“Dengan adanya angka-angka ini, petugas pos jadi lebih mudah
menyortir surat itu ditujukan ke mana,” ucap Marsoedi sebagaimana dinukil dari Bbc, Sabtu (2/11/2024).

Digit pertama menandakan kode wilayah yang mencakup sejumlah
provinsi. Terdapat urutan angka 1 sampai 9 untuk digit pertama ini dengan
rincian sebagai berikut

Setelah digit pertama kode depan itu, digit kedua dan ketiga
menunjukkan wilayah kabupaten dan kota yang masuk dalam lingkup wilayah pada
digit pertama. Sementara itu, digit keempat menunjukkan wilayah kecamatan yang
ada dalam wilayah yang terungkap dalam digit ketiga. Terakhir, digit kelima
menunjukkan kode kelurahan yang ada dalam wilayah yang terungkap dalam digit
keempat.

“Kalau tanpa angka-angka itu, bakal sulit untuk menyortir
surat. Simpelnya, ada paket kode awalnya 6, berarti ke Jawa Timur, lalu tinggal
menentukan lokasi lainnya di kode-kode digit berikutnya,” ucap laki-laki yang
mengaku menawarkan ide ini usai mempelajari bagaimana sistem kerja kode pos di
Belanda, Jepang, Prancis, dan Italia tersebut sejak 1981.

Lantas apakah kode pos masih dipakai pada masa sekarang di
mana Google Maps dan GPS bisa dipakai siapa saja dengan ponsel? Banyak petugas kurir
paket yang mengaku nggak lagi memakainya. Banyak juga orang yang mengirim paket
tanpa menulis kode pos lagi. Tapi, bagi petugas pos atau penyortiran paket,
kode pos masih berguna, Millens.

Alasannya, banyak wilayah dengan nama yang mirip. Contohlah,
Jalan Pemuda bisa kamu temukan di Ungaran, Kabupaten Semarang dan juga di Kota
Semarang. Dengan adanya kode pos, kebingungan soal alamat ini bisa langsung
dipecahkan, deh.

“Dengan kode pos, penyortiran semakin mudah dilakukan
khususnya untuk paket ekspres yang harus dikirim secepat mungkin,” terang Human
Capital Business Partner PT Pos Indonesia Iwan Budi Santosa.

Nggak disangka ya, 5 digit kode pos Indonesia bisa begitu
berguna? Kalau kamu sendiri, masih sering menulisnya saat mengirim surat atau
paket nggak, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Di zaman saat berkirim surat sudah sangat jarang dilakukan di luar kepentingan
bisnis, kini kita sering menggunakan jasa pos atau ekspedisi lainnya untuk
berkirim barang, belanja daring, dan keperluan lainnya. Nah, saat menuliskan
alamat yang dituju, kita biasanya juga nggak lupa menuliskan kode pos agar
paketan benar-benar sampai ke tujuan. Nah, kamu tahu nggak seperti apa sih
sejarah kode pos Indonesia?

Sebenarnya, layanan pos sudah eksis di Indonesia sejak berabad-abad
lalu, tepatnya saat VOC menguasai Indonesia. Yang pasti, kantor pos pertama di
Nusantara didirikan pada Agustus 1746 di Batavia dan kemudian dilanjutkan
dengan pendirian kantor-kantor di kota lainnya. Yang pasti, layanan pos dari
zaman kolonial ini jadi dasar layanan pos Indonesia pasca-kemerdekaan.

Meski begitu, soal penggunaan kode pos, bisa dikatakan
Indonesia sangatlah terlambat. Jika di negara-negara barat hal ini sudah
diadopsi sejak 1930-an, Indonesia baru menggunakannya pada 1985, tepatnya saat
Marsoedi Mohamad Paham, laki-laki yang kemudian jadi Direktur Utama Pos dan
Giro dari 1987 sampai 1995 memberikan ide penggunaan 5 digit angka sebagai kode
pos di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan negara barat yang sudah mengadopsi kode pos sejak 1930-an, Indonesia baru mengadopsi kode pos pada 1985. Tapi, tetap saja, kode pos ini sangat berguna bagi penyortiran surat dan paket di Tanah Air.

