Inibaru.id - Derai tawa anak-anak terdengar renyah di balik dinding sebuah rumah berpagar besi ini, yang berlokasi sekitar 30 menit perjalanan berkendara ke arah tenggara dari pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Di antara keriuhan itu, sebagian anak tampak menggambar, belajar, atau sekadar duduk dan bermain.
Raut ceria tampak terpancar dari wajah anak-anak tersebut. Di rumah yang dikenal sebagai Rubbik School ini, mereka memang punya kebebasan untuk memilih kegiatan apa yang ingin mereka lakukan. Bagi mereka, tentu saja tempat itu bak surga di dunia.
Oya, Rubbik School adalah semacam ruang belajar swadaya yang diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu di Kota Semarang. Kata "rubbik" merupakan kependekan dari Rumah Belajar Bermain Inspiratif dan Kreatif.
Didirikan sekitar 2008 lalu, Rubbik semula bernama Indoshelter. Eko Srirahayu, sang pendiri, mengaku mengubah nama itu agar lebih mudah diucapkan. Perempuan yang akrab disapa Keyko itu mengaku, sewaktu masih menggunakan Indoshelter, warga setempat banyak yang sulit mengucapkannya.
"Karena ternyata orang-orang sini banyak yang kesulitan nyebut shelter, ya sudah, akhirnya kami ganti saja jadi Rubbik," tutur Keyko. "Toh, lebih simpel juga!”
Tempat Bernaung yang Ramah
Rubbik School berada di di Jalan Delikrejo, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Sesuai namanya, tempat ini merupakan shelter atau tempat bernaung yang diperuntukkan bagi anak-anak. Rubbik memang sengaja didirikan di wilayah yang kurang ramah bagi tumbuh kembang anak.
"Harapan kami, tempat ini mampu menaungi anak-anak tersebut," tutur Keyko, yang juga berkeinginan menjadikan Rubbik School sebagai wadah yang nyaman bagi anak untuk belajar.
Kendati dengan embel-embel school atau sekolah, Rubbik nggak melulu menjadi wadah untuk belajar laiknya di sekolah. Di tempat ini, anak-anak juga dipersilakan bermain, bercanda, bahkan sekadar duduk-duduk atau beristirahat.
Tanti, pengajar yang menjadi teman seperjuangan Keyko, mengatakan, anak-anak memang diberi kebebasan di Rubbik. Sistem yang membebaskan. Tanpa tuntutan.
"Sedari awal kan memang mau jadi tempat bernaung bagi anak-anak. Yang penting mereka seneng, bisa melupakan masalah-masalah yang ada di rumahnya,” terang Tanti.
Peduli Anak, Peduli Orang Tua
Nggak cuma anak-anak di sekitar Rubbik, Keyko dan Tanti juga menaruh kepedulian terhadap para orang tuanya. Salah satunya, mereka rutin melakukan kegiatan parenting yang diwujudkan dalam bentuk pengajian hingga edukasi gimana agar menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak.
Meski awalnya sempat dipandang sinis dan nggak diacuhkan beberapa orang di sekitar Rubbik, saat ini sudah semakin banyak dari mereka yang mulai sadar akan pentingnya tumbuh kembang anak. Bahkan, sejumlah orang tua kini mulai sengaja mengantar dan menunggui buah hatinya itu selama "besekolah".
Selama hampir 13 tahun menjadi tempat yang nyaman untuk bernaung, Keyko meyakini, Rubbik telah berhasil meluluskan banyak anak asuh yang tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
"Ada anak yang dulu kerjanya nggak jelas kayak ngamen-ngamen gitu, sekarang alhamdulillah sudah dapat kerjaan di salah satu perusahaan,” ungkap Keyko. Raut senang menghiasi wajah perempuan berjilbab ini.
Setiap anak berhak mendapatkan tempat bernaung yang baik untuk tumbuh kembang mereka. Maka, kehadiran Rubbik School di tengah masyarakat kurang mampu tentu saja menjadi oase yang patut diapresiasi. Semoga lebih banyak lagi yang seperti ini ya, Millens! (Bayu N/E03)