inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Itikaf Ramadan, Awal Diponegoro Mantapkan Diri Kobarkan Perang Jawa
Sabtu, 1 Apr 2023 18:00
Penulis:
Inibaru Indonesia
Inibaru Indonesia
Bagikan:
Masjid Diponegoro, tempat itikaf Ramadan Pangeran Diponegoro. (Wikimedia Commons/Fandi Aprianto)

Masjid Diponegoro, tempat itikaf Ramadan Pangeran Diponegoro. (Wikimedia Commons/Fandi Aprianto)

Salah satu kejadian yang membuat Pangeran Diponegoro mantap mengobarkan Perang Jawa adalah itikaf Ramadan di sebuah masjid yang ada di Imogiri, Bantul. Seperti apa ya cerita tentang ini?

Inibaru.id – Perang Jawa atau Java Oorlog yang berlangsung pada 1825 sampai 1830 masih dianggap sebagai salah satu perang paling epik dan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sayangnya, perang ini berakhir dengan tewasnya sekitar 200 ribu masyarakat Jawa dan kemenangan Belanda.

Karena dianggap penting bagi sejarah perjuangan Tanah Air, cerita-cerita sampingan terkait dengan perang ini pun cukup banyak. Salah satunya adalah kisah Pangeran Diponegoro yang melakukan itikaf di sebuah masjid di Imogiri, Bantul, sebelum memantapkan diri mengobarkan perang tersebut.

Masjid tersebut adalah Masjid Pajimatan Imogiri atau juga dikenal dengan nama lain Masjid Kagungan Dalem. Sejarah masjid ini dan kaitannya dengan pihak Keraton Yogyakarta diungkap dalam penelitian Endah Tisnawati dan Dita Ayu Rani Natalia dari Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta berjudul Tipologi Masjid Kagungan Dalem di Imogiri, Bantul. Penelitian ini dirilis oleh Seminar Ikatan Peneliti Binaan Indonesia (IPLBI) pada 2017 lalu.

Dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa Masjid ini dibangun oleh Sultan Agung pada 1650. Nama ‘kagungan dalem’ untuk masjid tersebut berasal dari abdi dalem kompleks permakaman raja-raja Jawa di Imogiri. Masjid ini memang diperuntukkan bagi mereka untuk beribadah.

“Masjid Kagungan Ndalem memang dimiliki raja Mataram,” ungkap penelitian tersebut sebagaimana dikutip dari Nationalgeographic, Kamis (30/3/2023)

O ya, di lingkungan dekat dengan masjid tersebut, Pangeran Diponegoro disebut-sebut tumbuh dari usia anak-anak hingga remaja. Di masjid itu pula, dia mempelajari agama Islam.

Itikaf Ramadan yang Berujung Pada Pengobaran Perang

Perang Jawa. (Liputan6/Peter Carey)
Perang Jawa. (Liputan6/Peter Carey)

Sebagaimana Ramadan-Ramadan sebelumnya, Diponegoro memang terbiasa untuk melakukan itikaf. Tapi, sebelum melakukannya di Masjid Kagungan Ndalem pada 1825, dia sempat menyendiri di Gua Song Kamal yang ada di Pajimatan, Imogiri.

Saat berzikir, Pangeran Diponegoro bermimpi didatangi Sunan Kalijaga dan disebut-sebut akan menjadi raja di masa depan. Gusar dengan hal ini, dia pun memindah itikafnya ke Masjid Kagungan Ndalem.

Mimpi itu justru terus berulang. Dia gusar karena seperti mendapatkan wangsit untuk menjadi pemimpin di masa depan, namun sudah nggak kerasan dengan budaya keraton yang semakin banyak mengadopsi budaya Barat. Kegusaran ini semakin menjadi dan membuatnya memilih untuk keluar dari lingkungan keraton.

Di luar lingkungan keraton, dia pun melihat kenyataan sebenarnya tentang kekejaman Belanda yang selama ini nggak pernah dia ketahui selama di dalam lingkungan keraton. Diponegoro pun semakin yakin untuk melakukan perlawanan terhadap kompeni. Perang Jawa pun dia kobarkan pada Juli 1825. Perang ini kelak tercatat dalam sejarah sebagai perang terbesar yang pernah terjadi di Tanah Jawa.

Sayangnya, berbeda dengan mimpi-mimpinya, Pangeran Diponegoro nggak pernah menjadi raja hingga akhir hayat setelah Perang Jawa padam. (Arie Widodo/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved