inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Sosok Lansia pada IWD 2023 Semarang, Penyintas KDRT yang Masih Merasa Trauma
Selasa, 14 Mar 2023 18:10
Penulis:
Fitroh Nurikhsan
Fitroh Nurikhsan
Bagikan:
Sosok Listyo korban KDRT yang mengalami trauma sampai detik ini. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sosok Listyo korban KDRT yang mengalami trauma sampai detik ini. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Listyo, sosok lansia pada perayaan International Women's Day (IWD) 2023 di Semarang yang mengaku sebagai penyintas KDRT ini nggak pernah absen mengikuti event tahunan itu untuk menyuarakan hak-hak perempuan.

Inibaru.id - Terik matahari membuat Listyo terduduk di selasar Jalan Pahlawan Kota Semarang. Setelah sejenak memberi jeda, perempuan bertongkat itu kembali berdiri, bergabung dengan barisan peserta aksi International Women's Day (IWD) 2023 di Kantor Gubernur Jateng.

Bukan kali itu saja perempuan paruh baya yang tinggal di Kecamatan Candisari, Kota Semarang ini turut serta dalam aksi yang jatuh tiap 8 Maret tersebut. Hampir tiap tahun dia mengikutinya, dengan tujuan memberi dukungan serta menyuarakan ketidakadilan yang dialami kaum perempuan.

Listyo adalah penyintas Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya. Dia mengaku bertahun-tahun bertahan dari trauma sendirian; tanpa sedikit pun dapat bantuan dari pemerintah, baik untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari atau penyembuhan trauma.

Pemerintah yang abai inilah yang menggerakkan Listyo untuk turun ke jalan. Meski kondisi tubuhnya telah jauh menurun lantaran digerogoti usia, semangat perempuan berjilbab itu tampak nggak surut. Dia selalu terlihat menjadi bagian dari barisan aksi IWD.

"Saya berdiri untuk kaum perempuan yang masih dianiaya dan didiskriminasi," tegasnya. "Saya pun belum mendapatkan keadilan."

Sempat Alami Gangguan Jiwa

SG Sekartaji memperagakan teatrikal yang menggambarkan kondisi perempuan yang sering mendapat tindak kekerasan. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
SG Sekartaji memperagakan teatrikal yang menggambarkan kondisi perempuan yang sering mendapat tindak kekerasan. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Saat bercerita tentang tindak KDRT yang dialaminya, air mata Listyo seketika jatuh berurai, mengenang perlakuan nggak manusiawi dari orang yang pernah dicintainya. Dia mengaku nggak pernah menyangka suaminya adalah sosok ringan tangan yang kerap memukuli tubuhnya.

"Kalau teringat, saya masih sering nangis; Kenapa saya dipukul dan rambut saya digunduli?" tanya Listyo, retoris. "Kejadian itu sudah 22 tahun lalu, tapi rasa sakit dan trauma saya belum sembuh sampai sekarang. Terus terngiang."

Listyo menambahkan, titik terendah dalam hidupnya akibat KDRT adalah saat dia dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Amino Gondohutomo, Pedurungan, Kota Semarang, karena sebelumnya kedapatan berjalan kaki seorang diri dengan tatapan kosong.

"Waktu itu nggak tahu apa yang saya lakukan. Saya jalan terus, nggak tau mau ke mana," kenang perempuan lima anak tersebut.

Dia mengaku beruntung bisa sembuh dari gangguan jiwa. Begitu dinyatakan sehat, Listyo mulai bangkit dan kembali menata hidupnya karena sadar memiliki anak-anak yang harus dibesarkan. Untuk menyambung hidup, dia pun berjualan aneka jajanan pasar.

"Mulai jam sembilan malam biasanya saya mulai membuat kue seperti donat, pia, risoles, dan martabak; lalu saya titipkan ke pasar," kata dia.

Suarakan Isu KDRT

Peserta aksi IWD 2023 Semarang menuntut perwakilan rakyat untuk segera mengesahkan RUU PPRT. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Peserta aksi IWD 2023 Semarang menuntut perwakilan rakyat untuk segera mengesahkan RUU PPRT. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Dari pengalaman yang menimpanya, Listyo berharap kekerasan di lingkungan keluarga bisa terus direduksi negara, bahkan dicegah. Inilah yang menjadi alasan terbesar dia mengikuti aksi yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB tersebut.

"Semoga nggak ada lagi perempuan yang mendapat pengalaman pahit seperti saya," harapnya lirih.

Pada perayaan IWD 2023 di Semarang, KDRT menjadi salah satu isu yang kembali diangkat para peserta aksi; salah satunya dengan menampilkan teatrikal yang dimainkan perwakilan dari Legal Resources Center (LRC) KJHAM dan Support Group (SG) Sekartaji.

Aksi teatrikal dipertontonkan nggak lama setelah para peserta melakukan aksi diam dengan membelakangi kantor gubernur yang acap disebut Gedung Berlian tersebut. Aksi diam mereka lakukan sebagai bentuk protes karena tuntutan yang mereka layangkan belum juga ditanggapi pemerintah.

Nggak lama setelah aksi teatrikal, para peserta pun mulai berorasi sembari menyampaikan tuntutan yang mereka bawa. Koordinator Aksi IWD 2023 Semarang Salsabila Dian mengungkapkan, secara garis besar ada sembilan tuntutan yang mereka ajukan, salah satunya RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT).

"RUU ini sudah mangkrak 19 tahun, padahal sangat dibutuhkan. Selama ini asisten rumah tangga (ART) tidak pernah dianggap sebagai pekerjaan formal dan tidak ada ketentuan yang jelas terkait upah yang layak dan nggak punya hak cuti; terancam mengalami kekerasan dan eksploitasi," tegasnya.

Yakinlah, ada banyak Listyo di negeri ini. Ada yang sudah menjadi penyintas, tapi jauh lebih banyak yang masih berada dalam belenggu KDRT. Untuk itulah negara perlu hadir untuk melindungi para korban, salah satunya melalui peraturan dan perundangan. (Fitroh Nurikhsan/E03)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved