inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Amalan Asyura, Mengelus Rambut Anak Yatim adalah Ladang Pahala Umat Muslim
Rabu, 31 Jul 2024 16:48
Bagikan:
Habib Hamid bin Sholeh Ba'agil menjelaskan mengenai cara menyantuni anak yatim dengan benar dalam kajian Nongkrong tobat di Santrendelik. (Instagram/santrendelik)

Habib Hamid bin Sholeh Ba'agil menjelaskan mengenai cara menyantuni anak yatim dengan benar dalam kajian Nongkrong tobat di Santrendelik. (Instagram/santrendelik)

Pada 10 Muharam atau Asyura, mengelus rambut anak yatim diyakini bisa menjadi ladang pahala bagi umat muslim.

Inibaru.id - Muharam atau Suro, bulan pertama dalam penanggalan Hijriah acap dianggap spesial. Pada hari ke-10 atau yang dikenal sebagai Asyura, umat muslim meyakini adanya berbagai amalan pendulang pahala, salah satunya adalah dengan mengelus rambut anak yatim.

Hal ini sebagaimana disampaikan ulama Habib Hamid bin Sholeh Ba’agil dalam sebuah kajian mingguan Nongkrong Tobat Santrendelik Semarang belum lama ini. Habib Hamid mengatakan, meski hadit ini lemah, mengelus rambut anak yatim tetaplah termasuk ibadah jika diniatkan dengan tulus.

"Itu (mengelus rambut anak yatim) termasuk ibadah," terang lelaki berkacamata tersebut. "Bahkan tiap helai rambut anak yatim yang kita sentuh adalah pelebur dosa-dosa kiata," terangnya.

Namun begitu, Habib Hamid menggarisbawahi, anak yatim yang dimaksud di sini adalah yang belum masuk usia dewasa atau akil balig. Mengusapnya juga ada caranya, yakni dari arah belakang ke depan, berbeda dengan pada umumnya yang diusap dari depan ke belakang.

Memberi Santunan

Bertempat di "markas" Santrendelik di Jalan Kalialang Lama, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Habib Hamid menambahkan, selain mengelus rambut, hal yang nggak boleh dilupakan terhadap anak yatim adalah memberi santunan untuk menyenangkan hati mereka.

"Menyantuni anak yatim adalah kebaikan, jika dilakukan dengan cara yang baik. Maka, santunan harus dilakukan dengan tetap menghormati martabat mereka," saran ustaz yang dikenal dengan ciri khas busana dominan putih ini.

Menurutnya, membuat acara santunan dengan membariskan anak-anak yatim di atas panggung, lalu difoto atau divideo, kemudian ditayangkan di media sosial, adalah contoh yang nggak baik. Cara ini, lanjutnya, nggak pantas dilakukan dan terkesan nggak menghormati martabat mereka.

"Cara yang baik adalah jangan dihinakan. Jika ingin menyantuni anak yatim, kita yang punya uang datang menyantuni mereka, bukan mereka yang harus datang ke kita," jelas Habib Hamid. "Kalau didokumentasikan, sebaiknya foto mereka diblur."

Ustaz Hamid menegaskan, menjaga martabat anak yatim diperlukan agar amal kita nggak sia-sia. Perbuatan itu bisa jadi dipuji masyarakat, tapi mungkin nggak mendapatkan balasan dari Allah karena kita melakukannya dengan cara yang nggak pantas."

Sebagai sesama manusia, memuliakan anak yatim memang sudah sepantasnya dilakukan, terlebih untuk kita memiliki rezeki berlebih. Mari kita lakukan amalan-amalan dengan cara yang benar dan penuh penghormatan! (Rizki Arganingsih/E03)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved