inibaru indonesia logo
Beranda
Pasar Kreatif
Pensiun Dini, Konsep Utopis yang Dianggap Egois; Benarkah?
Rabu, 2 Apr 2025 09:01
Bagikan:
Ilustrasi: Apakah keinginan untuk pensiun dini masih dianggap konsep yang utopis dan egois? (Unsplash/Josue Michel)

Ilustrasi: Apakah keinginan untuk pensiun dini masih dianggap konsep yang utopis dan egois? (Unsplash/Josue Michel)

Nggak sedikit anak muda yang kini menerapkan konsep 'utopis' FIRE dengan bekerja gila-gilaan, berinvestasi besar-besaran, dan hidup super-frugal untuk mencapai kebebasan finansial, lalu pensiun dini. Ada yang bilang, konsep ini egois. Benarkah?

Inibaru.id - Afrizal sebetulnya sudah jengah dengan rutinitas hariannya sebagai kepala site di sebuah perusahaan batu bara swasta di Kalimantan. Berkali-kali pengin resign, tapi selalu diurungkannya lantaran dia merasa neraca keuangannya belum aman.

"Sekarang aku sedang fokus nabung dan investasi biar bisa pensiun dini," terang lelaki 39 tahun yang mengaku tengah berinvestasi cukup besar untuk mendirikan sebuah minimarket di kampung halamannya tersebut, Jumat (14/3/2025).

Untuk mewujudkan mimpinya itu, dia nggak segan hidup frugal, hanya bertahan dengan biaya hidup minimalis, sampai-sampai diejek teman-temannya lantaran nggak pernah nongkrong sebagaimana kebanyakan anak muda.

"Ah, biasa (diejek)," terangnya. "Sejak kuliah di Solo sudah begitu. Oportunis. Kalau nggak kerja sampingan pasti lagi ikut proyek dosen. Duitnya aku tabung atau investasi; buat beli emas, obligasi."

Berkenalan dengan FIRE

Keinginan Afrizal untuk mencapai kebebasan finansial memang bisa dibilang luar biasa, bahkan cenderung "gila". Meski nggak begitu paham tentang gerakan Financial Independence, Retire Early (FIRE), dia mengamini semangat dari gerakan yang mendorong orang untuk bebas finansial secepat mungkin itu.

"Mungkin sekarang aku termasuk penganut FIRE. Garis besarnya sama, meski aku nggak terlalu paham. Inti dari gerakan itu kalau nggak salah kan kita hidup dari pasive income; semacam uang yang bekerja untuk kita begitu kan?" akunya.

Untuk yang belum tahu, FIRE adalah gerakan yang bersumber dari buku Your Money or Your Life (1992) yang ditulis Vicki Robin dan Joe Dominguez. Mereka memperkenalkan gagasan bahwa uang harus dilihat sebagai representasi waktu dan energi yang dihabiskan untuk memperolehnya. Seseorang harus mengelola keuangan dengan bijak untuk mencapai kebebasan finansial.

Gerakan ini mendapatkan popularitas lebih luas setelah kemunculan blog Mr Money Mustache bikinan Peter Adeney, seorang ahli perangkat lunak yang pensiun pada usia 30 tahun dengan menerapkan prinsip-prinsip FIRE. Blog ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang ingin mengikuti jejaknya.

Prinsip Gerakan FIRE

Ilustrasi: Dengan mencapai kebebasan finansial sedini mungkin, seseorang bisa mewujudkan keinginan untuk pensiun lebih awal. (Unsplash/Esther Tuttle)
Ilustrasi: Dengan mencapai kebebasan finansial sedini mungkin, seseorang bisa mewujudkan keinginan untuk pensiun lebih awal. (Unsplash/Esther Tuttle)

Untuk mencapai kebebasan finansial sedini mungkin agar bisa pensiun lebih awal, para penganut FIRE menekankan pada pengelolaan keuangan yang disiplin, termasuk menabung secara agresif dan investasi yang jeli dan gaya hidup sederhana.

