inibaru indonesia logo
Beranda
Adventurial
Belajar Jadi Milenial <em>Artsy</em> di Museum Tumurun
Sabtu, 19 Okt 2019 13:14
Bagikan:
Begitu masuk pengunjung akan disambut seni instalasi Floating Eyes karya Wedhar Riyadi dan mobil Mercedes-Benz buatan 1970-an. (Inibaru.id/ Inadha Rahma Nidya)

Begitu masuk pengunjung akan disambut seni instalasi Floating Eyes karya Wedhar Riyadi dan mobil Mercedes-Benz buatan 1970-an. (Inibaru.id/ Inadha Rahma Nidya)

Kamu merasa jadi milenial artsy lantaran sering mengunggah foto-foto aesthetic di instagram? Hmm jangan dulu deh. Kamu belum resmi jadi anak artsy kalau belum pernah ke Museum Tumurun. Kenapa?

Inibaru.id - Museum Tumurun merupakan sebuah museum di Kota Solo, yang dimiliki oleh keluarga Lukminto, pendiri PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Diresmikan April 2018, museum ini selalu ramai didatangi pengunjung. Gimana nggak, museum privat memiliki banyak koleksi lukisan, instalasi seni, hingga mobil antik.

Hebatnya lagi, untuk masuk melihat koleksi tersebut, pengunjung nggak perlu bayar sama sekali. Sudah begitu, ada guide yang siap ditanya-tanyai. Itu juga gratis lo! Mantap kan?

Instalasi Potret Diri karya Tisna Sanjaya. (Inibaru.id/ Inadha Rahma Nidya)

Kurang lebih 150 koleksi karya seni yang terbagi di dua lantai mengisi museum. Lantai pertama digunakan untuk menampilkan karya-karya dari seniman kontemporer seperti Tisna Sanjaya, Eddy Susanto, Hery Dono, dan Rudi Mantofani. Sedangkan lantai dua digunakan untuk menyimpan karya old master seperti Affandi, Ahmad Sadali, Antonio Blanco, Hendra Gunawan, S Sudjojono, Johan Rudolf Bonnet, Walter Spies, Basoeki Abdullah, dan Raden Saleh.

Sayangnya, koleksi karya di lantai dua hanya bisa dilihat oleh kalangan terbatas. Jadi, pengunjung hanya bisa berkeliling di lantai satu saja ya.

Lukisan The Last Supper karya Eddy Susanto yang digambar dari Aksara Jawa dan bercerita tentang ramalan Jayabaya. (Inibaru.id/Inadha Rahma Nidya)

Selain pajangan koleksi dari Almarhum H.M. Lukminto ada juga koleksi dari Kurniawan Lukminto, putranya. Karena itu, museum ini diberi nama Tumurun yang berasal dari kata turun-temurun. Museum ini dibangun untuk menjaga warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain itu, museum ini juga dibuka untuk menghargai karya seni rupa Indonesia, yang memiliki potensi luar biasa.

Tampak depan Museum Tumurun tanpa nama. (Inibaru.id/ Inadha Rahma Nidya)

Museum Tumurun nggak memasang papan nama lo. Jadi bagi pengunjung yang ingin datang, penting untuk ingat alamatnya. Museum Tumurun berlokasi di Jalan Kebangkitan Nasional, dekat Taman Sriwedari.

Meski gratis, pengunjung yang ingin datang ke Museum Tumurun harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Caranya, buka website resmi Museum Tumurun di tumurunmuseum(dot)com. Di website tersebut dapat dilihat hari dan jam kunjungan museum.

Di setiap kunjungan museum, terdapat kuota jumlah peserta. Jadi kalau berencana ke Museum Tumurun, kamu harus reservasi sesegera mungkin biar dapat kuota.

Pengunjung berswafoto dengan latar mobil antik. (Inibaru.id/ Inadha Rahma Nidya)

Kalau sudah masuk ke Museum Tumurun, jangan lupa baca penjelasan tentang karyanya ya. Kalau belum puas, tanya saja ke guide yang ada. O ya, jangan lupa untuk foto-foto karena Museum Tumurun punya tempat dan koleksi yang instagramable banget! Nah, kalau sudah tahu sedikit tentang karya seni dan punya foto yang aesthetic, kamu resmi jadi milenial artsy! (Inadha Rahma Nidya/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved