inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Waspada, Pemanasan Global Bikin Ular Lebih Sering 'Dekati' Manusia
Senin, 13 Mei 2024 17:56
Penulis:
Bagikan:
Ilustrasi: Populasi ular akan meningkat dan bakal lebih mudah ditemui dekat rumah. (Kompas)

Ilustrasi: Populasi ular akan meningkat dan bakal lebih mudah ditemui dekat rumah. (Kompas)

Nggak disangka, pemanasan global bisa bikin populasi ular melonjak di masa depan, lo. Bisa jadi, kamu bakal lebih sering melihat reptil ini di dekat rumah!

Inibaru.id – Pada Selasa (23/4/2024) sore, warga Kedungmundu, Kota Semarang dikejutkan dengan munculnya ular piton sepanjang 4 meter di ruko yang nggak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus). Meski ruko tersebut lokasinya nggak jauh dari sungai, tetap saja banyak orang keheranan dengan munculnya ular berukuran besar di kawasan yang cukup padat.

Maklum, ular lebih dikenal sebagai hewan yang biasa muncul di alam liar seperti kebun, hutan, atau sawah, bukannya di dekat permukiman warga. Meski memiliki mekanisme pertahanan seperti bisa atau lilitan mematikan, nyatanya ular lebih memilih untuk menghindari manusia.

Sayangnya, apa yang dilihat warga Kedungmundu sepertinya bakal lebih sering ditemui warga-warga kota lainnya dalam waktu dekat. Pasalnya, perubahan iklim alias pemanasan global bakal membuat sejumlah spesies ular, khususnya ular berbisa, bakal bertambah jumlahnya. Kok, bisa?

“Jadi perubahan iklim bakal bikin populasi beberapa jenis ular berbisa meningat. Soalnya suhu yag lebih hangat bakal membuat rasio keberhasilan penetasan telur ular semakin tinggi,” terang peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evoluasi Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amir Hamidy sebagaimana dilansir dari Mongabay, Minggu (12/4).

Khusus untuk Jawa, pulau di mana lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia tinggal, terdapat 35 sampai 36 jenis ular. Dari total jenis ular tersebut, 13 di antaranya tergolong ular berbisa. Masalahnya sekitar 4 sampai 5 dari jenis ular berbisa itu bisa ditemui di lingkungan manusia tinggal, termasuk di kawasan padat penduduk.

Telur ular bakal lebih mudah menetas gara-gara suhu udara di bumi meningkat. (Detik)
Telur ular bakal lebih mudah menetas gara-gara suhu udara di bumi meningkat. (Detik)

“Kobra, weling atau welang, dan ular hijau bisa ditemui hidup di sekitar manusia. Di Jabodetabek misalnya, kobra cukup sering ditemui di persawahan, sekitar permukiman, hingga di pekarangan rumah,” lanjut Amir.

Yang jadi masalah, kalau tingkat keberhasilan penetasan ular nantinya semakin tinggi, bisa jadi kita bakal sering melihat bayi-bayi kobra yang sudah dilengkapi dengan bisa yang mematikan. Memang, ular dewasa ataupun bayi ular punya predator alami seperti garangan, elang, atau kucing hutan. Tapi, populasi predator-predator alami tersebut terus menurun gara-gara alam yang rusak atau diburu manusia.

Minimnya populasi predator ditambah dengan melimpahnya mangsa ular, yaitu tikus tentu menguntungkan ular. Sayangnya, hal ini bisa berdampak buruk pada manusia yang menghadapi bahaya lebih sering.

Asal kamu tahu saja, dalam 10 tahun terakhir, terdapat lebih dari 135 ribu kasus gigitan ular yang dicatat Indonesian Toxinology Society. Dari total laporan tersebut, 10 persen di antaranya berujung pada kematian. Masalahnya, data tersebut masih sangat kecil dengan kondisi aslinya. Bisa jadi, kasus insiden dengan ular dan kematian akibat tersebut jauh lebih besar.

Duh, ada satu alasan lagi yang bikin kita harus segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi pemanasan global atau perubahan iklim. Yap, demi mencegah populasi ular melonjak di masa depan, Millens. (Arie Widodo/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved