Inibaru.id – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat proses penetapan Situs Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional. Menurutnya, situs ini punya nilai historis dan arkeologis yang sangat penting untuk memahami sejarah panjang peradaban manusia di Nusantara.
Berbicara di hadapan peserta diskusi bertajuk Situs Patiayam Menuju Cagar Budaya Nasional pada Rabu (04/12/2024) sore, Fadli mengungkapkan, secara substansi situs ini sudah sangat layak menjadi cagar budaya nasional.
"Sudah layak. Namun, kendala administratif dan teknis masih menjadi tantangan besar di sana," terang lelaki yang pada 2004 atau 2005 mengaku pernah menjelajahi gua-gua dan lokasi penemuan artefak di Situs Patiayam yang dijaga masyarakat setempat itu.
Dia menambahkan, memberikan status Cagar Budaya Nasional untuk Situs Patiayam sangat penting guna menjaga keamanan situs, melestarikan kekayaan arkeologis, serta memperkenalkannya kepada masyarakat lokal dan dunia internasional.
Lampu Hijau dari Kementerian Kebudayaan
Diskusi yang berlangsung di Ruang Delegasi Gedung MPR/DPR/DPD RI ini diselenggarakan oleh MPR RI bekerja sama dengan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia (CPAS) dan Forum Diskusi Denpasar 12 (FDD12); dengan peserta terarah yang merupakan para pemangku kepentingan.
Dalam diskusi, Fadli menyoroti perlunya penyelesaian prosedur administratif yang melibatkan berbagai tingkat pemerintahan, mulai dari daerah hingga nasional. Dia menegaskan, Kementerian Kebudayaan siap memberikan dukungan, termasuk penyelesaian aspek administratif dan zonasi yang acap jadi hambatan.
“Penemuan fosil hewan purba seperti Stegodon, Bubalus, hingga Sondaicus menunjukkan bahwa Situs Patiayam memiliki kesamaan nilai ilmiah dengan situs-situs lain seperti Sangiran, Semedo, dan situs di Sulawesi Selatan. Ini memperkuat urgensi penetapan Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional,” jelasnya.
Fadli menambahkan, keseimbangan antara pelestarian budaya dengan pemanfaatannya bagi masyarakat juga penting untuk diperhatikan. Dia pun mengusulkan adanya pendekatan lintas sektor untuk mengatasi berbagai kendala, termasuk kebijakan terkait penelitian dan pelestarian budaya.
Upaya Memperkuat Identitas Budaya
Sebagai langkah konkret, Kementerian Kebudayaan berencana mengadakan pameran pada Desember 2024 di Museum Nasional. Pameran ini akan menampilkan fosil Homo erectus asli, stegodon, dan temuan lainnya dari Situs Patiayam, sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi budaya masyarakat.
Dalam upaya menyederhanakan regulasi terkait pelestarian budaya, Fadli mengusulkan pembentukan omnibus law di bidang kebudayaan. Kumpulan undang-undang ini diharapkan dapat mencakup perlindungan cagar budaya, permuseuman, hingga musik, sehingga proses pelestarian dapat berjalan lebih efektif.
“Kami ingin memastikan bahwa semua elemen kebudayaan, termasuk Situs Patiayam, dapat dilestarikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk membangun karakter bangsa,” tegas Fadli.
Dia mengimbuhi, penetapan Situs Patiayam sebagai Cagar Budaya Nasional bukan hanya langkah strategis untuk pelestarian sejarah, tetapi juga menjadi bagian penting dalam memperkuat identitas budaya Indonesia di kancah global.
Kolaborasi Riset adalah Kunci Utama
Sedikit informasi, Situs Patiayam merupakan lokasi penemuan benda purba yang berlokasi di sisi tenggara Gunung Muria, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Kudus dan Pati. Saat ini, situs tersebut telah berstatus cagar budaya, tapi baru tingkat Jateng. Nah, forum ini dibuat untuk menaikkan statusnya ke tingkat nasional.
Dalam upaya ini, Kepala Pusat Riset Arkeologi, Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Marlon Ramon Nicolay Ririmase menilai, kunci utamanya adalah pada kolaborasi riset. Hal tersebut diperlukan untuk menjawab tantangan yang akan dihadapi ke depannya.
"Kolaborasi riset menjadi catatan penting bagi kami. Sebagaimana pelestarian situs-situs sejarah lain, kami menilai, sinergi antara berbagai pihak diperlukan untuk memaksimalkan pengelolaan situs purbakala (Patiayam) ini,“ usulnya.
Menurut Marlon, kolaborasi riset yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, akademisi, komunitas, hingga sektor swasta, memiliki peran strategis. Dia pun kemudian mencontohkan keberhasilan pemulihan situs warisan dunia di Kota Paris, Prancis, yang melibatkan sektor privat.
"Pendekatan serupa dapat diterapkan di Situs Patiayam untuk mempercepat pengusulan statusnya sebagai Cagar Budaya Nasional," jelasnya.
Melibatkan Masyarakat
Marlon mengungkapkan, kolaborasi riset yang telah dilakukan BRIN sejauh ini antara lain, menjalankan skema riset multi-tahun dan kerja sama dengan berbagai universitas di Indonesia; kemudian terus membuka peluang kolaborasi riset internasional untuk pelestarian sekaligus pengembangan keilmuan.
Selain kolaborasi, menurut Marlon, pelestarian situs sejarah seperti Patiayam juga perlu menerapkan edukasi publik. Edukasi yang baik, lanjutnya, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan sejarah dan budaya.
"Dengan melibatkan masyarakat luas, pelestarian Situs Patiayam akan menjadi upaya kolektif yang berkelanjutan," tandasnya.
Situs Patiayam bukan hanya milik segelintir masyarakat, tetapi aset nasional yang berharga untuk kita semua. Maka, menjadikan situs yang acap disebut "kebun binatang purba" ini sebagai cagar budaya sekelas Candi Borobudur merupakan upaya bersama yang kita juga harus andil di dalamnya. Sepakat? (Imam Khanafi/E03)