BerandaHits
Senin, 1 Des 2025 19:42

Aroma Kopi dan Masa Depan Hutan Muria yang Kian Menyempit

Aroma Kopi dan Masa Depan Hutan Muria yang Kian Menyempit

Lahan kopi di Tahura Muria bakal dibatasi. (Joglojateng)

Usulan menjadikan kawasan Pegunungan Muria sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) membuat masa depan kebun-kebun kopi di lerengnya memasuki babak baru. Di tengah kebutuhan menjaga hutan alam yang kian menipis, pemerintah berupaya menata ulang pengelolaan tanpa menyingkirkan warga yang menggantungkan hidupnya dari kopi.

Inibaru.id - Di lereng Pegunungan Muria, aroma kopi semakin akrab dengan kehidupan warga dalam beberapa tahun terakhir. Ribuan batang kopi tumbuh di lahan-lahan miring, menjadi tumpuan ekonomi masyarakat sekitar. Namun, geliat itu tampaknya akan mengalami batas baru. Usulan menjadikan sabuk Pegunungan Muria sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) membuka babak berbeda dalam pengelolaan kawasan yang selama ini jadi ruang hidup banyak orang.

Tahura diusulkan bukan tanpa alasan. Menurut data satelit yang digunakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tutupan hutan asli di kawasan Muria pada 2024 hanya tersisa 7.287 hektare. Angka yang menyisakan kegelisahan, mengingat Muria selama ini menjadi benteng penting bagi ekosistem di Jepara, Kudus, dan Pati.

Kepala Bidang Pengelolaan DAS dan Konservasi SDA DLHK Jateng, Soegiharto, nggak menutup mata bahwa interaksi masyarakat dengan hutan negara sudah terjadi sejak lama. Sebagian kawasan bahkan telah berubah, tergantikan tanaman non-habitat seperti kopi.

"Yang paling mendominasi saat ini tanaman kopi. Jadi sudah mengubah dari fungsi hutan alam,” ujarnya, melansir Murianews, Kamis (27/11/2025).

Meski begitu, dia menilai kondisi deforestasi masih dalam taraf aman. Lahan kopi yang ada kini dianggap cukup mendukung perekonomian warga. Namun dia mengingatkan bahwa hutan alam sekunder yang masih benar-benar asli tinggal sekitar 2 ribu hektare, luasan yang relatif kecil untuk kawasan sebesar Muria.

Pengelolaan Tahura nantinya melibatkan masyarakat. (Kudus Tourism)
Pengelolaan Tahura nantinya melibatkan masyarakat. (Kudus Tourism)

Sisa hutan itu, katanya, nggak boleh dibiarkan. Jika pengelolaan nggak dilakukan secara serius, ancaman terhadap ekosistem bukan hanya soal erosi dan ketersediaan air, tetapi juga keberlangsungan hidup satwa liar yang bergantung pada tutupan hutan alami.

”Kalau dibiarkan terus menerus, tidak dibatasi dan tidak dikelola, pasti akan mengancam tidak hanya menahan erosi dan air, tapi kebutuhan hidup satwa liar,” jelasnya.

Karena itu, usulan Tahura dinilai penting. Dengan status tersebut, pengelolaan hutan dapat dilakukan lebih terarah melalui pendekatan blok. Lahan-lahan yang sudah ditanami kopi nggak akan serta-merta ditarik dari masyarakat. Kawasan itu rencananya dimasukkan sebagai blok tradisional seluas sekitar 2.300 hektare, mencakup Jepara, Kudus, dan Pati.

Soegiharto menegaskan bahwa masyarakat nggak akan disingkirkan. Pengelolaan Tahura nantinya menggunakan model partisipatif, sehingga keberlanjutan hutan dapat berjalan berdampingan dengan kesejahteraan warga.

”Untuk petani kopi misalnya, nanti akan ada mekanisme kemitraan konservasi. Jadi kita akan berpartisipasi nanti,” kata dia.

Aroma kopi Muria mungkin nggak akan hilang. Namun di masa depan, dia akan tumbuh bersama aturan yang lebih ketat demi menjaga napas panjang hutan yang selama ini menjadi nadi kehidupan kawasan. Semoga deforestasi di kawasan Muria bisa dihentikan ya, Gez. (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved