inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Tradisi Nyadran Gunung Silurah Batang, Ada Sejak 500 Tahun Silam
Jumat, 26 Jan 2024 09:00
Penulis:
Bagikan:
Tradisi Nyadran Gunung Silurah diadakan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (Batangkab)

Tradisi Nyadran Gunung Silurah diadakan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. (Batangkab)

Di Kabupaten Batang, ada sebuah tradisi unik yang sudah eksis sejak 500 tahun. Namanya adalah tradisi Nyadran Gunung Silurah. Seperti apa ya jalannya tradisi ini?

Inibaru.id – Meski usia kemerdekaan kita baru 78 tahun, realitanya ada banyak budaya dan tradisi yang sudah eksis sejak berabad-abad silam. Ada budaya yang bahkan ada sebelum bangsa Eropa datang untuk mencari rempah-rempah. Nah, salah satu dari tradisi yang sudah berlangsung sangat lama tersebut adalah Nyadran Gunung Silurah di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Tradisi ini bisa kamu temui di Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal yang berjarak kurang lebih 25 kilometer dari pusat kota Batang. Terkait dengan usia tradisi ini yang diklaim sudah ratusan tahun, hal ini diamini anggota tim Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Mulyono Rahman.

“Nyadran Gunung Silurah ini sudah jadi budaya turun temurun dari para leluhur sampai sekarang. Tujuannya untuk menghormati arwah para leluhur,” ungkap Mulyono sebagaimana dilansir dari Tribunjateng, Senin (31/7/2023).

Di sisi lain, Kepala Desa Silurah Suroto menjelaskan kalau tradisi ini sudah dilakukan sejak 500 tahun silam. Awalnya, warga mengadakannya saat terjadi bala atau malapetaka yang melanda desa tersebut. Pemimpin adat kemudian mendapatkan petunjuk lewat mimpi untuk melakukan sejumlah ritual agar penyakit yang melanda warga bisa segera hilang.

“Jadi setiap malam Jumat Kliwon bulan Jumadil Awal penanggalan Islam, warga Silurah menggelar tasyakuran dengan cara ider-ider (keliling) desa sembari berdoa. Lalu keesokan harinya ada tokoh adat yang memotong kambing kendit,” jelas Suroto.

Warga keliling desa saat menggelar tradisi Nyadran Gunung Silurah, Batang. (Suaramerdeka/Hendra Setiawan)
Warga keliling desa saat menggelar tradisi Nyadran Gunung Silurah, Batang. (Suaramerdeka/Hendra Setiawan)

Kambing kendit adalah kambing yang berbulu hitam namun memiliki sejumlah bagian tubuh yang berbulu putih. Proses pemotongan kambing dilakukan di lereng Gunung Ronggokusumo dan diiringi oleh gending Jawa. Nah, setelah prosesi tersebut, tokoh adat dan sesepuh kemudian naik ke gunung untuk mendoakan para leluhur. Sementara kepala kambingnya ditanam di tempat yang sudah ditentukan.

“Dagingnya dimasak, lalu sebagian dagingnya dijadikan bagian sesaji yang ditempatkan di lima titik. Salah satunya adalah Watu Larangan atau Batu Larangan. Nah sisa dagingnya dimakan warga bersama-sama,” lanjut Suroto.

Warga percaya jika mereka tetap melakukan tradisi Nyadran Gunung Silurah ini, maka kehidupan mereka bakal sejahtera sekaligus terbebas dari wabah dan malapetaka.

Nah, karena prosesinya yang bisa berlangsung beberapa hari serta dilakukan di sejumlah tempat yang dianggap sakral, kini semakin banyak wisatawan dari daerah lain yang datang untuk melihatnya secara langsung. Meski warga sempat khawatir hal ini akan mengurangi kesakralan, nyatanya sejauh ini tradisi Nyadran Gunung Silurah tetap berlangsung dengan lancar.

Gimana, apakah kamu juga tertarik untuk melihat langsung tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini, Millens? (Arie Widodo/E10)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved