Inibaru.id – Puluhan tahun pasca-reformasi, banyak orang yang masih nggak tahu kalau Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dikelola oleh Keluarga Cendana, tepatnya Yayasan Harapan Kita. Namun, sejak Kamis (1/4/2021) lalu, secara resmi Negara ambil alih TMII dari Keluarga Cendana. Apa penyebab dari pengambil alihan ini?
FYI, Yayasan Harapan Kita didirikan oleh Tien Soeharto, mendiang istri Presiden Soeharto. Pengelola yayasan ini adalah putra dan putri dari sang pemimpin Order Baru.
Menurut Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 tahun 2021 pada Rabu (31/3). Perpres inilah dasar hukum yang membuat Yayasan Harapan Kita harus mengembalikan hak pengelolaan TMII ke negara. Meski berlaku sejak 1 April, yayasan ini diberi waktu sekitar 3 bulan untuk menyerahkan laporan pengelolaan TMII.
Keluarga Cendana Digugat
Alasan pengambil-alihan ini ternyata gara-gara gugatan dari Mitora Pte, sebuah perusahaan konsultan dari Singapura kepada Siti Hardianti Rukmana, Bambang Trihatmojo, Siti Hediati Hariyadi, Sigit Harjojudanto, serta Siti Hutami Endang Adiningsih. Kelimanya adalah anak dari Soeharto. Gugatan ini dilayangkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Selain menggugat lima anak Soeharto tadi, Mitora ternyata juga menggugat Yayasan Purna Bhakti Pertiwi. Intinya sih Mitora ingin menyita sebidang tanah dan bangunan di atasnya yang ada di TMII dengan luas sekitar 20 puluh hektare. Bangunan tersebut adalah Museum Purna Bhakti Pertiwi dan Puri Jati Ayu.
Sejarah Pembangunan TMII Sarat dengan Kontroversi
Meski dikenal sebagai salah satu tempat paling ikonik di Ibu Kota, realitanya TMII sarat dengan kontroversi. Di awal dekade 1970-an, ide untuk membangun miniatur Indonesia di satu tempat ini diinisiasi oleh Tien Soeharto. Kabarnya, dia terinspirasi untuk membangunnya usai mengunjungi Disneyland di California, Amerika Serikat, pada awal 1970-an.
Protes berdatangan dari berbagai kalangan atas ide pembangunan ini. Apalagi, kondisi ekonomi Indonesia saat itu masih nggak baik. Padahal, nggak lama sebelum proyek pembangunan TMII dijalankan, Soeharto sendiri mengimbau rakyat untuk berhemat.
Meski kritik terus berdatangan, Soeharto memilih untuk tetap membangunnya di lahan seluas 150 hektare di Jakarta Timur. Dana pembangunannya sekitar 100 juta – 300 juta Dollar AS, jauh dari klaim Tien yang mengaku hanya Rp 10 miliar. TMII akhirnya diresmikan pada 20 April 1975 dan dikelola oleh Yayasan Harapan Kita yang diketahui oleh Tien Soeharto.
Sejak 1988, TMII dan sejumlah bangunan peninggalan zaman Orde Baru lainnya menjadi sorotan karena menunggak pajak hingga miliaran Rupiah. Pamornya sebagai tempat wisata juga semakin meredup. Kini, setelah negara ambil alih TMII dari Keluarga Cendana, apakah nasibnya bakal jadi lebih baik? (Kum/IB09/E05)