Inibaru.id – Alkisah, pada masa Kesultanan Demak, sekitar abad ke-17, Arya Penangsang (Ji Pang Kang) terluka parah saat bertarung dengan Sutawijaya dari Kerajaan Pajang. Perut Adipati Jipang itu tertusuk tombak Kyai Plered milik Sutawijaya.
Usus Penangsang terburai, tapi mampu bertahan lantaran memiliki kesaktian. Dia melingkarkan usus yang terburai itu pada warangka (sarung keris) di pinggang.
Singkat cerita, Sutawijaya mampu diringkusnya. Bermaksud mengakhiri duel, Penangsang malah terbunuh karena ususnya tak sengaja tertebas Setan Kober, kerisnya, yang dia cabut dari warangka.
Roncean usus-usus menjadi hiasan pada keris mempelai laki-laki dalam pernikahan adat Jawa. (Instagram/misstcs_)
Yap, konon, kisah inilah yang menjadi ihwal pemakaian ronce melati pada mempelai laki-laki dalam adat Jawa. Rangkaian melati itu diletakkan melingkar pada warangka keris dengan bentuk menyerupai usus, sehingga diberi nama Roncean Usus-Usus.
Baca Juga:
Warna-warni Filosofi Peranti Pernikahan Adat Jawa
Pernikahan Adat Jawa, Ngunduh Mantu: Menyambut Kedatangan Menantu Perempuan di Keluarga Laki-Laki
Sementara, untuk mempelai perempuan, ronce melati yang digunakan biasanya berupa Roncean Tibo Dodo. Roncean tersebut terdiri atas tiga untaian melati yang berbentuk bawang sebangkul. Ronce tersebut menjulur dari kepala hingga menyentuh satu sisi dada, meski ada pula yang menjulur sampai pinggang.
Pada mempelai perempuan, roncean melati menjadi hiasan kepala yang menjulur hingga dada. (Weddingku)
Kenapa Melati?
Melati menjadi bunga utama dalam pembuatan ronce-ronce. Sebagaimana dalam banyak perayaan adat di Jawa, bunga nasional beraroma semerbak itu memang selalu menjadi bagian penting dalam wewangian perayaan itu. Konon, ini karena melati melambangkan kesucian.
Khusus untuk pembuatan ronce, melati yang digunakan adalah yang masih kuncup dengan ukuran yang kecil-kecil. Ini merupakan perlambang keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati.
Bunga melati. (Instagram/roncemelati)
Nah, sudah tahu kan makna ronce melati dalam pernikahan adat Jawa? Jangan penah berpikir ini cuma pemanis saja ya, Millens! Ha-ha. (MG27/E03)