Cerita Kode Pos Indonesia yang Baru Dipakai pada Tahun 1985

Kegiatan mencari thotok telah&nbsp;dilaksanakan turun-temurun. Aktivitas ini dilakukan nggak hanya oleh warga dari dusun Gonipah, yang merupakan wilayah terdekat dari Terusan, melainkan juga masyarakat dusun lain di Desa Kemujan seperti Dusun Mrican dan Batulawang, bahkan dari Dusun Cikmas dan Nyamplungan di Desa Karimunjawa.

Buat yang nggak tahu, Karimunjawa yang merupakan Kecamatan di Kabupaten Jepara memiliki empat Desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Nyamuk, dan Desa Parang.

Kebiasaan dan perilaku masyarakat ini kemudian dimanfaatkan oleh sekumpulan pemuda Desa Kemujan sebagai perayaan budaya melalui konsep Festival Thothok Terusan. Inisiatif baik ini, selain memiliki daya tarik bagi masyarakat dan wisatawan, juga memiliki nilai pemajuan kebudayaan. Kegiatan yang dilaksanakan pada musim  peralihan dari musim timur ke musim barat di awal bulan November itu merupakan pengetahuan lokal terkait dengan titimangsa.

Penggagas Festival Thothok Terusan, Moh Sofi’i menyampaikan, Festival Thothok Terusan yang sudah dua kali dilaksanakan ini menjadi penanda peralihan musim. Dengan begitu, diharapkan ke depan masyarakat akan memahami dan sadar jika Festival Thothok Terusan diselenggarakan, artinya musim telah berganti.

“Kegiatan ini merupakan ikhtiar aktivasi pengetahuan tradisional yaitu titimangsa atau masa (waktu). Tentu, pengetahuan waktu atau masa menjadi hal penting bagi masyarakat. Festival Thothok Terusan yang diselenggarakan bersamaan dengan musim pancaroba, yaitu pada tanggal 1-2 November 2024, selain sebagai perayaan warga juga sebagai pengingat bahwa musim penghujan segera tiba. Korelasinya adalah agar supaya masyarakat bersiap terkait dengan ketahanan pangan”, tutur Moh Sofi’i.

Moh Sofi'i menambahkan, Festival Thothok Terusan dengan konteks pemajuan kebudayaan relevan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2027 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU ini, pelestarian pengetahuan lokal merupakan bagian dari 10 objek pemajuan kebudayaan.

Nah, kalau kamu datang ke Karimunjawa di awal November, pasti akan bisa meilhat Festival Thothok Terusan ya, Millens? Nggak hanya melihat, kamu juga bisa berpartisipasi mencari thothok, deh. (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Karimunjawa dikenal dengan panorama laut yang memesona. Wisatawan dalam maupun luar negeri berbondong-bondong ke sana untuk melihat panorama laut yang indah. Sumber daya laut yang melimpah menjadi anugerah yang patut disyukuri oleh masyarakat di sana.

Selain keindahan laut, hal lain yang menarik di Karimunjawa adalah budaya warga. Salah satu tradisi yang masih lestari di sana adalah aktivitas mencari dan mengumpulkan thothok. FYI, thothok adalah kerang yang keberadaannya melimpah di saat musim peralihan dari musim timur ke musim barat di awal November. Thothok ada banyak di area ekosistem padang lamum yang terhampar luas di daerah Terusan.

Pergantian musim di Karimunjawa kini makin ramai dan meriah. Sebab, sekarang ada Festival Thothok Terusan yang digelar sebagai penanda musim telah berganti.

Rayakan Pergantian Musim, Masyarakat Karimunjawa Gelar Festival Thothok

Adanya cinta segitiga di antara persahabatan dua orang
perempuan tentu bikin hubungan keduanya jadi rumit, ya? Tapi, nggak usah
khawatir bakal terjadi pertengkaran hebat seperti pada sinetron. Di sini, ada
penyelesaian yang baik dan justru cukup mengharukan.

Yang pasti, ketiga pemeran utama dalam film ini benar-benar
mampu memerankan seperti apa interaksi, cara berbicara, hingga sifat malu-malu
dan nggak enakan khas anak SMA. Alhasil, kamu yang menontonnya bakal
benar-benar merasakan keseruan kehidupan pada masa sekolah.

Lebih dari itu, latar waktu film ini yang ada di masa
pergantian milenium di mana teknologi sangat jauh berbeda dengan sekarang
membuatnya jadi lebih menarik. Sulitnya berkomunikasi tanpa ponsel karena masih
bergantung dengan pager dan telepon umum, komunikasi antar-negara hanya bisa
via email, merekam video harus dengan camera recorder, hingga penggunaan kaset
VHS dan mesin khusus untuk menonton video juga membuat film ini jadi semakin
menarik.

Generasi milenial yang sudah berusia 30-an lebih pasti
mengalami masa-masa ini pada akhir SD, selama SMP, atau SMA sehingga bakal
relate dengan film ini. Generasi di
bawahnya yang masih berusia muda tentu bakal bisa melihat seperti apa
kakak-kakak mereka, atau orang tua mereka dulu menghabiskan masa
mudanya.

Yang pasti, film yang tayang di Netflix sejak 21 Oktober
2022 ini mendapatkan respons positif dari banyak kritikus film. Di Rotten Tomatoes, ratingnya mencapai 86
persen.

“Film ini bisa
membuatmu tersenyum sebagaimana saat kamu mengingat masa-masa cinta pertama,”
ucap salah seorang kritikus film Kim Kyung-hee sebagaimana dilansir dari MBC,
(10/10/2022).

Yap, filmnya memang manis dan ringan banget, Millens. Cocok deh buat kamu yang pengin
hiburan dan senyum-senyum sendiri saat melihatnya. (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Pergantian
milenium baru terjadi 24 tahun yang lalu. Tapi, rasa-rasanya era itu sudah
sangat lama. Hal inilah yang digambarkan dengan baik di film Korea keluaran
2022 berjudul 20th Century
Girl.

Disutradarai Bang Woo-ri, film ini menceritakan kisah cinta
remaja SMA pada 1999 alias setahun sebelum milenium berganti. Sejumlah aktor
dan aktris populer ambil bagian dalam film ini seperti Kim Yoo-jung yang
membintangi Lovers of the Red Sky
(2021), Byeon Woo-seok yang membintangi Soulmate
(2023), dan Roh Yoon-seo (Our Blues/2023).

Cerita film ini khas banget percintaan dan persahabatan
anak-anak SMA. Na Bo-ra yang diperankan Kim Yoo-jung bersahabat baik dengan
Yeon-du (Roh Yoon-seo). Masalahnya, keduanya tanpa sengaja jatuh cinta dengan
pemuda yang sama, yaitu Poong Won-ho yang diperankan Byeon Woo-seok. Kok bisa
nggak sengaja jatuh cinta? Semua gara-gara Yeon-du salah mengira Won-ho
memiliki nama lain.

Film '20th Century Girl' benar-benar mampu menggambarkan seru dan manisnya persahabatan dan percintaan pada masa SMA.

Manisnya Kisah Cinta Anak Muda Akhir 90-an di '20th Century Girl'

Ada banyak hal yang menginspirasi pembuatan film ini. Salah
satunya adalah keberadaan Angel’s Falls di Venezuela yang merupakan air terjun
tertinggi di dunia di mana air jatuh dari ketinggian 989 meter. Selain itu,
inspirasi lainnya adalah dari sebuah rumah sederhana yang terhimpit bangunan
pencakar langit yang ada di tengah kota. 

Jika di film Up
rumah ini akhirnya diterbangkan Fredricksen dengan ratusan balon, di kehidupan
nyata, rumah ini masih eksis hingga sekarang. Meski begitu, layaknya
Fredricksen yang kala itu menolak keras untuk menjual rumahnya ke pihak
pengembang, pemilik rumah yang asli di kampung bernama Ballard tersebut, Edith
Macefield juga melakukan hal yang sama.

