Inibaru.id - Suara lantunan musik menyambut kedatangan saya dengan seorang teman di selasar gedung kantin Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, belum lama ini. Sore itu, belasan orang terlihat menikmati alunan musik yang dimainkan grup band Semarang WOL dan Serambi.
Grup band indie tersebut menyanyikan beberapa lagu untuk mengisi "Ditampart", sebuah perhelatan yang menjadi bagian dari rangkaian pra-acara Penta KLabs yang diinisiasi oleh komunitas Grobak Hysteria yang berkolaborasi dengan berbagai pihak setiap dua tahun sekali sejak 2016.
Ketua Panitia Ditampart Pujo Nugroho menuturkan, acara Penta KLabs adalah sebuah ruang yang mempertemukan para seniman dari berbagai latar belakang untuk mendiskusikan serta merespons persoalan yang terjadi di suatu daerah.
Untuk menggaungkan acara Penta KLabs, Pujo sengaja berkeliling ke pelbagai kampus di Semarang. Lelaki asal Banyumanik ini mengatakan, kalangan akademisi perlu dilibatkan untuk mengaji bersama-sama soal perubahan iklim tersebut.
"Kami terdiri atas 29 seniman lintas bidang. Sejak 9 November, kami menyambangi lima kampus, yakni Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Unika Soegijapranata," ungkap Pujo.
Menyatukan Seniman Kota Semarang
Pujo mengatakan, "Ditampart" adalah wadah untuk menyosialisasikan Penta Klabs IV. Untuk panggung dan stand pameran, mereka menggunakan motor beroda tiga yang bisa di-set. Dia berharap, Penta KLabs bisa menjadi momentum para seniman bersatu untuk memajukan seni di Semarang.
"Kami ingin mengajak teman-teman seniman untuk tumbuh dalam sebentuk ekosistem kesenian di Kota Semarang," kata lelaki kelahiran 1994 ini.
Oya, perlu kamu tahu, Penta Klabs IV saat ini tengah berlangsung dan berakhir 21 Desember mendatang. Untuk tahun ini, mereka mengambil tema tentang perubahan iklim yang terjadi di pesisir utara Kota Semarang, khususnya di daerah Tambakrejo. Tema ini merupakan hasil diskusi dan riset bersama.
"Kami sengaja menyuarakan perubahan iklim di pesisir utara Semarang karena melihat faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan parsial sebagai dampak proses ekstraksi air tanah, pengerukan, dan pembangunan-pembangunan yang membebani tanah," kata dia.
So, buat kamu yang pengin datang ke Penta Klabs IV, belum terlambat kok. Pujo membeberkan, ada 42 seniman dari dalam dan luar negeri yang akan terlibat dalam gelaran ini. Mereka diminta merespons apa yang terjadi di Tambakrejo dengan memvisualisasikannya dalam bentuk karya.
Selain isu perubahan iklim, Pujo membeberkan bahwa para seniman diminta menggali apa pun yang bisa dijadikan karya di Tambakrejo; misalnya cara warga menyiasati hidup, kebudayaan yang diuri-uri di sana, dan mitos-mitos apa yang berkembang.
Acara yang menarik, bukan? Mumpung belum kelar, silakan datang ke Penta Klabs IV, ya! (Fitroh Nurikhsan/E03)