Inibaru.id - Berbagai kejahatan seperti pembegalan, bajing loncat, hingga pemerasan di jalan, kerap menimpa para sopir truk. Akibatnya, perusahaan yang akan dirugikan akibat hal ini.
Tren perampokan pada sopir truk ini sempat marak beberapa tahun lalu. Beberapa di antaranya tergabung di para kelompok kriminal seperti Hercules, Gajah Oling, maupun Andalas.
Berbagai kejahatan ini bisanya sudah direncanakan untuk mengincar barang yang ingin dirampas. Hal itu biasanya dilakukan dengan mengamati jalur yang sering dilalui oleh sopir truk hingga tempat istirahat mereka.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan menjelaskan, perusahaan truk kini menggunakan teknologi untuk meminimalisasi kejahatan jalanan dan mempersempit ruang gerak pelaku.
“Untuk perusahaan yang mengangkut barang bernilai tinggi, paling tidak sudah menggunakan GPS. Kemudian, kami bisa memantau rutenya dan bisa dicek kapan berhenti dan jalannya truk,” jelas Gemilang.
Teknologi ini akan mendeteksi apabila truk keluar dari rute yang sebenarnya. Hal itu juga berlaku jika truk berhenti atau istirahat terlalu lama. Nantinya akan ada pemberitahuan yang diterima oleh perusahaan.

“Hal ini merupakan salah satu cara memantau truk sehingga memperkecil gerak pelaku kriminal. Tapi maling juga pintar, jadi yang pertama dilakukan yaitu mematikan GPS-nya," ungkapnya.
Namun, perusahaan nggak bisa selamanya mengandalkan teknologi. Salah satu hal yang diwajibkan dalam pengiriman barang adalah asuransi. Kendati demikian, masih ada saja perusahaan yang abai dan meminta pertanggungjawaban sopir jika terjadi kelalaian.
“Asuransi sekarang laku karena banyak kejadian kejahatan di jalan. Orang semakin banyak yang ketakutan, jadi semakin mengandalkan asuransi,” ujar Wakil Ketua Aptrindo Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Bambang Widjanarko.
Semoga dengan teknologi dan asuransi dan teknologi ini dapat mengurangi kejahatan di jalanan ya, Millens! (Kom/IB27/E03)