Inibaru.id – Di jalur utama Pantura Demak-Kudus terdapat sebuah jembatan yang sebenarnya terkesan biasa saja. Namanya adalah Jembatan Kolonel Surandar atau yang lebih populer dengan sebutan Jembatan Tanggulangin yang berlokasi di Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Meski jembatannya nggak jauh beda dari jembatan pada umumnya, jembatan ini cenderung dihindari bupati Kudus dan pejabat-pejabat lainnya.
Mantan Bupati Kudus HM Hartopo mengiyakan hal ini. Tatkala dilantik menjadi bupati di Gedung Gradhika Bhakti Praja Semarang, dia dan rombongan nggak melewati jalur utama Pantura sebagaimana orang-orang pada umumnya. Mereka memilih untuk memutar lewat jalur Semarang-Purwodadi, tepatnya yang mengarah ke Bulung Cangkring sebelum sampai ke tujuan, yaitu Pendapa Kabupaten Kudus.
Baca Juga:
Segarnya Sop Balungan Pak Tekun Kudus“Saran para sesepuh untuk nggak lewat. Kalau saya sih nggak masalah, kan mitos. Tapi saya ikuti saja saran para sesepuh,” terang Hartopo sebagaimana dilansir dari Detik, Minggu (11/4/2021).
Terkait dengan mitos ini, sejarawan Kudus Sancaka Dwi Supani menyebut, mitos pejabat nggak boleh lewat Jembatan Tanggulangin karena adanya kepercayaan tentang rajah Sunan Kudus di jembatan tersebut. Keberadaan rajah itu dipercaya bakal membuat siapa saja pejabat yang lewat jembatan tersebut bakal lengser.
“Dulu kan ceritanya ada perebutan tahta di Kesultanan Demak. Sunan Kudus saat itu kan senopatinya Demak lebih suka Arya Penangsang yang menjabat. Tapi saingannya Joko Tingkir. Agar kekuatan Joko Tingkir ini melemah, maka dipasanglah rajah di Tanggulangin. Rajah itu mirip dengan yang Rajah Kalacakra yang ada di Menara Kudus,” jelas Sancaka.
Tujuan dari adanya rajah itu adalah jika Joko Tingkir melewati Tanggulangin saat akan ke Kudus, bakal kehilangan ilmunya atau mengalami nasib sial. Dia juga bakal turun tahta nggak lama kemudian. Nah, cerita ini ternyata masih diyakini oleh warga Kudus dan sekitarnya hingga sekarang.
Sancaka pun menyebut sejumlah pejabat seperti Wiranto atau Gus Dur yang pernah lewat jembatan tersebut nggak lama kemudian lengser dari jabatannya. Bahkan, Bupati Kudus sebelum Hartopo menjabat, M Tamzil, juga ikut lengser karena dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meski dia sempat memutar ke arah Welahan, Jepara untuk menghindari jembatan tersebut.
“Pak Tamzil lewat Jepara itu kan lewat Sungai Gelis, masih satu aliran dengan sungai di Tanggulangin, jadi jatuh juga,” lanjut Sancaka.
Meski mitosnya terkesan sangat kuat, Dosen Filsafat dan Budaya IAIN Kudus Nur Said meminta siapa saja untuk nggak terlalu menyeriusinya. Dia lebih memilih untuk mengambil sisi positif dari mitos itu, yaitu siapa saja yang menjabat harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin.
“Ambil pelajarannya. Harus jujur, dapat dipercaya, transparan, dan pro rakyat. Jadi walaupun lewat Tanggulangin pasti nggak mudah lengser,” saran Said.
Hm, kira-kira pejabat sekelas Kepala Desa atau Ketua RT kalau lewat Jembatan Tanggulangin bakal lengser juga nggak, ya? (Arie Widodo/E10)