Inibaru.id - Nafis Nurul Fajri bukanlah pemain baru di dunia breeding burung hias. Hobi ini sudah digeluti lelaki asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah tersebut sejak duduk di bangku SMP. Kala itu, dia beternak kenari dan lovebird, yang kemudian dijualnya seharga Rp30 ribu per ekor.
Namun, dia kadang masih nggak menyangka hobi memelihara burung yang digelutinya itu bakal menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lumayan besar. Saat ini, dari berjualan burung, Nafis mengaku mampu memperoleh penghasilan jutaan rupiah dalam sebulan.
Adalah burung falk yang saat ini menjadi "komoditas" lelaki 24 tahun tersebut. Perjumpaan Nafis dengan parkit asal Australia terjadi pada 2019. Kala itu, karena penasaran dengan harganya yang lumayan mahal, dia pun memutuskan membeli sepasang anakan falk dari seorang peternak di Pati.
"Apaan sih, burung kayak gitu kok mahal banget!" kata Nafis mengulang apa yang dipikirkannya saat kali pertama melihat burung yang sekilas mirip kakaktua berukuran mini tersebut.
Perjumpaan dengan burung berjambul yang memiliki "tompel" berwarna orange kemerahan di pipinya ini rupanya berhasil memikat hati Nafis. Keinginan menernakkan si paruh bengkok itu kian besar setelah dia mengetahui harga jual falk yang sangat menggiurkan.
“Walau burung falk mahal, peminatnya cukup banyak," kata Nafis yang ditemui Inibaru.id di kandangnya yang beralamat di Desa Ngemplak Kidul, Kecamatan Margoyoso, belum lama ini.
Pada tahun yang sama, dia memutuskan untuk fokus beternak falk di belakang rumahnya. Nafis memanfaatkan kandang bekas lovebird yang sudah nggak terpakai untuk "menggandakan" sepasang falk yang dibelinya hingga berpinak-pinak.
"Sekarang saya sudah punya 12 pasang indukan falk," terang pemuda yang masih tercatat sebagai mahasiswa di sebuah kampus swasta di Pati tersebut, bangga.
Dalam sebulan, sekarang ini Nafis mengaku bisa menjual 4-5 ekor anakan falk. Untuk harganya, falk tompel berusia tiga bulan dia banderol Rp350 ribu hingga Rp400 ribu per ekornya. Sepasang falk tompel, lanjutnya, dimahar Rp1 juta, sedangkan falk white face (tanpa tompel) dihargai Rp650 ribu.
"Kalau ditotal lumayan dapatnya. Alhamdulillah, bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sekaligus bayar kuliah," ujar lelaki bertubuh jangkung ini, semringah.
Sempat Ditentang Orang Tua
Awal-awal memutuskan beternak burung dalk, Nafis mengaku sempat ditentang orang tuanya. Mereka menentang karena mengira burung yang secara internasional dikenal sebagai Kokatil (Cockatiel) ini hanyalah piaraan yang harga jualnya nggak seberapa.
“Dulu sering di-cengin, burung apa sih yang kamu rawat, emang laku? Barulah setelah tahu potensi burung falk yang bisa dijual dengan harga mahal, orang tua memutuskan mendukung, bahkan ikut merawat,” ujar Nafis, lalu tertawa.
Menurutnya, ternak burung falk adalah bisnis sampingan yang menjanjikan. Selain perawatan burung yang mudah, waktu yang diperlukan untuk mengurusi usaha ini juga nggak besar, jadi bisa disambi kuliah atau bekerja.
"Paling-paling sekitar satu jam (untuk mengurusi burung) tiap pagi, start pukul 06.00. Setelah itu bisa ditinggal untuk aktivitas lain,” beber Nafis.
Sementara, untuk penjualan, Nafis memanfaatkan media sosial sebagai media promosi, misalnya dengan masuk komunitas Facebook, Instagram, atau Whatsapp. Terus, agar pembeli lebih tertarik, dia juga membuat kanal khusus di Youtube berisikan edukasi budi daya burung falk.
"Kunci beternak burung falk ini adalah kesabaran, ketelitian, dan keberanian; di samping pemahaman yang baik akan karakter burung ini," tandasnya.
Kesabaran, ketelitian, dan keberanian. Catat dulu, deh! (Rizki Arganingsih/E03)