Inibaru.id - Setiap hubungan memiliki dinamika tersendiri, dan terkadang kita menemukan diri kita terjerat dalam hubungan yang nggak sehat atau toxic. Ketika akhirnya kita memutuskan untuk keluar dari hubungan semacam itu, langkah pertama yang diambil mungkin adalah rasa lega atau pembebasan. Namun, seringkali di balik itu juga muncul rasa bersalah yang menghantui.
Rasa bersalah setelah keluar dari hubungan toxic mungkin terasa paradoks. Seharusnya kita merasa lega karena membebaskan diri dari situasi yang nggak sehat, tetapi mengapa kita malah merasa bersalah? Ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi.
Pertama, mungkin kita merasa bersalah karena meninggalkan pasangan kita. Terlepas dari betapa nggak sehatnya hubungan itu, kita masih memiliki ikatan emosional dengan mereka. Rasa bersalah bisa muncul karena merasa telah melukai atau meninggalkan mereka sendirian.
Namun, penting untuk diingat bahwa menjaga diri sendiri adalah prioritas utama. Jika hubungan itu nggak sehat, meninggalkannya adalah langkah yang benar, meskipun sulit.
Kedua, rasa bersalah juga bisa muncul karena kita merasa gagal. Gagal menjaga hubungan tetap berjalan, gagal membuat pasangan kita bahagia, atau gagal memperbaiki situasi yang buruk. Namun, ini adalah pandangan yang tidak adil terhadap diri sendiri. Sebuah hubungan adalah tanggung jawab bersama, dan tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Jangan menyalahkan diri sendiri sepenuhnya atas kegagalan hubungan tersebut.
Ketiga, mungkin kita merasa bersalah karena menghabiskan begitu banyak waktu dalam hubungan tersebut. Mungkin kita bertanya-tanya, "Kenapa saya tidak pergi lebih awal?" atau "Mengapa saya terus bertahan begitu lama?" Ini adalah pertanyaan yang wajar, tetapi meratapi masa lalu nggak akan mengubah apa pun. Yang terpenting adalah kita belajar dari pengalaman tersebut dan menggunakan pengetahuan itu untuk membangun hubungan yang lebih sehat di masa depan.
Bagaimanapun juga, rasa bersalah tidak akan membawa manfaat bagi kita. Yang terpenting adalah memaafkan diri sendiri dan memulai proses penyembuhan. Ini adalah waktu untuk fokus pada diri sendiri, menemukan kembali siapa kita, dan membangun kehidupan yang lebih baik. Ini mungkin memerlukan waktu dan upaya, tetapi ingatlah bahwa setiap langkah kecil adalah kemajuan.
Mengatasi rasa bersalah juga bisa melibatkan berbicara dengan seseorang yang dipercaya, seperti teman dekat atau profesional kesehatan mental. Berbicara tentang perasaan kita dapat membantu kita memahami dan merangkulnya dengan lebih baik.
Ketika kita memutuskan untuk keluar dari hubungan toxic, itu adalah tindakan penuh keberanian dan menghormati diri sendiri. Kita nggak boleh membiarkan rasa bersalah menghalangi kita untuk mengejar kebahagiaan dan kesejahteraan kita sendiri. Setiap langkah menuju pemulihan adalah langkah menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih berarti.
Ingat, kamu terlalu berharga untuk merasa nggak bahagia. (Siti Zumrokhatun/E05)