Inibaru.id – Sosok pendakwah satu ini memiliki banyak nama. Di Arab dia dikenal dengan nama Hamzah, di Tiongkok disebut Han Byang, dan di Jawa dipanggil Gembyang. Nama lainnya pula yaitu Abdul Rohman, Mbah Satari, dan Mbah Ashari.
“Dakwah di Jawa, orang Jawa nggak bisa panggil Han Byang, akhirnya dipanggil Gembyang,” kata juru kunci Makam Wali Gembyang M. Jayus Asrori.

Saat saya berkunjung ke kediaman Jayus, Jumat (24/1), di Jalan Gembyang Kelurahan Patukangan, Kendal, dia menjelaskan masa dakwah Mbah Gembyang dilakukan pada masa perjuangan pahlawan Kendal yaitu Adipati Bahurekso sekitar tahun 1628.
“Mbah Gembyang menyebarkan agama pada masa perjuangan adipati Kendal Bahurekso. Banyak orang mendoakan Mbah Gembyang dari kalangan masyarakat dan pejabat. Pejabat masuk Kendal, sowan ke sini dengan keyakinan masing-masing,” ujarnya.
Memang letak dari Makam Wali Gembyang sangat dekat dengan kantor-kantor pusat pemerintahan Kabupaten Kendal. Seperti Kantor Bupati Kendal, Badan Kepegawaian, Bappeda Kabupaten Kendal, dan kantor-kantor strategis lainnya. Nggak heran jika makam satu ini sering didatangi para pejabat.

Bahkan Jayus mengaku ketika ada seseorang yang tengah mencalonkan diri jadi bupati, lurah, DPR, TNI/POLRI, CPNS, dan pekerjaan-pekerjaan lain berhubungan dengan Negara, para calon tersebut banyak yang berziarah ke makam ini.
“Untuk mendoakan Mbah Gembyang, tapi untuk urusan hajat seseorang memintanya hanya kepada Allah,” ucap Jayus mempertegas ketauhidan dalam Islam. Agar seseorang yang berkunjung ke Makam Wali Gembyang nggak salah niat.
Wali Gembyang selain sebagai pendakwah juga dikenal sebagai pendiri Kabupaten Kendal, sehingga sosoknya dituakan di kabupaten yang terkenal dengan Sate Bumbonnya ini. Dia membangun Kendal di banyak bidang dengan perilakunya yang sederhana, ramah, dan sopan. Di balik itu dia memiliki kelinuwihan.
Inspiratif sekali ya Wali Gembyang ini, Millens. Masyarakat Kendal patut berbangga dan semoga bisa melanjutkan perjuangannya. (Isma Swastiningrum/E05)