Inibaru.id - Istiana masih ingat betul bagaimana komentar teman-teman dekatnya saat dirinya memutuskan untuk masuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Jawa (KJ) di kampusnya sekitar sedekade lalu. Sebagai orang Sunda, wajar jika keputusan itu ditanggapi teman-temannya dengan komentar kebingungan.
"Saya paham maksud mereka. Sebagai orang yang sama sekali nggak tahu budaya Jawa, masuk (UKM) KJ adalah hal aneh. Namun, sebagai orang bakal tinggal lama di Jawa (Jawa Tengah), wajar jika saya pengin mempelajari budaya yang ada di tempat tersebut," tutur perempuan yang kini tinggal di Sukabumi, Jawa Barat tersebut.
Bagi Isti, sapaan akrabnya, kesenian adalah "bahasa" yang universal. Jadi, nggak perlu malu atau takut dianggap kampungan saat memperlajari kesenian lokal. Menurutnya, menguasai tari tradisional atau alat musik daerah justru akan menjadi nilai plus di kalangan masyarakat.
"Anak muda seharusnya bangga mempertontonkan kesenian lokal yang dikuasainya. Saya sering berpikir, 'challenge viral' di TikTok mungkin akan menarik jika bisa dimanfaatkan orang-orang yang berkesenian untuk menaikkan popularitas kesenian tradisional di kalangan gen-z," tuturnya.
Popularitas Kesenian Tradisional di Medsos
Apa yang dikatakan Isti tentu bukanlah sekadar pepesan kosong belaka. Sebagai salah satu platform medsos terpopuler di Indonesia, keberadaan TikTok di kalangan anak muda memang nggak bisa dikesampingkan.
Menurut laporan Digital 2024: Indonesia yang dirilis Data Reportal, Indonesia memiliki 125 juta pengguna TikTok per Januari 2024, dengan 62 persen pengguna berusia 18–30 tahun. Bisa dibayangkan betapa efektifnya melakukan "kampanye" kesenian tradisional di platform ini, kan?
Keinginan anak muda untuk mengenal kesenian daerah sejatinya bukannya nihil, kok. Berdasarkan data dari TikTok Creative Center, hingga Mei 2024 tagar #TariTradisional telah digunakan dalam 2,3 juta video di platform buatan Tiongkok tersebut.
Sementara itu, tagar #Gambyong yang merujuk pada tari jawa klasik dari Surakarta itu mencapai 540.000 video, sedangkan seni pertunjukan Jawa #Jathilan mendekati 320.000 video. Ini menjukkan bahwa kesenian tradisional cukup populer di medsos tersebut.
Konten Kreator Kesenian Tradisional
Berdasarkan sumber yang sama, sejumlah kreator di TikTok juga tampak konsisten memproduksi konten berkaitan dengan kesenian tradisional, khususnya yang berhubungan dengan tari tradisional di Jawa.
Akun @javanese.dance, misalnya. Dengan jutaan followers yang dimilikinya, secara berkala menampilkan turorial singkat berkaitan dengan sejumlah tarian tradisional seperti Gambyong dan Srimpi. Secara keseluruhan, video-videonya telah mendapatkan belasan juta likes.

Selain itu, ada pula akun @wayang.contemporer dengan ratusan ribu followers-nya yang acap mengkolaborasikan wayang kulit dengan musik modern. Dalam tiap postingannya, dia rata-rata mendapatkan lebih dari 500 ribu views.
Lebih dari itu, tagar #TariJawaChallenge telah digunakan oleh 180.000 video hingga Juni 2024, dengan engagement rate 8,5 persen. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata tagar budaya lain di dunia. Hm, menarik bukan?
Tantangan yang Dihadapi
Seiring dengan popularitas kesenian tradisional di medsos, tantangan baru rupanya muncul. Sebuah studi yang dikeluarkan ISI Surakarta pada 2023 menyebutkan, 65 persen video tari tradisional di TikTok hanya menampilkan gerakan dasar.
Riset yang diterbitkan dalam Jurnal Seni dan Budaya Vol 12 No 2 itu mengungkapkan bahwa video-video nggak memberikan penjelasan makna filosofis dari gerakan-gerakan yang dipraktikkan tersebut. Hal ini tentu saja sangat disayangkan, karena filosofi dan tari tradisional adalah sebuah kesatuan.
Tantangan selanjutnya adalah isu hak cipta. Hal ini sempat dikeluhkan oleh sejumlah komunitas seniman. Dikutip dari laman PPI Indonesia, beberapa komunitas kesenian menyebutkan bahwa ada sejumlah video yang menggunakan musik karawitan tanpa izin.
Adakah Dampak Positifnya?
Muncul tantangan, tapi ada pula dampak positifnya. Dikutip dari laman Kemendikbud pada 2024, Dinas Kebudayaan DIY mencatat kenaikan 25 persen peserta kursus tari Gambyong di Sanggar Tari Krido Bekso Wiromo (Yogyakarta) sejak 2023.
Selain itu, UMKM pengrajin kostum tari di Solo juga melaporkan adanya kenaikan omzet 30–40 persen sejak 2022 karena permintaan dari kreator konten. Ini tentu menjadi angin segar bagi pelestarian kesenian tradisional di Tanah Air.
Merespons situasi ini, Kemdikbud juga sempat meluncurkan program "Budaya Digital" pada 2023 serta pelatihan pembuatan konten budaya untuk seniman tradisional secara berkala hingga saat ini. TikTok Indonesia juga sempat berkolaborasi dengan Yayasan Lestarikan Wayang untuk kampanye #WayangChallenge dengan filter AR wayang pada 2024 lalu.
Nggak bisa dimungkiri, platform medsos seperti TikTok berperan cukup besar dalam memopulerkan kesenian tradisional di kalangan generasi muda. Sejalan dengan tantangan seperti filosofi dan hak cipta, menjadi tugas kita untuk menjaganya agar tetap lestari hingga generasi-generasi mendatang. (Siti Khatijah/E07)