Inibaru.id – Meski kerap disebut sebagai negara dengan biaya hidup yang cukup mahal, nyatanya Swiss punya banyak sekali keunggulan yang bikin banyak orang pengin tinggal di sana. Gaji besar salah satunya. Selain itu, kondisi alam di sana juga masih terjaga baik, termasuk di kota besar.
Yang paling jelas tentu saja adalah kondisi sungai di Swiss yang masih sangat bersih. Kontras dengan sungai-sungai di Indonesia yang jadi tempat pembuangan sampah, limbah rumah tangga, atau limbah industri, di sana sungainya masih sangat aman, bersih, dan higienis untuk dijadikan tempat berenang. Saking bersihnya, warga di sana nggak ragu untuk berenang sewaktu-waktu, termasuk untuk berangkat dan pulang kerja.
Di Ibu Kota Bern, misalnya, jaringan transportasi umum di sana memang sudah sangat baik. Tapi, banyak warga di kota tersebut yang tetap memakai cara tradisional yang sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir pada musim panas, yaitu berangkat dan pulang kerja dengan berenang di Sungai Aare yang dikenal bersuhu dingin, yaitu 21 derajat Celsius dan memakai arusnya yang cukup deras untuk mencapai wilayah yang dekat dengan tempat kerjanya.
Hal serupa dilakukan warga Kota Basel yang dibelah Sungai Rhein yang bersuhu 23 derajat Celsius. Kalau menurut warga sekitar, dengan memakai arus sungai yang deras dan membawa tas kedap air yang bisa dijadikan pelampung, warga bisa sampai ke tempat kerja hanya dalam hitungan menit tanpa memerlukan biaya! Lebih dari itu, suhu dingin air sungai bisa bikin mereka merasa segar menghadapi suhu musim panas.
Salah seorang warga Bern, Evelyn Schneider-Reyes mengaku selalu menyiapkan tas kedap airnya untuk dipakai pulang kerja di musim panas. Tas ini bisa dijadikan pelampung agar dia nggak tenggelam saat mengikuti arus di Sungai Aare sekaligus dijadikan tempat menyimpan handuk, pakaian kerja, dan perlengkapan kantor lainnya.
“Kami menyebutnya ‘tas Aare’. Di sana kami bisa menyimpan ponsel, pakaian, dompet, dan sepatu. Saya bisa berenang pulang. Setelah 15 menit mengikuti arus sungai, saya tinggal menepi di wilayah Lorrainebad,” ucap Evelyn sebagamana dinukil dari Le News, Kamis (11/7/2024).
Saking banyaknya orang yang memakai cara ini untuk berangkat atau pulang kerja, di tepi sungai banyak dipasang palang berwarna merah sebagai penanda di mana para pekerja bisa terjun ke sungai atau naik dari sungai.
“Aku suka memakai cara ini karena menyegarkan. Setelah naik ke tepi sungai, aku tinggal jalan kaki naik bukit ke rumah selama 8 menit,” lanjutnya.
Tradisi ini sebenarnya baru benar-benar bisa dilakukan usai Swiss mampu menyelesaikan instalasi pengolahan limbah pada 2017. Hal ini membuat sungai-sungai di sana terjaga kondisinya dan nyaman dipakai berenang atau aktivitas air lainnya. Tapi, sepertinya tradisi berenang di sungai saat musim panas ini bakal bertahan hingga puluhan hingga ratusan tahun ke depan, ya?
Hm, andai saja sungai-sungai di Indonesia bisa sebersih di sana, ya? Pasti kita juga bisa berangkat atau pulang kerja sembari berenang di sungai yang segar. (Arie Widodo/E10)