Inibaru.id – Meninggalnya salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) akibat bunuh diri diduga karena terjerat pinjaman online (pinjol) bikin geger banyak pihak. Apalagi, yang bersangkutan diketahui adalah mahasiswa perantau dari Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pinjol dan judi online (judol) belakangan ini memang cukup ngetren di Indonesia. Meski sudah jadi rahasia umum jika keduanya bisa sangat merugikan dan sudah banyak korban yang sampai kehilangan harta benda dan bahkan nyawa akibat putus asa, nyatanya peminatnya, khususnya dari kalangan anak muda masih cukup tinggi.
Hal ini terungkap dari laporan yang dibuat oleh perusahaan riset bernama Data.ai berjudul 2024 State of Mobile. Dalam laporan tersebut, warga Indonesia ditasbihkan sebagai orang yang paling banyak menghabiskan waktu menilik ponselnya di dunia, tepatnya mencapai 6,05 jam per hari. Masalahnya, di balik lamanya screen time tersebut, juga terkuak jika aplikasi ponsel paling banyak diunduh selama 2023 lalu adalah aplikasi pinjol, Millens.
Tebak, berapa jumlah unduhannya? Mencapai 222 juta kali alias hanya berjarak sekitar 50 jutaan dari total populasi Tanah Air! Ngeri banget, kan?
Yang lebih mengenaskan, sebagian besar pengguna pinjol menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah anak muda dengan usia 19 sampai 34 tahun (54,06 persen). Total transaksinya juga nggak main-main, yaitu sampai Rp27,1 triliun!
Sampai meminjam uang di pinjol, apakah memang benar-benar perlu untuk memenuhi kebutuhan primer? Sayangnya nggak, Millens. Kalau menurut Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economy and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda, 65 persen dari uang yang didapat dari pinjol itu nggak dipakai untuk hal tersebut. Kebanyakan justru dipakai untuk hal-hal tersier layaknya membeli peralatan elektronik baru, nonton konser, jalan-jalan, dan lain-lain.
“Penyebabnya, nasabah tinggal menyiapkan KTP dan membuat akun saja. Nggak sampai satu jam, pinjaman disetujui. Jauh lebih mudah dibandingkan dengan membuat kartu kredit misalnya yang butuh waktu beberapa minggu,” ucap Huda sebagaimana dinukil dari VOAIndonesia, (12/3/2024).
Di sisi lain, kecenderungan Gen Z dan milenial yang melek teknologi dikombinasikan dengan kecenderungan mereka menggampangkan masalah utang. Dibantu dengan mudahnya mengajukan pinjaman di pinjol, mereka pun seperti nggak berpikir dua kali untuk melakukannya.
“Karena mudah, tentu penggunanya banyak. Mereka seperti, lakukan saja, nanti bisa kebayar,” ucap CEO Zap Finance Prita Ghozie.
Masalahnya, peminjam dari generasi muda ini nggak mempertimbangkan kemampuan finansialnya untuk melunasinya sekaligus bunganya. Pada akhirnya, mereka pun sulit membayarnya dan tanggungan yang harus dibayar jadi semakin besar.
“Ini PR anak muda. Harusnya bisa paham berapa sih total yang harus dibayarkan kembali, termasuk pokoknya, bunga, dan biaya-biaya lainnya,” saran Prita.
Dengan banyaknya kasus pinjaman macet pinjol yang berujung masalah yang lebih besar. Ada baiknya kini anak muda nggak mudah terpikir untuk memakainya hanya untuk kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya nggak diperlukan. Daripada memenuhi gengsi atau ikutan FOMO hal-hal baru namun pada akhirnya malah jadi menderita, mending hidup tenang tanpa utang, bukan? (Arie Widodo/E05)