Inibaru.id – Gunung Muria bisa dianggap sebagai gunung paling utara di Pulau Jawa. Hanya, kamu pernah membayangkan nggak kalau di zaman dulu, gunung ini terpisah dari Pulau Jawa? Jadi, dulu ada Selat Muria yang membatasi Jawa dengan gunung ini. Lantas, kapan Selat Muria lenyap sehingga membuat Jawa dan Gunung Muria menyatu, ya?
Hingga abad ke-16, sejumlah catatan sejarah menulis tentang keberadaan Selat Muria. Lokasi selat ini bisa kamu temukan di dekat Kota Demak, Kudus, dan Pati di masa kini. Jadi, kamu bisa membayangkan nggak kalau dulu, Demak kota itu ada di pesisir Selat Muria? Bahkan, Raden Patah dulu kabarnya berlayar ke timur untuk menuju Kudus, Pati, hingga Rembang lewat selat ini, bukannya lewat jalur Pantura yang sebenarnya ada di atasnya.
Hanya, sejak akhir abad ke-16, sedimentasi di Selat Muria sudah sangat parah sehingga membuat selat ini jadi semakin dangkal. Bahkan, di musim kemarau, bisa dikatakan selat ini mengering sehingga membuat Gunung Muria seperti bersatu dengan Jawa.
Pakar geologi Awang Satyana menyebut banyak sungai yang ada di Zona Kendeng dan Zona Rembang yang bermuara di Selat Muria. Nah, sungai-sungai ini membawa banyak endapan yang akhirnya memicu sedimentasi ke Selat Muria. Hal yang sama juga berlaku pada sungai-sungai yang berhulu di Gunung Muria.
Pada abad ke-16, tepatnya saat Kerajaan Demak Berjaya, selat ini membuat Pelabuhan Demak ramai jadi pusat perdagangan. Pemerintahan Ratu Kalinyamat juga memaksimalkan kondisi yang sama di masa itu. Namun, semua berakhir pada awal abad ke 17.
Saat itu, Selat Muria hanya tergenang jika ada air pasang. Bahkan, lambat laun, sedimentasi yang terus terjadi membuat endapan di selat semakin tebal dan pada akhirnya menjadi lebih tinggi dengan laut hingga sekarang.
Gara-gara hal ini, Kerajaan Demak langsung mengalami kemunduran karena pelabuhan yang jadi sendi utama ekonominya praktis nggak bisa lagi beroperasi.
Hal yang sama juga diperkirakan bakal terjadi di Selat Segara Anakan yang memisahkan Pulau Nusa Kambangan dan Jawa, tepatnya di Cilacap sana. Sedimentasi dari Sungai Citandui yang sampai 750 ribu meter kubik setiap tahun membuat selat ini semakin mendangkal.
Saking parahnya sedimentasi di sana, Kepala Dinas Kelautan, Perikanan, dan Pengelola Sumber Daya Kawasan Segara Anakan pada 2013 lalu, Moch Harnanto, memperkirakan dalam 10 tahun sejak 2013, bisa jadi Nusakambangan bakal bergabung dengan Jawa sebagaimana Gunung Muria beberapa abad lalu.
Wah, ternyata menarik juga ya kisah lenyapnya Selat Muria dan bergabungnya Gunung Muria dan Pulau Jawa, Millens. (Sol, Mer, Lip, Geo/IB09/E05)