Inibaru.id – Jika biasanya ruwatan bumi diadakan setiap tahun sekali, maka berbeda dengan tradisi ruwatan bumi di Desa Kepuren, Serang ini. Mereka mengadakan ruwatan bumi setiap sewindu (8 tahun) sekali. Bisa juga diadakan setelah terjadi bencana biar bencana nggak menghampiri mereka lagi.
Ruwatan berasal dari kata "ruwat" atau ngarawat (bahasa Sunda) yang artinya memelihara atau mengumpulkan. Kata mengumpulkan artinya mengajak warga seluruh kampung untuk mengumpulkan berkat hasil buminya untuk persembahan, baik yang masih mentah maupun yang sudah matang, atau dalam taraf pengolahan. Tujuan ruwatan bumi Kepuren yaitu mengungkapkan rasa syukur, menolak bala, dan menghormati kepada para leluhur Desa Kepuren.
Prosesi Ruwatan Bumi Kepuren
Tradisi ruwatan bumi Kepuren ini meriah banget, Millens. Kamu bisa menyaksikan aneka acara seperti pemotongan kerbau, kendang silat, pertunjukan wayang golek, gendingan, dan masih banyak lagi. Jadi wajar kan kalau tradisi ini diadakan beberapa hari.
Selawatan pada ruwatan bumi Kepuren. (deskgram.net)
“Ada sekitar 1.000 orang terlibat dalam acara ini. Dana yang digunakan dari masyarakat. Perempuan kita minta Rp 200.000. Laki-laki Rp 400.000. itu bagi yang sudah berpenghasilan,” katanya Muhammad Kasim Fatmawijaya, salah seorang sepupuh Kampung Kepuren.
Walaupun acara ini masih digelar menggunakan swadaya dari masyarakat, Kasim berharap ke depannya pemerintahan daerah, khususnya Pemkot Serang, dapat membantu pendanaan atau menjadikan kegiatan ini sebagai kalender wisata.
“Mudah-mudahan ke depan ada bantuan biar maju tradisi budaya. Lebih bagus kalau dijadikan wisata setiap 8 tahunan,” tuturnya.
Wah, menarik banget ya kalau dijadikan acara rutin 8 tahunan. Siap-siap menginap, ya? Ha ha (IB07/E05)