Inibaru.id - Menjelang Lebaran, pusat perbelanjaan selalu disesaki oleh masyarakat yang hendak membeli pakaian baru. Namun, situasi berbeda mungkin terjadi di tahun 2020 akibat adanya pandemi yang mengharuskan masyarakat untuk #dirumahaja.
Tapi memang dasar bandel, kurang dari seminggu menjelang lebaran, tempat-tempat umum mulai dipenuhi oleh masyarakat. Titik keramaian ini saya ditemui di beberapa pusat perbelanjaan pakaian baik yang ada di mal atau toko swalayan Kota Semarang.
Bikin sebel memang, namun biar nggak suudzon, bagaimana kalau coba kita dengarkan isi hati mereka yang nekat belanja baju Lebaran di tengah imbauan pembatasan sosial?
Randi Alfanto tampak sedang membolak-balikkan pakaian keluaran merk ternama yang tengah digantung. Kata Randi, membeli baju baru baginya adalah refreshing. Sebab, situasi akhir-akhir ini mungkin menjadi situasi yang runyam sekaligus membosankan.
Dia mengaku nggak banyak yang dia beli, tapi katanya sudah lihat-lihat pakaian saja membuat kebosanannya sirna.
“Hampir sebulan lebih saya di rumah. Apalagi ini nggak boleh mudik. Suntuk rasanya,” kata Randy pada Selasa (19/5).
Lain lagi dengan Esti. Ibu rumah tangga yang mengajak anak balitanya membeli baju Lebaran tersebut berdalih kalau anaknya yang balita sudah semakin berkembang. Jadi, memang sudah harus waktunya membeli baju.
“Kalau nggak beli kasihan. Sudah pada nggak muat bajunya,” ujar Esti.
Dia sebetulnya khawatir akan penyebaran virus corona di keramaian. Untuk itulah dia memiliki siasat belanja pada jam kerja. Atau saat toko baru beberapa jam buka.
“Jadi belum terlalu ramai orang,” tambahnya.
Pindah ke toko busana muslim besar lain, saya bertemu perempuan yang tengah menunggu keluarganya berbelanja. Fajar Lia, seorang gadis asli Kota Semarang ini mengaku datang berombongan dengan 5 anggota keluarganya. Dia bahkan telah membeli baju secara daring, namun masih merasa harus berbelanja secara langsung ke toko tanpa takut risiko. Nekat, batin saya!
“Aku seimbang, antara beli online dan ke store langsung,” ungkapnya.
Ada pula Eko Budiono yang datang karena diajak oleh anaknya. Menurutnya membeli baju Lebaran adalah tradisi yang dia lakukan setiap tahun yang sayang jika dilewatkan. Perempuan 48 tahun ini berdalih datang ke toko karena diajak sang anak.
“Sebetulnya takut. (Tapi) dioyak-oyak anake, ini cuma sebentar tok langsung pulang karena untuk kepentingan ini saja,” kilahnya.
Berbeda dengan yang lain, Mona, perempuan 47 tahun mengaku nggak masalah jika harus keluar rumah untuk keperluan membeli baju Lebaran saja. Dirinya mengaku toh hal tersebut buat kepentingan anak-anaknya di rumah.
"Saya ndak beli, yang penting anak-anak saja," tutur perempuan asal Magelang ini.
Penasaran dengan grafik kenaikan pengunjung, saya kemudian bertemu dengan Sri Rejeki, staf manajer Pands Semarang. Dia mengatakan, pengunjung di tokonya menjelang Lebaran tak mengalami kenaikan drastis dan cenderung turun dari tahun lalu. Bahkan dirinya mengaku jumlah pengunjung kali ini sama dengan jumlah pengunjung di hari biasa saat sebelum terjadi pandemi corona.
"Kemarin awal pandemi memang sepi, sekarang orang sudah mulai bersahabat dengan covid-19 jadi mulai berani datang ke sini. Dibanding tahun lalu kita jauh turunnya," tutur perempuan yang akrab disapa Eki ini.
Duh duh. Semakin hari semakin nekat aja sih masyarakat Indonesia. Bukankah lebih baik berlebaran dengan baju lama daripada harus bersinggungan dengan corona?
Buatmu yang mau ikutan berdesakan beli baju Lebaran, mending dipikir-pikir dulu deh, Millens! (Audrian F, Zulfa Anisah)