Edith melakukan penolakan tersebut pada 2006 alias dua tahun
sebelum dia meninggal pada 2008 di usia 86 tahun. Dia bersikukuh menolak
penjualan rumah yang berusia 108 tahun tersebut meski ditawar 1 juta Dollar
alias lebih dari Rp15 miliar! Alasannya, Edith merasa wajib menjaga rumah
warisan dari ibunya tersebut.

Setahun setelah Edith meninggal, di atap rumah tersebut, Disney
memasang balon-balon udara layaknya di film Up
sebagai ajang promosi film sekaligus mengenangnya. Rumah tersebut pada akhirnya
memang terjual. Namun, pada akhirnya nggak ada yang berani membongkar rumah
bersejarah tersebut hingga sekarang.

Kamu pengin meilhat dengan mata kepala sendiri rumah yang menginspirasi film Up ini, Millens?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Coba
deh kamu buka Google Street View dan mengetik “Edith Macefield House” yang
berlokasi di Kota Seattle, negara bagian Washington, Amerika Serikat. Saat kamu
melihatnya, pasti bakal ngeh kalau
rumah itu sama persis dengan rumah yang ada di film animasi Up (2009). Nyatanya, rumah itu memang
jadi inspirasi dari pembuatan film animasi tersebut.

Banyak yang menyebut film produksi Pixar dan dirilis oleh
Disney ini sebagai salah satu film animasi terbaik sepanjang masa. Maklum, film
ini punya segalanya. Dari kisah cinta sejati Carl Fredricksen dan istrinya
Ellie yang hanya bisa dipisahkan dengan kematian, petualangan seru memakai
rumah yang diterbangkan dengan balon udara hingga ke Paradise Falls di
Venezuela, sampai lucunya interaksi Fredricksen dengan anak pramuka polos
bernama Russel, anjing yang bisa bicara bernama Dug, dan burung raksasa bernama
Kevin.

Saking suksesnya film ini, rating di Rotten Tomatoes mencapai 98 persen. Di CinemaScore, film ini mendapatkan rating A+. Robert Ebert bahkan memberikan film ini rating sempurna, empat dari
empat bintang dan menyebutnya sebagai “film yang sangat indah”. Pantas banget
kan kalau film ini mampu meraup keuntungan hampir 4 kali lipat dari budget
produksinya.

Layaknya rumah Fredricksen di film 'Up', rumah yang dimiliki Edith Macefield di Seattle, Washington juga ditawar pengembang untuk dijadikan bangunan bisnis. Tapi, Edith menolaknya.

Rumah yang Menginspirasi Film 'Up' Masih Berdiri Sampai Sekarang

Selain kualitas cetakan, Rumah Kemasan Jateng juga menyediakan layanan konsultasi gratis. Fasilitasnya semakin lengkap dengan adanya gedung baru, mesin cetak digital, dan pojok promosi untuk siniar atau podcast.

“Konsultasi gratis. Malah kadang ada pegawai yang mengecek kualitas, apakah sesuai setelah cetak, dari warna dan kualitasnya. Tapi selama ini cukup, tidak ada kekurangan,” imbuhnya.

Novianto menambahkan, “Layanan konsultasinya gratis, bahkan pegawai di sini sering memeriksa kualitas cetakan, mulai dari warna hingga detail lainnya. Selama ini hasilnya memuaskan.”

Untuk informasi lebih lanjut terkait layanan konsultasi, pelaku usaha dapat menghubungi nomor WhatsApp 08112671775 atau mengunjungi Instagram @bikdk.indagjateng.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng, Sakina Rosellasari menegaskan bahwa Rumah Kemasan Jateng atau Balai Industri Kreatif Digital dan Kemasan (BIKDK) dibentuk untuk mendukung pengembangan UMKM dan IKM di Jateng. Sakina berharap semakin banyak pelaku usaha yang memanfaatkan fasilitas ini.

Menurutnya, UPT ini nggak hanya berfokus pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga mendukung pembinaan dan pendampingan UMKM agar bisa berkembang secara berkelanjutan. 

