Inibaru.id - Sejak merantau ke Dubai pada 2022, sudah dua kali lebaran Inayati nggak pulang ke Indonesia. Bahkan, saat tahun lalu ayahnya meninggal, perempuan yang saat ini bekerja di bagian promosi dan kepuasan pelanggan sebuah waralaba makanan cepat saji global itu belum sempat pulang.
"Tentu saja aku pengin pulang. Tapi, sepertinya tahun ini belum bisa," tulisnya singkat via DM Instagram, pertengahan Maret lalu.
Baca Juga:
Mengenalkan Konsep Idulfitri pada AnakDia nggak menjelaskan lebih banyak alasan dirinya nggak bisa pulang selain pekerjaannya yang memang masih menumpuk, khususnya saat lebaran tiba. Untuk saat ini, bentuk silaturahmi yang bisa dilakukannya hanyalah via online, biasanya lewat panggilan video.
"Aku nggak tahu cara itu (panggilan video) cukup sudah cukup bagi mereka yang di rumah enggak. Tapi, mau gimana lagi?" keluhnya. "Beruntunglah mereka yang bisa mudik!"
Makna Silaturahmi saat Idulfitri
Kekhawatiran Inayati tentu saja beralasan. Bagi masyarakat Indonesia, silaturahmi dan bermaaf-maafan pada Hari Raya Idulfitri adalah sebuah kewajiban yang bahkan harus ditempuh dengan mengeluarkan biaya hingga jutaan rupiah.
Sedikit informasi, silaturahmi berasal dari bahasa Arab "shilah" yang berarti hubungan, dan "rahim" yang berarti kasih sayang. Dalam Islam, silaturahmi berarti menjaga dan mempererat hubungan persaudaraan antarsesama, baik keluarga, teman, maupun masyarakat luas.
Nah, selain menjadi momen kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, Idulfitri juga acap dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mempererat silaturahmi dan saling bermaafan. Tradisi ini memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam dan budaya masyarakat muslim di Indonesia.
Pada hari raya, orang-orang akan saling berkunjung; menyambangi keluarga, saudara, dan teman-teman yang jarang bertemu. Ini menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan dan menyebarkan kebahagiaan. Pertanyaannya, bagaimana adab bermaaf-maafan yang benar?
Adab Bermaaf-maafan pada Idulfitri

Bermaaf-maafan adalah salah satu inti dari perayaan Idulfitri. Setelah satu bulan berpuasa dan menahan diri, lebaran menjadi momen untuk membersihkan hati dari kesalahan masa lalu. Dalam Islam, meminta dan memberi maaf memiliki aturan atau adab yang sebaiknya diterapkan. Apa saja?
1. Meminta maaf dengan tulus
Saat meminta maaf, niatkan dengan ketulusan dan kesadaran atas kesalahan yang telah diperbuat. Jangan sekadar formalitas, tetapi benar-benar ingin memperbaiki hubungan.
2. Menggunakan kata-kata yang baik
Saat meminta maaf, gunakan bahasa yang sopan dan lembut. Contohnya, "Mohon maaf lahir dan batin, maafkan segala kesalahan saya baik yang disengaja maupun tidak; baik kesalahan dalam ucapan, tindakan, atau perilaku yang mungkin kurang berkenan."
Hindari nada menyalahkan orang lain atau membenarkan diri sendiri saat meminta maaf.
3. Memaafkan dengan ikhlas
Mau meminta maaf harus siap memaafkan. Jadi, jika ada yang memohon maaf, maafkanlah dengan tulus tanpa menyimpan dendam. Memaafkan bukan hanya meringankan orang lain, tetapi juga memberikan ketenangan bagi diri sendiri.
4. Menghindari pembicaraan yang menyakitkan
Saat bersilaturahmi, hindari topik pembicaraan yang bisa menyinggung perasaan orang lain, seperti menagih utang, membahas kekurangan, mempertanyakan status pekerjaan, atau mengungkit masalah pribadi yang sensitif semacam "sudah menikah atau belum".
5. Tidak berlebihan dalam bergurau
Humor dan candaan dalam silaturahmi memang bisa mencairkan suasana, tetapi tetap harus dalam batas wajar agar nggak menyinggung perasaan orang lain.
Bersilaturahmi nggak harus dilakukan secara langsung, jika memang nggak memungkinkan. Jangan memaksakan diri. Kamu bisa tetap bermaaf-maafan dengan memanfaatkan teknologi digital seperti pesan singkat, panggilan suara, atau video call.
Jangan sampai silaturahmi memberatkan diri yang justru menghambat kita untuk saling bermaaf-maafan; karena inti dari Idulfitri bukan sekadar bertemu, tapi berdamai dengan membersihkan hati serta mempererat ikatan dengan sesama. Selamat Idulfitri, Millens! (Siti Khatijah/E07)