Inibaru.id - Dalam acara kirab budaya Grebeg Subali yang dilaksanakan pada Sabtu (2/11) sore di Jalan Subali, Krapyak, Kota Semarang, ada salah satu prosesi khusus yang cukup menarik buat saya yakni jamasan atau ritual penyucian batik Subali.
Menurut Joshua, ketua acara Grebeg Subali, prosesi jamasan Batik Subali ini sudah dilaksanakan sejak kali pertama Grebeg Subali dicetuskan pada 2012. FYI, batik tersebut merupakan bikinan asli warga Subali.
“Asal-usulnya ya arena batik tersebut diambil dari nama wilayah yang kita tinggali ini yaitu Jalan Subali. Batik adalah mahakarya dari Indonesia, maka terciptalah batik Subali dan digunakan untuk prosesi jamasan batik di acara Grebeg Subali ini,” jelas Joshua.
Camat Semarang Barat Heru Iskandar (memakai blangkon) menjamas
Batik Subali. (Inibaru.id/ Audrian F)
Baca juga: Grebeg Subali, Simbol Kekerabatan Warga Krapyak
Prosesi ini dilaksanakan secara teatrikal, lo. Setelah melakukan beberapa gerakan, pasukan wanara (kera) yang dipimpin oleh Hanoman memberikan batik tersebut kepada Camat Semarang Barat Heru Iskandar. Kain bermotif unik pun dimandikan di dalam kendi yang sudah diisi berbagai bunga. Proses berikutnya, empat putri membawa batik tersebut mengeliling Jalan Subali.
“Batik ini adalah bagian dari simbol tentang rasa kemandirian dan identitas sebuah wilayah. Sebagai pengingat juga terhadap ikatan antara diri kita dengan teritorial yang kita diami. Itulah kenapa batik Subali menjadi syarat utama dalam kirab budaya Grebeg Subali,” pungkas Joshua.
O ya, batik Subali ini belum diproduksi massal, ya. Batik ini baru satu dan hanya dikeluarkan ketika ada Grebeg Subali. Hari-hari biasa disimpan di rumah tetua kampung Suwartono, RT 02 RW 04.
Empat putri pembawa Batik Subali. (Inibaru.id/ Audrian F)
Joshua juga bercerita, sebetulnya Karang Taruna Kelurahan Krapyak sudah punya tujuan untuk memproduksinya, tapi karena keterbatasan waktu dan berbagai halangan rencana itu belum terwujud.
Wah, sayang sekali ya, Millens. (Audrian F/E05)