inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Mengenang Geger Sepehi, Kekalahan Terburuk Keraton Yogyakarta Atas Inggris
Selasa, 2 Mei 2023 18:00
Penulis:
Bagikan:
Jokteng Lor Wetan, benteng Keraton Yogyakarta yang sempat luluh lantak akibat Geger Sepehi. (Twitter/KominfoDIY)

Jokteng Lor Wetan, benteng Keraton Yogyakarta yang sempat luluh lantak akibat Geger Sepehi. (Twitter/KominfoDIY)

Geger Sepehi hanya berlangsung pada 18 - 20 Juni 1812. Tapi, kekalahan dari peristiwa ini berdampak sangat buruk bagi Keraton Yogyakarta. Seperti apa ya cerita dari kejadian ini?

Inibaru.id – Keraton Yogyakarta memiliki banyak cerita sejarah tentang perjuangan masyarakat Nusantara melawan para penjajah. Salah satu cerita yang cukup melegenda adalah Geger Sepehi atau Geger Sepoy. Peristiwa ini terjadi pada 19-20 Juni 1812 silam.

Peristiwa ini bermula dari keberhasilan Inggris mengalahkan Belanda di Nusantara pada 1811. Inggris kemudian menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Sultan Hamengkubuwono II yang saat itu memegang kekuasaan Mataram Islam awalnya tetap mendapatkan dukungan dari pemimpin kolonial yang baru. Namun, lama-lama dibuat aturan yang semakin menekan wilayah Yogyakarta. Sultan bahkan menganggap kebijakan Raffles nggak kalah buruk dari kebijakan yang dikeluarkan pimpinan kolonial sebelumnya, Daendels.

Perseteruan antara Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Inggris di Hindia Belanda memuncak saat Raffles berkeinginan untuk menguasai Pulau Jawa secara penuh. Alasan dari hal ini adalah demi memperkuat diri dari rongrongan Prancis dan Belanda.

Menurut keterangan Detik, Minggu (30/4/2023), Sultan Hamengkubuwono II yang didukung Sunan Pakubuwono IV sempat menemui utusan Raffles, yaitu John Crawfurd yang merupakan residen Inggris di Yogyakarta dan Pangeran Notokusumo. Sayangnya, pertemuan itu sama sekali nggak mampu menghilangkan ketegangan di antara kedua belah pihak. Yang terjadi, Inggris justru semakin mantap untuk menaklukkan Yogyakarta.

Tahu bahwa keraton juga sedang mengalami konflik internal, Raffles pun langsung mengutus pasukannya dari Brigade Sepoy yang terdiri atas prajurit dari India dan India untuk menyerang Yogyakarta. Total, ada 1.200 prajurit dari Brigade Sepoy yang ditambah dengan 800 prajurit Legiun Mangkunegaran yang tunduk di bawah perintah Raffles melakukan penyerangan ini.

Prasasti Geger Sepehi. (Keraton Yogyakarta via Kompas)
Prasasti Geger Sepehi. (Keraton Yogyakarta via Kompas)

Pada 18 Juni 1812, pasukan Inggris mulai menyulut meriam di luar Benteng Baluwerti Keraton sebagai peringatan terakhir. Nggak gentar, pasukan keraton membalas dengan tembakan meriam. Aksi tembak-menembak pun terus terjadi selama 2 hari.

Pada 20 Juni 1812, pasukan Inggris mampu mengalahkan sisi timur laut keraton dan akhirnya menembus bagian dalam banteng melalui Plengkung Tarunasura, Nirbaya, serta Alun-Alun Utara pada pukul 8 pagi. Sultan Hamengkubuwana II kemudian ditangkap.

Penjarahan atas harta dan kekayaan intelektual keraton pun dilakukan secara besar-besaran oleh pasukan Inggris. Menurut Vice, (29/7/2020), ada 50 ribu ton emas yang dirampas Inggris saat itu!

Menurut keterangan Kratonjogja.id (19/6/2018), Pangeran Notokusumo yang selalu ada di pihak Inggris diberikan tugas untuk menginventaris naskah-naskah penting kerajaan untuk dibawa ke Inggris. Dia kemudian diberi tanah dengan luas 4.000 cacah dari wilayah Kerajaan Mataram Islam. Wilayah tersebut kemudian dikenal dengan nama Kadipaten Pakualaman. Dia pun kemudian mendapatkan gelar Pangeran Pakualam I.

Sri Sultan Hamengkubuwono II kemudian diasingkan ke Penang, Malaysia. Pihak keraton Yogyakarta dan Surakarta kemudian dipaksa untuk menandatangani perjanjian pada 1 Agustus 1812 yang sangat merugikan seperti kehilangan sejumlah wilayah seperti Jipang, Kedu, Grobogan, dan Japan (Mojokerto), hingga dikuasainya militer kerajaan sepenuhnya oleh Inggris.

Tahta kerajaan kemudian dipegang Adipati Anom Surojo. Laki-laki yang kemudian mendapatkan gelar Sultan Hamengubuwono III itu praktis nggak bisa berbuat banyak mengendalikan kerajaan karena sepenuhnya harus tunduk atas perintah Inggris. Hal yang sama terjadi saat Adipati Anom Ibnu Jarot diangkat sebagai Sultan Hamengkubuwono IV pada 1814.

Geger Sepehi sampai sekarang masih dianggap sebagai kekalahan paling meruntuhkan kewibawaan dalam sejarah Keraton Yogyakarta, Millens. Meski begitu, kenangan atas peristiwa tersebut tetap dijaga dengan adanya Prasasti Geger Sepoy yang bisa kamu temui di Jokteng Lor Wetan, Kampung Ketelan Wijilan. (Arie Widodo/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved