Inibaru.id – Nggak seperti biasanya, pagi itu Ima nggak bisa menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Sudah beberapa hari dapurnya nggak mengepul lantaran gas elpiji di rumahnya habis. Warung makan langganan yang selalu dia andalkan saat nggak memasak sarapan juga tutup.
Biasanya, kalau nggak masak, perempuan asal Desa Kalibendo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, itu akan ke warung tersebut, lalu pulang membawa empat bungkus bubur sayur dan sekantung bakwan yang telah disiram bumbu pecel sebagai lauknya.
Namun, jangankan bubur, warung itu bahkan nggak ada tanda-tanda akan buka. Ima pun terpaksa melepas kepergian kedua anaknya yang mau berangkat sekolah dengan meminta mereka membeli roti dulu di warung kelontong dekat rumahnya sebagai bekal sarapan.
"Kata tetangga, (warung bubur) sudah beberapa hari ini tutup karena nggak punya gas buat masak. Di tempat dia biasa beli (gas elpiji) sudah nggak ada. Yang jual bubur itu sudah lansia, nggak bisa naik sepeda motor untuk cari di tempat yang lebih jauh," keluhnya pada Selasa (4/2/2025).
Ima tahu betul apa yang dirasakan si penjual bubur, karena dia pun mengalaminya. Bahkan untuk sekadar bikin teh hangat, dia nggak bisa melakukannya karena kompor nggak bisa dinyalakan, sedangkan dirinya nggak memiliki tungku kayu seperti tetangganya.
"Yang jual bubur sayur itu juga nggak punya tungku kayu, jadinya ya memilih berhenti jualan sampai bisa mendapatkan gas melon," jelasnya.
![Penjual bakpao keliling yang harus selalu menggunakan tabung gas elpiji 3kg untuk berjualan juga bingung dengan sulitnya mencari gas. (X/Infotegal)](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fredaksi.inibaru.id%2Fmedia%2F37480%2Flarge%2Fnormal%2F6c645f34-70a1-481f-bf57-b4ff187a29c9__large.jpg&w=3840&q=75)
Berbeda dengan penjual bubur sayur langganan Ima yang memilih pasrah menunggu, Yanto masih gigih berusaha lantaran berjualan bakpao keliling menjadi satu-satunya sumber penghidupannya. Dia juga punya kenalan yang memiliki pangkalan LPG.
Sejak mengetahui adanya kelangkaan gas, Yanto memang berusaha mencari koneksi agar bisa membeli tabung gas elpiji dengan lebih mudah. Maklum, dia akan membutuhkan gas saban hari untuk membuat bakpao kukus jualannya senantiasa hangat.
“Tapi, kenalan saya ini juga sekarang nggak bisa menjamin ketersediaan tabung gas juga karena sekarang ini semua orang mencari gas di tempatnya juga," tuturnya via pesan singkat. "Padahal, saya sangat mengandalkan dia kalau sewaktu-waktu saya kehabisan gas pas jualan.”
Hingga kini, dia belum punya solusi apa pun seandainya gas kepunyaannya habis. Yanto mengaku sempat mencari alternatif dengan mendatangi SPBU Gedongsongo, tapi si petugas mengatakan, sekarang ini daftar antreannya sudah terlalu panjang.
“Selama tabung gas saya masih bisa buat jualan sih ya lanjut jualan dulu. Nggak tahu nanti gimana. Semoga bisa dapat,” ujarnya lirih. Dia tersenyum, tapi raut wajahnya menyiratkan kebingungan.
Cerita Yanto tersebut besar kemungkinan juga banyak dikeluhkan para pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Kalau nggak mendapatkan gas melon juga, bisa jadi nasib Yanto dan kawan-kawannya juga bakal serupa dengan tukang bubur langganan Ima itu. Jadi, siapa yang diuntungkan dari atauran tersebut? (Arie Widodo/E10)