Sekurangnya ada empat prinsip dasar yang biasa digunakan para penganut gerakan FIRE, antara lain:

1. Menabung dengan agresif

Para pengikut FIRE biasanya menabung 50-70 persen dari pendapatan mereka dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan kekayaan.

2. Mengurangi gaya hidup konsumtif

Gerakan FIRE menekankan hidup sederhana dan hemat untuk menghindari pengeluaran yang nggak perlu.

3. Investasi jangka panjang

Dana yang dikumpulkan diinvestasikan dalam aset seperti saham, obligasi, dan properti agar menghasilkan pendapatan pasif.

4. Menghitung Safe Withdrawal Rate

Prinsip ini sering menggunakan aturan 4 persen, yang menyatakan bahwa seseorang dapat menarik 4 persen dari total portofolio investasinya setiap tahun untuk biaya hidup tanpa khawatir kehabisan dana.

Egois dalam Konteks Sosial

Dari segi konsep, gerakan FIRE begitu relate dengan kehidupan masyarakat milenial dan zilenial saat ini. Di tengah buruknya managemen perusahaan di Indonesia, termasuk beleid dan kebijakan yang terkesan nggak memihak para pekerja, gerakan "pensiun dini" ini tentu begitu berarti.

Dengan bebas secara finansial dalam usia yang masih relatif muda, mereka bisa lebih menikmati hidup atau mengejar passion yang mungkin nggak pernah kesampaian selama berstatus karyawan, buruh, pegawai, atau pekerja.

Namun, tetap saja konsep ini mendapatkan perlawanan. Dalam konteks sosial, nggak sedikit orang yang mengkritik bahwa penganut gerakan FIRE adalah orang-orang yang egois. Karena selalu terlihat fokus pada upaya menumpuk kekayaan, mereka acap dicap mengabaikan kontribusi terhadap masyarakat.

Di Indonesia, salah satu kritik datang dari Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja. Menurutnya, FIRE adalah sikap yang selfish, padahal orang Indonesia seharusnya bisa hidup saling membantu.

“Kalau mau financial independen, saya dari dulu sudah independen; nikmati saja dari bunga, dari SBN sudah cukup begitu kan?” ujarnya dalam Emiten Talk BCA akhir Februari lalu. "Tapi, saya nggak mau gitu. Saya mencontoh pengusaha-pengusaha besar yang terus berbisnis untuk buka lapangan kerja lebih banyak."

Memensiunkan Tuntutan Kerja

Apa yang dikatakan Jahja memang nggak salah. Lelaki yang memiliki puluhan juta saham di BCA, yang jika diuangkan bernilai ratusan miliar Rupiah itu menilai, saat ini Indonesia sangat membutuhkan lapangan kerja untuk meningkatkan daya beli. Pendapatan kotor (PDB) per kapita masyarakat Indonesia juga rendah.

“Kalau sudah merasa independen (secara finansial), Anda bukannya retire, tapi berusaha terus, coba hire orang, kasih makan orang,” tegasnya. "Saat itulah Anda disebut nasionalis."

Menanggapi kritik yang acap dilontarkan kepada para penganut FIRE, Firman Ardiansyah yang sudah setahun terakhir menerapkan prinsip tersebut hanya tertawa. Menurutnya, pensiun dini bukan berarti dirinya berhenti bekerja, tapi memensiunkan tuntutan pekerjaan itu.

"Tanpa tekanan finansial, saya akan bebas memilih apa yang ingin saya kerjakan. Bekerja juga bukan demi uang, tapi memang mau melakukannya. Entah bikin usaha sendiri, menjadi sukarelawan, atau menekuni kesenian yang saya idam-idamkan sejak dulu," terang pialang saham asal Semarang tersebut, Jumat (21/3).

Jadi, apakah penganut prinsip FIRE bisa dianggap egois? Entahlah. Semuanya kembali pada sudut pandang dan bagaimana kita menjalankannya, bukan? Boleh bebas, yang penting bertanggung jawab. Sepakat? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved