atau hotel di daerah atas juga dampaknya ke kita."
Jadi Perhatian Pemerintah Pusat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut meninjau lokasi banjir bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Jumat (22/3/2024) pagi.
Jokowi juga membeberkan penyebab banjir di Kabupaten Demak bukan semata-mata cuaca ekstrem. Melainkan, karena kombinasi beberapa faktor seperti sedimentasi sungai dan alih fungsi lahan.
"Ini memang hujannya sangat ekstrem, karena hujan ekstrem itu 150 milimeter. Yang di sini (Demak) sudah 238 milimeter. Sangat ekstrem sekali sehingga tanggul yang ada tidak muat dan menggerus dan jebol tanggulnya," kata Jokowi dalam keterangan resminya.
Dilanjutkan Jokowi, pembalakkan liar dan alih fungsi lahan memang jadi problem sedimentasi dan ketidakmampuan hulu menyerap air hujan. Dua problem besar itu harus dicegah agar bencana banjir tidak semakin meluas.
"Semua waduk, semua sungai, itu problemnya selalu sedimentasi. Kenapa itu terjadi? Karena juga tidak dihambat di hulunya, tanaman banyak yang ditebang. Problemnya semua di situ. Kalau enggak terjadi banjir bandang, ya banjir," terangnya.
Sedangkan untuk solusi dan penanganan jangka panjang, Pemerintah pusat akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah sekitar Kabupaten Demak untuk merevitalisasi tata ruang dan lingkungan hidup.
"Penanam kembali, penghutanan kembali, alih fungsi lahan harus distop!" tandasnya.
Peristiwa banjir yang menyerang Demak cukuplah terjadi untuk saat ini saja. Semoga hal itu cukup membuat semua pihak instrospeksi dan segera mencari jalan keluar agar Kota Wali nggak lagi banjir. (Fitroh Nurikhsan/E10)