Inibaru.id – Menjelang malam yang basah di Pemalang, Jawa Tengah, hangatkan badanmu dengan Lontong Dekem. Kuliner berbahan utama lontong ini memang biasa dimakan saat makan malam kerena kuahnya mengandung pelbagai rempah yang mampu menghangatkan tubuhmu.
Mirip dengan soto tapi tanpa campuran tauge, lontong dekem banyak dijual di warung tenda di sekitar pusat kota Pemalang. Dalam seporsi masakan ini, kamu bakal merasai potongan lontong, kuah santan mirip gulai, dan serundeng, plus garnis berupa kerupuk mi dan bawang goreng.
Jika soto biasa menggunakan suwiran daging ayam atau potongan daging sapi sebagai “lauk”, lontong dekem disajikan dengan menambahkan daging bebek. Hm, kebayang kan rasanya?
Laiknya kebanyakan kuliner khas pesisir utara Jawa Tengah yang cenderung asin dan pedas, lontong dekem pun setali tiga uang. Bedanya, sajian ini diperkaya dengan rasa rempah hangat yang dominan.
Oya, ada satu keunikan dalam penyajian lontong dekem. Jika kamu perhatikan, sebelum disajikan lontong yang sudah diiris-iris akan dimasukkan ke dalam mangkuk dan disiram dengan kuah. Namun setelah itu kuah dalam mangkuknya akan dikembalikan lagi ke dalam kuali.
Proses tersebut dilakukan sebanyak 3-4 kali siraman yang membuat lontong terendam, barulah dibubuhi bumbu, sambal, remukan kerupuk, dan potongan daun bawang. Nah, konon, nama dekem yang berarti duduk dalam bahasa Jawa diambil dari lontong yang terendam atau ndekem itu.
Lontong dekem paling nikmat disantap bersama satai ayam, baik satai goreng maupun berkuah. Keduanya biasa disediakan penjual lontong dekem yang banyak mangkal di alun-alun kota dan Jalan RE Mardinata.
Hm, tertarik mencicipinya, Millens! Eh, tapi kamu harus ke Pemalang dulu ya. Sembari menunggu sore, bolehlah jalan-jalan dulu ke tempat wisata yang ada kabupaten yang berbatasan dengan Pekalongan itu. (IB20/E03)