Inibaru.id - Remaja Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) mengadakan acara rutin Sinau Bareng yang dilaksanakan di lapangan parkir Masjid Agung Jawa Tengah pada Rabu (23/4) sore.
Dalam acara tersebut hadir tokoh-tokoh tersohor dari Kota Semarang seperti Saroni Asikin, Guspar Wong serta Noe Letto. Selain itu acara ini juga dimeriahkan oleh alunan musik merdu dari Wakijo lan Sedulur.
Dalam diskusi yang dihadiri oleh puluhan peserta itu, tema yang diusung adalah spiritualitas dan intelektualitas yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Ketiga pemateri menyampaikan narasi penting sesuai ranah ilmunya masing-masing.
Guspar Wong (kiri) dan Saroni Asikin (kanan), pemateri acara Belajar Bareng. (Inibaru.id/ Audrian F)
Saroni Asikin, menyinggung pola dakwah di zaman sekarang. Kini secara mudah orang disebut sebagai ustaz. Hal itu juga ditengarai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi yang membuat orang mudah meraih referensi agama di dunia maya. Namun sayang hal itu nggak dibarengi dengan pemahaman secara mendalam. Alhasil di lain sisi terjadi juga banyak ajaran yang menyimpang.
Redaktur Suara Merdeka yang juga sebagai Dosen Jurnalistik di Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut sampai membuat pengajaran khusus di mata kuliahnya. “Dalam kuliah Jurnalistik saya, semua mahasiswa, saya selalu menanamkan pada surat Al-Hujurat ayat 6. Di situ sudah termaktub banyak tentang bagaimana dalam menyebarkan berita,” ujar Saroni. “Kalau sekadar nulis berita, semua orang yang barusan bisa nulis saja bisa. Namun nggak semua orang memahami bagaimana nulis sesuai kode etik,” tambahnya.
Saroni menganjurkan untuk mencotoh adab yang dijalankan Wali Songo. Dari mulai cara berdakwahnya yang sabar hingga perilakunya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dari situ seseorang jadi nggak sembarangan dalam menyebarkan berita khususnya berita tentang agama. Semua orang perlu pemahaman tabayyun yang jernih. Lebih lanjut dia berharap obrolan tersebut nggak hanya berhenti di forum.
Lain lagi dengan Noe Letto, Millens. Dia berkata kalau seseorang kadang terlalu cepat menilai orang namun belum memahaminya terlalu dalam. Itulah yang disebut dengan kognitif bias. Penilaian yang terlalu cepat juga mudah menimbulkan rasa iri. “Jadikan hal tersebut sebagai inspirasi untuk belajar, bukan malah menyinyir apalagi sampai benci. Semua punya jalan masing-masing,” tandasnya.
Dia juga menambahkan supaya setiap langkah yang seseorang ambil harus didasari dengan rasa tanggung jawab. Jangan pakai nafsu atau mimpi. Sebab jika menggunakan nafsu, kamu akan berhenti jika nafsumu sudah tercapai. Begitupun dengan mimpi, jika mimpimu nggak tercapai kamu akan kecewa nantinya.
“Maka isilah dengan tanggung jawab. Jika kita punya rasa tanggung jawab yang mumpuni, insyallah, hidup kita tidak akan sia-sia,” tutup Noe.
Noe Letto menjadi salah satu daya tarik peserta Belajar Bareng. (Inibaru.id/ Audrian F)
Kemudian Guspar Wong, budayawan Semarang ini nggak jauh-jauh dari apa yang disampaikan Noe dan cenderung mengambil kesimpulan dari kedua pembicara yang terlebih dahulu berbicara.
Dia menekankan kepada semua peserta untuk jangan merasa lebih baik dari orang lain. “Kesempurnaan yang diberi oleh Allah akan menghasilkan sesuatu yang tidak sempurna. Sebaliknya jika ada ketidaksempurnaan malah bisa menghasilkan sesuatu yang sempurna. Contohnya orang-orang yang tak punya tangan tapi bisa bermain gitar dengan menggunakan kaki dan masih banyak lagi yang seperti itu,” kata Guspar
Acara kemudian berkahir karena waktu menunjukan waktu berbuka. Sebelum ditutup, peserta mendapat bonus lagu “Ruang Rindu” yang dinyanyikan langsung oleh Noe dengan iringan musik dari Wakijo lan Sedulur.
Wah, banyak ilmu yang didapat dari ketiga pembicara itu ya. Nggak hanya sprirtualitas, intelektualitasmu juga harus diasah ya, Millens! (Audrian F/E05)