Inibaru.id – Traveling agaknya telah menjadi gaya hidup kaum urban belakangan ini. Menyambangi lokawisata tertentu yang direkomendasikan di Instagram atau memburu kuliner legendaris adalah beberapa hal yang kerap dilakukan. Namun, pernahkah kamu mencoba wisata tematik?
Wisata tematik merupakan traveling yang tidak mengutamakan tempat yang dituju, melainkan konsep atau tema tertentu yang menggerakkan kita untuk berwisata.
Di sejumlah negara, konsep berwisata ini tengah digandrungi anak muda. Alih-alih hanya menyambangi satu tempat wisata karena lokasinya yang menarik, sejumlah orang mulai mencoba berwisata ke suatu tempat karena alasan lain, misalnya wisata DNA (DNA travel). Apakah itu?
Indonesia menjadi salah satu tempat tujuan DNA Travel wisatawan mancanegara. (Getty Images)
Wisata DNA merupakan salah satu wisata tematik yang memfokuskan pada DNA kita. Percampuran ras dan suku memang telah mengaburkan DNA yang ada di tubuh kita. Keseruannya, nggak sedikit yang tercengang saat mengetahui di tubuhnya terdapat DNA yang sama sekali nggak disangka.
Untuk melakukan traveling bertemakan "usaha mencari leluhur" ini, pelancong kudu melakukan tes DNA terlebih dahulu, kemudian mulai mendatangi satu tempat ke tempat lain yang sesuai dengan DNA-nya. Ini cocok untuk memupuk pluralisme yang jadi isu besar di dunia hingga kini.
(Baca Juga: Sedang Tren di Kalangan Traveler, Melacak Leluhur dengan DNA Travel)
Selain itu, wisata tematik yang kerap dilakukan tentu saja adalah wisata kuliner. Temanya bisa bermacam-macam, mulai dari kuliner legendaris di satu kota, kuliner murah dengan bujet maksimal yang ditentukan pelancong, atau kuliner dengan bahan dan penyajian tertentu.
Wisata tematik di Semarang saat mengunjungi bagian depan rumah Oei Tiong Ham, raja gula cum orang paling kaya di Asia Tenggara pada zamannya. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
Terus, wisata tematik yang juga sering dilakukan kaum urban adalah susur sejarah atau napak tilas. Ini banyak dilakukan di Indonesia, misalnya napak tilas penyebaran Islam di Pulau Jawa atau sejarah perkembangan batik di Jawa Tengah.
(Baca Juga: Jalan Kaki Sekaligus Mengeja Peradaban Kota Semarang bersama Bersukaria Walk)
Bagi sebagian orang, traveling dengan tema-tema ini dipandang jauh lebih bermakna daripada sekadar berkunjung ke suatu tempat tanpa tujuan tertentu selain mengagumi tempat tersebut. Hm, entahlah! Kalau kamu suka traveling model gimana, Millens? (IB20/E03)