“Kami juga melakukan pembinaan, pendampingan. Jadi tidak semata profit oriented,” pungkas Sakina. 

Pemerintah memang sudah selayaknya menciptakan ekosistem yang memadai untuk menyemangati para pelaku UMKM ya, Millens?&nbsp;(Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id – Pengusaha kecil yang ingin mengemas produk dengan tampilan menarik dan berkualitas kini dapat memanfaatkan layanan di Rumah Kemasan Jateng. UPT milik Pemprov Jateng ini menyediakan layanan cetak kemasan berkualitas dengan harga terjangkau, serta fasilitas promosi siniar dan layanan konsultasi gratis bagi pelaku usaha.

Berlokasi di Jl Ki Mangunsarkoro No. 10, Karang Kidul, Semarang Tengah, Rumah Kemasan Jateng telah melayani lebih dari 500 UMKM dan IKM. Salah satu pengusaha, Novianto Deddy, mengaku sangat puas menggunakan jasa cetak kemasan di sini untuk produknya, "Wingko O," sejak memulai usahanya pada 2018. Dia menyebut kualitas cetakan di Rumah Kemasan Jateng sangat baik dengan harga lebih murah dibandingkan tempat lain.

“Harga lebih murah karena diarahkan harga murah, kualitas kertas (bagus). Selain itu kecepatan cetakan juga cepat. Kalau di luar untuk 1.000 kemasan bisa Rp1.000 per kemasan. Kalau di sini, ya ada perbedaan harga sekitar 10 persen, sekitar Rp800 sampai Rp1.000 per kemasan,” tuturnya.

Kamu nggak perlu pusing ke mana harus mencetak kemasan untuk produkmu karena di Rumah Kemasan, packaging berkualitas dengan harga terjangkau bisa didapatkan.

Di Rumah Kemasan Jateng, Kamu Bisa Membuat 'Packaging' Berkualitas

“Kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi kita semua untuk terus menjaga kebersihan lingkungan, sehingga Jepara dapat kembali meraih penghargaan Adipura,” ungkap Edy.

Dalam kaitannya dengan HKN, Pj Bupati Jepara juga menyoroti sejumlah tantangan dalam bidang kesehatan, termasuk stunting, kesehatan masyarakat, dan penyakit menular. Dia mengajak masyarakat untuk mengambil langkah nyata dalam menjaga kesehatan dengan berkomitmen menjalani pola hidup sehat, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, dan memeriksakan kesehatan secara berkala.

“Menjaga kesehatan sangatlah penting, dengan terus mengingatkan diri pada pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Langkah ini sekaligus menjadi upaya percepatan penurunan angka stunting dan pencegahan penyakit menular, yang membutuhkan komitmen kuat dari kita semua,” ajaknya.

Semoga aksi ini nggak berhenti sampai di sini ya. Di daerahmu ada kegiatan apa nih untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)&nbsp;

Inibaru.id -&nbsp;Sampah yang nggak dikelola dengan baik berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. Karenanya, pemerintah harus serius dalam pengelolaan. Selain permukiman, wilayah pantai juga layak mendapat perhatian. Untuk itu, edukasi dan sosialisasi untuk hidup bersih harus selalu dikenalkan pada masyarakat.&nbsp;

Berkaitan dengan ini, Pemerintah Kabupaten Jepara menggelar bersih pantai. Sebanyak 717,5 kilogram sampah berhasil dikumpulkan dalam aksi di Pantai Kartini dan Pantai Bandengan pada Minggu (10/11/2024). Aksi ini digelar dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024.

Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, memberikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Menurutnya, aksi bersih pantai nggak hanya bertujuan menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melestarikan kawasan wisata. Hal ini semakin penting menjelang penilaian Adipura yang akan berlangsung bulan ini.

Untuk memeringati Hari Kesehatan Nasional 2024, Pemkab Jepara bersama masyarakat melakukan aksi bersih-bersih di Pantai Kartini dan Bandengan. Dalam aksi ini, 717,5 kg sampah berhasil dikumpulkan.