Inibaru.id - Sebagai upaya untuk menahan laju penyebaran virus corona, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mencanangkan gerakan “Jogo Tonggo”. Gerakan tersebut berjalan mulai dari tingkat RW dan akan mendapat dukungan dari tim patroli di pos pantau Jogo Tonggo.
Dalam konsep ini akan diberlakukan pembatasan wilayah dengan melibatkan tokoh RT dan RW, Millens. Meskipun bukan PSBB, tapi bantuan akan tetap disalurkan untuk masyarakat.
Pemilihan konsep Jogo Tonggo berasal dari hasil konsultasi Hendi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hal itu juga berkaitan dengan rencana akan penerapan PSBB di Kota Semarang. Sebab saat ini Kota Semarang memiliki kasus Covid-19 tertinggi di Jawa Tengah.
“Hari Senin gerakan itu kita berlakukan. Dasarnya semangat kondisi tanggap bencana, yang nanti akan mengatur tempat kerja, usaha, pendidikan, dan kegiatan masyarakat," kata Hendi, Jumat (24/4).
Jogo Tonggo merupakan solusi non-PSBB yang dilakukan oleh Kota Semarang. Sebelumnya, Wali Kota Semarang tersebut sudah menggerakkan sistem lumbung kelurahan. Hendi pun juga mempersilakan jika kelurahan hendak melakukan karantina wilayah dengan portal atau menggunakan bambu.
Nantinya pemberlakuan Jogo Tonggo akan mendapat dukungan penuh dengan keberadaan pos pantau. Total ada 16 pos pantau yang disiapkan Pemkot Semarang. Di setiap satu pos pantau tersebut akan dijaga oleh tiga tim.
"Kita menaruh 16 pos pantau, 8 pos ditaruh di perbatasan dengan wilayah lain, 8 pos pantau di kota. Yang setiap pos pantau ada tiga tim patroli. Anggotanya TNI Polri, dishub, Satpol-PP dan tenaga kesehatan. Total ada 48 tim patroli," katanya.
Sosialisasi Jogo Tonggo akan dilakukan Sabtu dan Minggu (25-26/4), sementara gerakan ini akan dimulai pada Senin (27/4). Hendi berharap cara itu bisa efektif menekan angka kasus Covid-19.
Gimana, sudah siap melaksanakan Jogo Tonggo, Millens. (IB28/E05)