Inibaru.id – Pemerintah Kabupaten Kudus (Pemkab Kudus) kembali mengadakan Visualisasi Tradisi Dhandangan menjelang Ramadan pada Minggu (5/5/2019). Namun, tahun ini berbeda dari biasanya. Kalau tahun-tahun sebelumnya dikemas dengan kirab atau pawai, kini Visualisasi Tradisi Dhandangan justru menampilkan aksi teatrikal.
Sandiwara di pengujung acara Visualisasi Tradisi Dhandangan itu melibatkan puluhan muda-mudi Kudus. Mereka merupakan perwakilan dari masing-masing sekolah dan kampus yang ada di Kota Kretek.
Lakon yang mereka bawakan nggak lain adalah asal usul tradisi Dhandangan yang rutin digelar setiap tahun sebagai penanda datangnya Ramadan. Mereka ada yang berperan sebagai masyarakat biasa, anak-anak, para penjual, hingga alim ulama yang disimbolkan memakai gamis putih dan sorban.
Kelompok terbangan tampil dalam Visualisasi Tradisi Dhandangan 2019, Minggu (5/5/2019) di Alun-alun Simpang 7 Kudus. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
Lewat teatrikal itu pula, dikenalkan sejumlah makanan khas Kudus seperti Soto Kudus, pecel pakis, jenang, hingga sate kerbau. Aksi ini juga diiringi musik yang mengawinkan genre modern dan rebana.
Menurut penuturan salah seorang pemain teatrikal Siti Solikhah, perlu waktu sebulan untuk berlatih tampil di acara ini.
“Sebulan itu ya buat koreo sendiri dan latihan sama musiknya,” ujar siswi SMK Lemuria ini.
Tari Gusjigang turut memeriahkan acara Visualisasi Tradisi Dhandangan, Minggu (5/5/2019) di Alun-Alun Simpang 7 Kudus. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
Selain aksi teatrikal, acara kali in juga disemarakkan dengan penampilan tari Gusjigang serta penampilan dari penyanyi era 1970-an Arie Koesmiran. Sebagai informasi, tari Gusjigang ini terinspirasi dari ajaran Sunan Kudus kepada pengikutnya untuk berpribadi yang bagus, pintar mengaji, dan mahir berdagang. Ada juga kesenian khas Kudus terbangan yang juga tampil dalam gelaran ini.
Masuk Agenda Tahunan Kudus
Visualisasi Dhandangan ini memang sudah menjadi agenda tahunan Pemkab Kudus. Bupati Kudus Tamzil mengatakan, tradisi ini perlu dijaga karena langka dan hanya ada di kabupaten yang terletak di lereng Gunung Muria itu.
“Visualisasi ini mengingatkan kita pada masa lalu yang dulu belum ada televisi, belum ada sound di masjid, adanya bedug. Jadi, kalau bedgu sudah dipukul itu tandanya besok pagi kita puasa,” terangnya.
Bupati Kudus Tamzil memukul bedug sebagai tanda berakhirnya acara Visualisasi Tradisi Dhandangan sekaligus menandakan masuknya Ramadan, Minggu (5/5/2019) di Alun-Alun Simpang 7 Kudus. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
Yap, tradisi Dhandangan ini konon berawal dari kata dhang dhang dari bedug yang dipukul Sunan Kudus. Waktu itu, Sunan Kudus sebagai pemuka agama selalu dinantikan fatwanya termasuk tentang datangnya Ramadan. Masyarakat akan berbondong-bondong ke Menara Kudus untuk menantikan pengumuman tersebut.
Kemarin ikut nonton Visualisasi Dhandangan atau nggak, Millens? Kalau kamu termasuk pemburu tradisi apalagi tradisi keagamaan, agenda ini patut kamu datangi bila berkunjung ke Kudus sebelum Ramadan. Semoga tahun depan bisa nonton Visualisasi Dhandangan, ya! (Ida Fitriyah/E05)