Inibaru.id - Bisa main skateboard keren sih, tapi kamu harus tahu kalau butuh nyali besar untuk memainkannya. Olahraga ini memadukan papan seluncur dengan roda. Nggak semua orang bisa melakukannya dan memang akan butuh keahlian khusus agar benar-benar bisa.
Meski tergolong permainan ekstrem, permainan yang masuk ke Indonesia tahun 80-an ini semakin berkembang. Perkembangan itu meliputi animo penggunanya maupun industri yang mendukung. Lantas bagaimana geliat skateboard di Kota Semarang?
Skateboarder di Kota Semarang terkumpul dalam sebuah komunitas yang bernama Ikatan Skateboard Semarang (ISS). Berdiri 10/12/2010 lalu, komunitas ini juga sudah banyak menyedot banyak animo pencinta skateboard. Sekira 200 skateboarder sudah menjadi anggota ISS, lo.
Dulunya, ISS rutin berkegiatan di arena skateboard di Taman Menteri Supeno, Kota Semarang. Namun semenjak dipugar, mereka pindah ke lapangan Simpang Lima, arena skateboard Tri Lomba Juang (TLJ), maupun di jalan lain seperti sepanjang trotoar Jalan Pahlawan.
Yoki Alfikar, selaku ketua ISS membeberkan, sejauh ini pencinta skateboard semakin meningkat. “Semakin baik lah minat masyarakat pada skateboard ini, nggak pernah surut. Mulai dari orang tua, remaja bahkan anak-anak memiliki animo yang sama pada skateboard ini,” tuturnya, Jumat (21/6).
Meski tergolong olahraga ekstrem, namun banyak juga yang berminat bermain skateboard. (Inibaru.id/ Audrian F)
Keluhan Prasarana
Animo tinggi dari pencinta skateboard Semarang ini sayangnya nggak diikuti dengan sokongan dari pemerintah. Meskipun sudah ada arena untuk bermain skateboard di Tri Lomba Juang(TLJ), namun hal tersebut dirasa masih belum memadai.
“Arena yang di TLJ itu nggak sesuai standart. Nggak harus standart lah, cuma memang dalam membuat arena skateboard itu nggak bisa sembarangan. Kalau cuma membuat begitu saja, nggak lama lagi nanti akan rusak,” kata Lintang Nares salah seorang anggota ISS.
“Akhirnya kami nggak bisa maksimal dalam menggunakannya. Otomatis kami memilih tempat lain seperti lapangan Simpang Lima atau trotoar-trotoar,” sambungnya.
Senada dengan Lintang, Yoki pun juga menambahkan kalau antusiasme ini perlu lebih didukung lagi. “Ini kan kegiatan yang positif bagi anak muda yang serba masih riskan untuk melenceng ke jalan yang salah. Sarana jelas sungguh berperan sih,” jelasnya.
Sayang juga ya, Millens, kalau kegiatan positif ini nggak didukung oleh fasilitas yang memadai. (Audrian F/E05)