Inibaru.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan adanya cukai emisi kendaraan bermotor kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini disebabkan oleh asap knalpot yang bisa memberikan dampak buruk bagi iklim.

Sri Mulyani menyebut cukai akan dikenakan pada kendaraan bermotor yang memproduksi CO2. Diperkirakan, ada potensi penerimaan negara hingga Rp15,7 triliun dari cukai ini.

Hanya saja, Sri mengaku belum memiliki hitungan lebih mendalam terkait dengan besaran tarif cukai yang akan dikenakan. Dampak dari penerapan cukai pada kendaraan bermotor ini juga belum benar-benar dipastikan.

“Di semua negara, emisi menimbulkan polusi dan kemudian efek rumah kaca atau fenomena perubahan iklim,” alasan Sri ingin menerapkan cukai asap knalpot ini.

Adanya cukai emisi kendaraan bermotor ini akan membuat perusahaan otomotif mulai mengembangkan kendaraan berbahan bakar listrik yang ramah lingkungan. Hal ini diharapkan bisa membuat masyarakat mulai menurunkan penggunaan kendaraan dengan bahan bakar fosil.

“Ini sesuai program pemerintah yang ingin mendorong produksi kendaraan berbasis listrik yang emisinya jauh lebih kecil, sehingga non listrik yang emisinya jauh lebih besar akan jadi obyek cukai,” ucap Sri.

Dia juga menyebut subyek dari cukai ini adalah pabrikan serta importir kendaraan bermotor. Hanya saja, kendaraan yang diekspor, kendaraan pemerintah, serta kendaraan yang dipergunakan untuk keperluan khusus seperti ambulans atau pemadam kebakaran nggak akan kena cukai.

Proses pembayaran cukai terjadi saat kendaraan dikeluarkan dari pabrik atau baru datang dari pelabuhan setelah diimpor dari luar negeri. Porses pembayaran bisa dilakukan secara berkala atau setiap bulan. Tarif cukainya diperkirakan akan spesifik multi tarif karena didasari oleh seberapa banyak CO2 yang diproduksi kendaraan tersebut.

Kalau menurut Millens, apakah ide cukai asap knalpot ini efektif untuk memperlambat perubahan iklim? (CNN/IB09/E06)