Inibaru.id – Pada sore yang teduh itu saya bertemu Imam Sahudi, lelaki muda yang menjadi pegiat Omah Pang di Nongkosawit, Gunungpati. Di antara beberapa pegiat, dirinyalah yang terlihat paling sibuk. Menitikkan pulpen di atas media gambar, sesekali dia mengambil jeda dengan menyeruput kopi dan berbincang.
Lelaki yanng lebih senang disapa Imam Klowor ini menjadi salah seorang seniman yang menjadi aset Desa Wisata Nongkosawit. Dari tangannya lahir berbagai karya, salah satunya adalah lukisan yang dibuat dengan metode pointilis. Cukup unik karena metode yang satu ini menggabungkan titik-titik menjadi sebuah objek.
Imam Klowor mengaku bahwa dirinya mulai melukis sejak usia SD. Sempat mencoba berbagai teknik termasuk sket, kini dirinya memilih menekuni teknik pointilis yang menurutnya dapat meningkatkan kesabaran.
“Lebih dari 5 tahun, pointilis bisa melatih kesabaran,” ungkapnya singkat.
Kebanyakan karya Imam Klowor bercerita tentang lingkungan. Menurutnya isu lingkungan lebih mudah untuk dituangkan dalam sebuah karya. Selain lebih realistis, Imam Klowor mangaku imajinasinya bisa mengalir begitu saja. Hal ini diakuinya karena dirinya terbiasa hidup di pegunungan dengan suasana alam yang masih asri.
“Struktur dan gambar tentang lingkungan lebih ada maknanya. Masa lampau dan kini banyak perbedaan tentang kondisi lingkungan," ungkap lelaki yang hanya menyelesaikan pendidikan di bangku SMP ini.
Perubahan alam yang dialaminya semasa hidupnya membuat Imam Klowor mendedikasikan lukisan-lukisannya sebagai suatu kritik di samping sebagai penghasilan tambahan. Imam berpendapat bahwa mengkritisi isu-isu lingkungan bukan hanya lewat turun aksi, tapi bisa juga lewat karya.
“Nggak harus demo, ini caraku menyampaikan aspirasi dengan karya, dengan kesabaran,” tuturnya.
Jika ada waktu, dirinya sengaja menggelar live performance tunggal. Nggak jarang dirinya mendapat pandangan aneh dari orang yang melihatnya. Namun nggak jarang apa yang dilakukannya mendapat perhatian sehingga membuka ruang diskusi. Begitulah dia menyampaikan kritik lingkungan.
Nggak cuma menjadi koleksi pribadi, karyanya nggak jarang bikin orang kepincut untuk meminangnya. Beberapa orang yang meminang karya Imam Klowor biasanya akan memberikan uang yang setimpal. Tapi, ada juga yang meminta gratisan. Hal tersebut menurutnya bukan suatu masalah, yang terpenting orang tersebut suka dengan karyanya tersebut.
“Yang penting orangnya suka, biasanya saya minta untuk dipajang dan dijaga dengan baik,” ungkapnya polos.
Imam memang masih amatir, dirinya juga memilih berkarya sendiri dan menolak bergabung dengan komunitas pointilis. Laki-laki ini mengaku lebih suka beraktivitas di Omah Pang dan mengajari siapa saja yang tertarik dengan pointilis.
Meski masih banyak pertanyaan bergelayut, saya harus mengakhiri perbincangan dengan lelaki muda tersebut. Pesan saya padanya supaya konsisten dalam berkarya untuk mengkritik isu lingkungan, bukan seperti saya, turun aksi saja kadang-kadang. He (Zulfa Anisah/E05)