Inibaru.id – Apa yang bakal kamu lakukan jika masa penantian panen selama 90 hari menjadi sia-sia karena harga komoditas anjlok?
Begitulah yang dialami para petani tomat di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ini. Mereka enggan memanen buah tomat yang sudah ditanam berbulan-bulan karena dihargai terlalu murah. Bayangkan, satu kilogram tomat merah hanya laku seribu Rupiah!
Dari pantauan Media Indonesia, Selasa (20/9/2022), puluhan hektare tanaman tomat dibiarkan begitu saja. Nggak terhitung pula tanaman yang dibiarkan mati. Sayang memang saat melihat ribuan buah tomat berwarna merah itu hanya dibiarkan membusuk dan jatuh ke tanah.
Petani tomat yang tampak putus asa itu nggak mau memetik untuk dijual. Di pasaran, tomat hanya dihargai Rp 1.500 di pasaran. Bahkan di tingkat petani harganya hanya Rp 1.000 per kilogram.
Mereka memang nggak melakukan aksi apa pun karena anjloknya harga sayuran ini. Tapi enggan memanen hasil tanaman juga merupakan wujud kejengkelan. "Biaya petik buah tomat tidak sebanding dengan harga jual, sehingga jika dipetik malah merugi," ungkap Sudarmono, petani tomat di Sumowono Kabupaten Semarang.
Hal ini diamini Sunardi, petani tomat lainnya di Getasan, Kabupaten Semarang. Dia mengungkapkan biaya petik tanaman tomat berkisar Rp 150 ribu-Rp 200 ribu hingga dibawa ke pasar. Sedangkan hasil panen rata-rata per hari hanya 100 kilogram, maka hanya dapat uang Rp100 ribu-Rp150 ribu.
"Balik modal beli benih dan tanam saja tidak," imbuh lelaki berusia 48 tahun itu.
Sementara itu, para pedagang di beberapa pasar tradisional menyebutkan bahwa harga tomat anjlok hanya dalam hitungan pekan. Pada akhir Agustus lalu harga masih berkisar Rp 13 ribu per kilogram. Tapi memasuki September turun menjadi Rp 8 ribu per kilogram, Rp 3 ribu per kilogram, hingga yang terbaru mencapai Rp 1.500 per kilogram.
Panen Raya
Sebenarnya, anjloknya harga tomat juga nggak bisa dipisahkan dari banyaknya stok yang ada saat ini. Kebanyakan petani di Kabupaten Semarang memang menanam tomat dalam waktu bersamaan sehingga waktu panennya pun sama.
Begitulah yang diutarakan Lasmi, pedagang berusia 58 tahun di Pasar Projo, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dia menyebut hal lain yang membuat harga tomat semakin mengenaskan, yaitu jumlah pembeli yang terus menurun menurun. Akibatnya, pedagang pasar enggan menjual tomat karena hanya bakal membusuk di lapak.
Setali tiga uang dengan Lasmi, Sunaryo, pemasok di Pasar Sayuran Ngasem, Kabupaten Semarang juga mengatakan hal yang sama.
"Tomat hasil panen daerah ini sebetulnya sangat bagus kualitasnya, tapi karena banyak panen dan kurang pembeli jadi murah," katanya.
Wah, sayang banget ya kalau tomat-tomat ini dibiarkan membusuk. Semoga ada jalan keluar dari pemerintah agar petani nggak terus-terusan merugi tiap panen raya ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)
Artikel ini telah tayang di Media Indonesia dengan judul "Harga Anjlok, Petani di Kabupaten Semarang Biarkan Tomat Busuk di Pohonnya".