inibaru indonesia logo
Beranda
Adventurial
Masjid Langgardalem, 'Rumah' Bergaya Kolonial Milik Sunan Kudus
Senin, 14 Okt 2024 16:50
Penulis:
Bagikan:
Masjid Langgardalem di Desa Langgardalem, Kecamatan Kota, Kudus hanya berjarak 200 meter dari Makam Sunan Kudus. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Masjid Langgardalem di Desa Langgardalem, Kecamatan Kota, Kudus hanya berjarak 200 meter dari Makam Sunan Kudus. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Diyakini sebagai pusat penyebaran Islam tertua di Kota Kretek, Masjid Langgardalem adalah 'rumah' bergaya kolonial yang merupakan milik Sunan Kudus.

Inibaru.id – Keberadaan Ja'far Shadiq sangatlah berarti bagi masyarakat Kudus. Karenanya, segala hal yang berkaitan dengan sosok yang juga dikenal sebagai Sunan Kudus ini terus terawat dengan baik hingga sekarang, termasuk makam dan kediaman ulama cum panglima perang Kesultanan Demak itu.

Orang Kudus selalu bilang, belum ke kota ini kalau belum berkunjung ke Makam Sunan Kudus. Sebagai salah satu lokawisata religi paling ramai di Jateng, tempat ini memang hampir nggak pernah sepi pengunjung. Ada yang datang untuk berziarah, tapi nggak sedikit pula yang sekadar berfoto.

Keberadaan makam yang menyatu dengan kompleks Masjid Al Aqsa menjadi daya tarik tersendiri, terutama karena bangunan Menara Kudus-nya yang merupakan perpaduan budaya Hindu-Buddha dan Islam, yang dimaknai sebagai perlambang toleransi antarumat beragama.

Nggak jauh dari lokasi tersebut, ada peninggalan Sunan Kudus yang juga masih terawat dengan baik, yakni bangunan bekas kediaman Ja'far Shadiq yang kini menjadi Masjid Langgardalem. Seperti namanya, bangunan dominan putih ini berada di Desa Langgardalem, Kecamatan Kota.

Interior Masjid Langgardalem tampak masih asli dengan empat saka berumpak, atap anyaman bambu, dan jendela kayunya yang terlihat rapi serta terawat. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Interior Masjid Langgardalem tampak masih asli dengan empat saka berumpak, atap anyaman bambu, dan jendela kayunya yang terlihat rapi serta terawat. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Dari Makam Sunan Kudus, kamu bisa berjalan kaki sejauh sekitar 200 meter menuju Masjid Langgardalem. Namun, jangan terkecoh, ya! Nggak seperti kebanyakan masjid yang mudah dikenali dari kubah setengah lingkarannya, Masjid Langgardalem nggak memilikinya.

Dari luar, bangunan masjid ini justru lebih mirip rumah zaman kolonial dengan tembok-temboknya yang tebal dan tegas. Yang membuatnya tampak seperti masjid hanyalah mustaka yang diletakkan di puncak atapnya yang berundak seperti Masjid Agung Demak.

Sebagaimana kebanyakan masjid kuno di Jawa, bangunan seluas 400 meter persegi juga ditopang empat saka utama yang terbuat dari kayu dengan umpak batu di bawahnya. Keempat tiang ini menyangga atap dari gedek (anyaman bilah bambu) berwarna coklat yang tampak rapi dan terawat.

Interior masjid yang kini dikelola ahli waris atau keturunan Sunan Kudus ini kebanyakan berbahan kayu dan bergaya klasik. Di beberapa titik, ada ukiran berornamen Hindu-Buddha yang sarat nilai akulturasi budaya yang selalu diajarkan Ja’far Shadiq.

Mengalami Peremajaan

Ukiran Trisula Pinulet Naga di depan Masjid Langgardalem merupakan sengkalan (sandi penanda waktu) berdirinya masjid. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Ukiran Trisula Pinulet Naga di depan Masjid Langgardalem merupakan sengkalan (sandi penanda waktu) berdirinya masjid. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Berdasarkan ukiran sengkalan berbentuk "Trisula" di depan Masjid Langgardalem, juru pelihara masjid Muhammad Rizka memperkirakan, masjid ini didirikan sekitar 863 H atau 1458 Masehi (sumber lain: 885 H atau 1480 Masehi). Masjid tersebut, lanjutnya, telah beberapa kali mengalami peremajaan.

"Beberapa kali renovasi, tapi tetap mempertahankan bentuk aslinya," tutur sosok yang masih keturunan Sunan Kudus ini kepada Inibaru.id, beberapa waktu silam.

Hari itu, pagi belum beranjak, tapi Rizka tampak telah sibuk membersihkan masjid bersama sang istri. Dia bilang, mereka melakukannya untuk persiapan salat Zuhur. Menurutnya, hal ini sudah biasa mereka lakukan, karena luas bangunannya mencapai ratusan meter persegi.

"Masjid ini cukup luas, mencapai 400 meter persegi dan bisa menampung hingga lebih dari 200 jemaah tiap salat," sahutnya.

Rizka menunjukkan sumber air Masjid Langgardalem yang masih terjaga hingga sekarang. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Rizka menunjukkan sumber air Masjid Langgardalem yang masih terjaga hingga sekarang. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Selain bentuk bangunan yang terus dipertahankan, sumber air yang dipakai bersuci di masjid ini juga tetap terjaga bentuk dan kualitasnya. Rizka mengungkapkan, masyarakat bahkan meyakini bahwa sumber air tersebut mendatangkan keberkahan.

"Nggak sedikit pengunjung sengaja datang untuk mengambil air dengan harapan (mendapatkan) kesembuhan," akunya sembari menunjukkan kolam air setinggi pinggang orang dewasa di samping masjid. "Tapi, fungsi utamanya adalah untuk berwudu para jemaah."

Rizka melanjutkan, ada keyakinan bahwa Masjid Langgardalem sejatinya memiliki dua sumber air. Namun, hanya satu sumber yang bisa dilihat oleh masyarakat awam, sedangkan sumber satunya hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu.

"Sumber air rahasia ini ada di dekat masjid, terpendam di dasar bangunan; tidak boleh dibongkar," ungkapnya. "Saya nggak tahu alasannya (tidak boleh dibongkar); cuma dibilang, 'Gak oleh dibongkar (tidak boleh dibongkar)!' Ya, berarti tidak boleh ada yang tahu."

Perlu kamu tahu, Masjid Langgardalem didirikan lebih dulu dari Kompleks Menara Kudus. Jadi, bisa dikatakan masjid ini merupakan yang tertua di Kota Kretek. Kalau kamu punya waktu, sempatkan berkunjung ke sini ya, Millens! (Sekarwati/E03)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved