“Data per September 2024, baru ada 6.260 pernikahan,” ucap
Kasi Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kota Semarang Sumari
sebagaimana dilansir dari Ayosemarang,
Jumat (8/11/2024).

Jika dirata-rata, angka pernikahan per bulan pada 2024
terjadi 695 kali. Jika rata-rata angka pernikahan per bulan ini dipakai untuk
proyeksi jumlah pernikahan selama 2024, maka jumlah perkiraan nggak akan
menyentuh angka 9.000. Meski begitu, Sumari tetap yakin jika angka pernikahan
di Semarang selama 2024 bakal tetap menyentuh jumlah tersebut.

“Saya perkirakan sampai akhir 2024 mungkin 9.000-an,”
lanjutnya.

Sumari sendiri mengaku cukup senang melihat fenomena
penurunan angka pernikahan ini. Bagi dia, hal ini menandakan anak muda sekarang
lebih sadar tentang pentingnya mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum
memutuskan untuk menikah. Dia juga menyebut gencarnya program sosialisasi
dampak pernikahan dini jadi salah satu faktor penyebab semakin turunnya angka
pernikahan. 

Di sisi lain, banyak anak muda yang kini merasakan kerasnya
hidup yang bikin mereka berpikir dua kali untuk menikah meski sudah memiliki
pasangan kekasih. Banyak pula anak muda yang bekerja keras agar bisa
mendapatkan pekerjaan berkualitas dengan pemasukan stabil justru kesulitan mencari
pasangan karena lingkar sosialnya yang semakin mengecil.

“Pas usia 20-an saya kerja keras buat keluarga karena jadi sandwich generation jadi nggak kepikiran
buat nikah cepat-cepat. Banyak rekan-rekan kerja junior saya yang kini juga
mengalami nasib serupa. Sekarang saya di usia 30-an awal tapi belum dapat pasangan,” ucap salah seorang pegawai
asuransi yang berkantor dekat dengan Lawang Sewu, Nia, Jumat (8/11).

Nia sendiri mengaku nggak sendirian. Banyak teman seangkatannya
saat kuliah yang juga belum mendapatkan jodoh sebagaimana dirinya. Tapi, dia
memilih untuk enjoy&nbsp;menjalani kehidupan
alih-alih memikirkan jodohnya yang nggak kunjung tiba.

Sementara itu, Aldi yang ada di pengujung akhir usia 20-an
sebenarnya sudah punya pacar dalam 3 tahun terakhir. Tapi dia dan pacarnya
memilih untuk nggak terburu-buru menikah meski usianya sudah matang.

“Masih pengin nabung lagi, khususnya buat beli rumah. Pacar
saya juga sama targetnya kalau sudah nikah nanti nggak mau pusing soal rumah
atau biaya-biaya lain seperti pas punya anak. Jadi ya kita jalani dulu aja
sekarang seperti ini,” ucapnya via telepon pada Jumat (8/11).

Sumari benar, anak muda zaman sekarang memang menyadari
benar kalau pernikahan nggak boleh disepelekan dan harus dipersiapkan sebaik
mungkin. Jadi, wajar jika angka pernikahan di Kota Semarang jadi menurun.&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Mengikuti
tren angka pernikahan di skala nasional yang juga terus menurun, angka
pernikahan di Kota Semarang juga mengalami hal serupa semenjak 2022. Bisa
dikatakan, generasi milenial akhir atau gen z memang mempertimbangkan
masak-masak sebelum memilih untuk memasuki dunia rumah tangga.

Di skala nasional, per 2023 lalu jumlah pernikahan hanya
1.577.255 alias turun 128 ribu pernikahan jika dibandingkan dengan angka
pernikahan pada tahun sebelumnya.

Jumlah ini memang sangat kontras dengan angka pernikahan di
Kota Semarang pada 2023 yang hanya 9.245 alias turun dari angka pernikahan 2022
yang mencapai 9.858. Tapi, jika menilik angka pernikahan dari Januari sampai
September 2024, memang terlihat ada tren penurunan dalam tiga tahun belakangan.

Semenjak 2022, tren angka pernikahan di Kota Semarang terus menurun. Uniknya, pemerintah justru senang dengan fenomena ini. Apa alasannya, ya?

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

Sambil mempromosikan dagangannya, Yoka sering berkata dengan pembawaan yang santai, "Di-CO (check out) sekarang sebelum meninggal, Kak!". Kalimat tersebut tentu saja terdengar menggelitik sekaligus bikin kita termenung sejenak ya, Millens?

Yoka nggak semata mencari keuntungan di dalam live Tiktok. Selain berjualan, nggak jarang dia menyelipkan edukasi seputar kematian kepada para penontonnya bahwa mempersiapkan kain kafan selama kita masih hidup adalah sesuatu yang penting. Laki-laki asal Bandung itu kerap juga menjelaskan tata cara memandikan dan menyalatkan jenazah.&nbsp;

Yoka juga mengaku sering melakukan sosialisasi tentang bagaimana mengafani jenazah.&nbsp;

"Kami biasa bekerja sama dengan relawan pelatihan pengurusan jenazah. Ini masih sangat jarang dan Kafani biasanya mensupport di acara tersebut. Sebagai umat muslim, terutama di Bandung yang baru bisa kami jangkau. Harapannya, mereka memahami bagaimana pengurusan jenazah sesuai dengan sunahnya seperti apa," tuturnya dikutip dari Detik (8/11/2024).

Konten Yoka ini nggak harus kita abaikan ya, Millens? Kita bisa mengambil hal positif dari aksinya berjualan kain kafan, yaitu mengingat kematian. Bukannya menakuti, mengingat kematian&nbsp;membuat hati kita jadi lebih hidup dan membersihkan pikiran egois duniawi. Kita juga pasti akan selalu memotivasi diri untuk beramal sholeh dan meninggalkan keburukan.

Hal-hal tersebut penting untuk mendapat tempat di hati dan pikiran kita sebab kesibukan duniawi sudah terlalu banyak dan sering menyilaukan. Jadi, mulai sekarang, ada baiknya kita hidup dengan seimbang, yaitu meraih yang terbaik dalam hidup serta mempersiapkan kematian yang nggak kalah baik. (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Sibuk menjalani rutinitas sehari-hari entah sekolah, bekerja, mengurus keluarga, atau lainnya terkadang membuat kita lupa akan satu hal: mengingat kematian. Hm, mengingat atau berbicara soal kematian bagi orang yang masih segar bugar memang terdengar nggak penting, ya? Tapi jangan lupa, kematian itu datang tiba-tiba dan nggak hanya berlaku pada mereka yang sudah tua atau sakit keras.

Nah, belakangan ada pedagang kain kafan yang melakukan pejualan di live Tiktok. Biasa berseliweran konten hiburan yang erat dengan anak muda dan modernitas, tentu saja pedagang kain kafan di platform Tiktok menarik perhatian.

Produk kain kafan itu bernama Kafani dan penjualnya adalah Yoka Brahma Putra. Selain memperkenalkan produknya, dalam live Yoka juga menampilkan satu atau dua orang yang mengenakan kafan bak jenazah.&nbsp;

Menurut penjual kain kafan yang viral di Tiktok, Yoka, setiap orang baik tua maupun muda harus senantiasa mengingat kematian. Hal itu sering kita lupakan karena sibuk dengan urusan duniawi.

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

Di kamar masa kecilnya, Jimmy menemukan kartu pos yang
dikirim Ami di Jepang. Di situlah, plot film kembali ke masa lalu, menceritakan
bagaimana Jimmy yang masih beusia 18 tahun kali pertama bertemu dengan Ami yang
sedang melakukan ‘perjalanan tanpa tujuan’ di Taiwan.

Berbekal memori itulah, Jimmy juga terinspirasi melakukan
hal yang dilakukan Ami dulu, yaitu "perjalanan tanpa tujuan". Bedanya, Jimmy
kini melakukannya di Jepang. Nah, buat kamu yang suka dengan film bertema road trip, bakal cocok melihat Jimmy
melakukan perjalanan dengan kereta, nebeng mobil temannya, dan memakai moda transportasi lainnya.

Meski pada awalnya hanya pengin melakukan "perjalanan tanpa
tujuan", pada akhirnya Jimmy memutuskan untuk mampir ke kota tempat tinggal
Ami, yaitu Tadami yang ada di Prefektur Fukushima, sekitar 270-an kilometer
sebelah utara Tokyo. Apakah mereka berdua kemudian bertemu kembali setelah
sekian lama?

Banyak pihak yang memuji film ini mampu menggabungkan
elemen-elemen nostalgia dan romantisme dengan sempurna, ditambah dengan bonus
menariknya pemandangan alam di Jepang maupun Taiwan. Makanya, di Rotten Tomatoes¸ film ini mendapatkan
rating 84 persen alias sangat disukai.

Sudah semakin penasaran dengan film ini? Nggak perlu
bingung, sejak 2 Agustus 2024 lalu, 18x2
Beyond Youthful Days bisa kamu tonton di Netflix, kok. Jadi, kamu bisa
menontonnya kapan saja saat sedang senggang atau pengin hiburan yang
menenangkan.&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Pengin
nonton film dengan genre kombinasi antara romance,
road trip, dan angst sekaligus? Kamu bisa lo nonton 18x2 Beyond Youthful Days. Di film yang disutradarai Michihito Fiji
berdasarkan web travelogue milik seorang pengembang video game Taiwan bernama
Jimmy Lai ini, kamu bisa merasakan sedih, bahagia, sekaligus tenang dengan
seimbang.

DIbintangi oleh aktor Taiwan Greg Hsu dan aktris Jepang Kaya
Kiyohara, film ini diproduksi di Taiwan dan Jepang dengan memakai dua bahasa,
yaitu Mandarin dan Bahasa Jepang. Alur filmnya maju-mundur, menceritakan
perjalanan yang dilakukan Jimmy selama di Taiwan dan Jepang, serta menunjukkan
bagaimana kehidupan masa mudanya tatkala menghabiskan waktu bersama dengan
seorang backpacker dari Jepang yang
sedang berada di Taiwan, Ami.

Begitu film dibuka, kamu langsung ditunjukan dengan
kehidupan khas orang dewasa yang penuh masalah dan sedang dialami oleh Jimmy. Laki-laki
berusia 36 tahun tersebut dipecat dari perusahaan video game yang dia rintis hingga
akhirnya harus pulang kampung dari Tainan yang ada di Taiwan Selatan. Nah,
kepulangannya ke rumah orang tuanya itulah yang membuka begitu banyak memori
tentang kehidupan masa remajanya yang membahagiakan.

Pengin nonton film yang bisa bikin tertawa sekaligus menangis sampai puas plus bonus pemandangan alam yang indah khas perjalanan jauh? '18x2 Beyond Youthful Days' menyajikan semua itu!

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

Asal kamu tahu saja, Millens,
menurut data C3S dari Januari sampai Oktober 2024, kenaikan rata-rata suhu
udara di seluruh dunia 0,71 derajat Celsius. Jika dibandingkan dengan kenaikan
suhu rata-rata 1991-2020 yang hanya 0,16 derajat Celsius, hal ini tentu sangat
kontras.

Bahkan, ada kemungkinan pada akhir tahun 2024 ini, proyeksi
kenaikan rata-rata suhunya mencapai 1,55 derajat Celsius lebih hangat dari masa
pra-industri, lebih tinggi dari rekor sebelumnya, yaitu 1,48 derajat Celsius.

Meski terkesan sedikit, kenaikan suhu udara mencapai 1,5
derajat Celsius itu bisa memberikan dampak yang sangat buruk bagi bumi.
Pasalnya, sudah ada penelitian yang menyebutkan bahwa jika sampai suhu udara di
bumi baik 2 derajat Celsius saja, maka sudah cukup untuk bikin permukaan air
laut bakal naik dan bikin 99 persen terumbu karang di dunia mati. Laut juga
akan jadi tempat tinggal yang nggak ideal bagi fitoplankton yang memroduksi
sebagian besar oksigen di muka bumi.

Lantas, apakah hal ini menandakan bahwa pemanasan global
nggak bisa dihindari? Direktur C3S Carlo Buentempo punya jawaban terkait dengan
pertanyaan ini.

“Secara umum, iklim memang memanas di semua benua, semua
cekungan laut. Kalau kita nggak segera menghentikan hal ini dengan
langkah-langkah yang ekstrem, rekor-rekor baru yang buruk pasti akan
terpecahkan di masa depan,” ucapnya sebagaimana dinukil dari Reuters, Kamis (7/11/2024).

Duh, pemanasan global sudah separah ini, ya, Millens. Semoga saja semakin banyak
pihak yang sadar untuk segera menghentikannya! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Beberapa
saat lalu, tepatnya pada 27 Oktober 2024, rekor suhu terpanas di Indonesia
pecah. Stasiun Meteorologi Gewayanta di Larantuka, Flores Timur mencatat suhu
38,4 derajat Celcius. Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) menyebut selama Oktober 2024 lalu, suhu udara pada siang hari di
Indonesia stabil di kisaran 37-38 derajat Celsius alias 1 derajat Celsius lebih
tinggi dari rata-rata suhu yang terjadi pada 30 tahun belakangan.

Fenomena ini ternyata nggak hanya terjadi di Indonesia. Europe’s
Copernicus Climate Change Service (C3S) bahkan menyebut bahwa 2024 akan jadi
tahun terpanas sejak kali pencatatan suhu dilakukan di seluruh dunia. Kini,
suhu rata-rata di seluruh dunia naik lebih dari 1,5 derajat Celcius jika
dibandingkan dengan rata-rata kenaikan suhu pada masa pra-industri (1850-1900).

“Rekor suhu ini harusnya jadi peringatan keras kepada banyak
pihak yang menghadiri konferensi ikim ke-29 PBB (COP-29) pekan depan Di
Azerbaijan,” ungkap Kepala Eksekutif Royal Meteorological Society Liz Bentley
sebagaimana dinukil dari Bbc, Kamis
(7/11/2024).

C3S memperkirakan 2024 akan jadi tahun terpanas dalam sejarah. Bagaimana nasib pencegahan pemanasan global, ya?

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

"Hari ini, Kepala Kantor Bandara Dewandaru mengadakan rapat lanjutan bersama Flyjaya Airlines untuk menindaklanjuti rencana pembukaan rute. Dalam rapat tersebut, dilakukan survei kesiapan bandara," ungkap Agung.

Rencananya, penerbangan ke Karimunjawa akan dilayani oleh pesawat ATR-72 dengan kapasitas 70 kursi, yang berbasis di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta.

Terdapat dua skema kerja sama yang diusulkan melalui konsep block seat dengan Flyjaya Airlines, yaitu melalui sistem carter atau kemitraan dengan pembelian minimal 50 kursi per penerbangan.

“Mayoritas pelaku pariwisata di Karimunjawa juga mendukung pembukaan rute dari Semarang. Kami berharap, ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah hingga 10 persen, baik dari wisatawan lokal maupun mancanegara,” pungkas Agung.

Kamu setuju nggak kalau ada rute penerbangan ini, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)&nbsp;

Inibaru.id - Pasca pandemi Covid-19, Bandara Dewandaru di Karimunjawa masih belum melayani penerbangan rute Semarang-Karimunjawa. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong pembukaan kembali jalur penerbangan tersebut.

"Saat ini sedang dilakukan penjajakan untuk rute penerbangan HLP-JOG-KBW-SRG oleh Flyjaya Airlines. Proses pembahasannya masih berjalan dengan berbagai pemangku kepentingan terkait," ujar Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Agung Hariyadi, pada Jumat (8/11/2024).

Agung menyatakan, pembukaan rute ini bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah, terutama ke destinasi Karimunjawa di Kabupaten Jepara.

Untuk memajukan kembali pariwisata Karimunjawa, Pemerintah Jawa Tengah mendorong untuk dibukanya kembali rute penerbangan ke Karimunjawa.

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

Inibaru.id - Di atas daun pisang yang digelar memanjang di pinggir aliran sungai, nasi iriban tersaji. Ayam kampung bakar dan sayur urap menjadi pelengkap hidangan dalam Tradisi Iriban tersebut. Namun, kini nggak harus menunggu tradisi bersih sungai itu digelar untuk menikmati penganan khas lereng Gunung Ungaran tersebut.
Nasi iriban bisa kamu nikmati di Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep yang berada di Embung Sembligo, Dusun Indrokilo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, setiap Minggu Pon. Bukan digelar untuk dimakan bersama, nasi iriban di sana dibungkus dengan daun jati yang berlapis daun pisang dan daun aren.
Seporsi nasi iriban berisi nasi putih, sayur urap, ayam kampung bakar, tempe bacem, dan ikan asin. Nggak hanya ayam yang dibakar, sayur urap yang terdiri atas daun singkong dan daun pepaya yang diurap dengan parutan kelapa berbumbu itu juga dibakar di dalam bambu.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%202.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Potongan daging ayam kampung yang dibakar sebagai lauk isi Nasi Iriban. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)&nbsp;</code>
Oya, nasi iriban merupakan sajian wajib pada Tradisi Iriban, sebuah warisan budaya yang telah melekat dalam keseharian warga Desa Lerep. Tradisi berupa bersih sungai itu konon telah dilakukan warga setempat sejak zaman dulu.
Lantaran tradisi yang digelar dua kali dalam setahun, yakni tiap Rabu Kliwon, tersebut masih lestari, resep nasi iriban pun setali tiga uang. Nggak sedikit generasi muda yang masih familiar dengan sajian khas ini karena mereka juga turut terlibat dalam Tradisi Iriban, dan kini Pasar Kuliner Desa Lerep.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%203.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Penjual Nasi Iriban di Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep yang menggunakan pakaian tradisional. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)&nbsp;</code>
Sudarmi, salah seorang penjual di pasar kuliner ini mengatakan, nasi iriban adalah makanan sehat karena mengandung bahan kimia buatan yang membahayakan kesehatan.
&ldquo;Ini semua bahan alami,&rdquo; ujarnya sambil membungkus nasi iriban, &ldquo;Saya juga nggak memakai micin (vetsin), tapi rempah-rempah alami yang diolah dengan cara tradisional biar rasanya tetap sedap.&rdquo;
Perlu kamu tahu, nasi iriban termasuk penganan yang paling diburu pada Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep. Jadi, jangan telat datangnya dan bersiaplah mengantre. Seporsi nasi iriban cuma dibanderol Rp 10 ribu saja. Tertarik untuk mencoba? (Lala Nilawanti/E03)

Sekarang kamu bisa menikmati Nasi iriban di Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep. Nggak hanya ayam kampungnya dibakar, sayur urapnya juga setali tiga uang. Hmmm! 

Icip-Icip Nasi Iriban, Kuliner Tempo Dulu dari Desa Lerep

Inibaru.id - Menyambangi Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep (DWL) seperti masuk ke lorong waktu. Lapak-lapak dari welit (bilah bambu), kostum ala masyarakat Jawa tempo dulu, alat pembayaran berupa koin kayu, dan menu kuliner tradisionalnya yang legit ibarat mesin waktu yang berhasil membawa saya ke masa lalu. &nbsp;
Kendati ngggak sepopuler pasar tematik macam Pasar Papringan di Temanggung, pasar kuliner di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, ini nggak salah seru, lo. Seperti namanya, pasar yang digelar saban Minggu Pon itu menawarkan pelbagai penganan "langka" yang mungkin nggak kamu temukan dalam keseharian.
Kamu yang tinggal di Semarang dan sekitarnya tentu harus menyambangi pasar yang baru buka April 2019 lalu tersebut. Di sana, kamu bisa mencicipi berbagai menu kuliner khas Desa Lerep seperti Nasi Iriban, Bubur Suwek, Lodhek, Kopi Klotok, dan Dawet Nganten. Nggak hanya unik namanya, rasanya pun enak.
Selain itu, kamu juga bisa mencicipi penganan zadul dari berbagai daerah, mulai dari Gethuk Ndeler, Kemplang, Nasi Awot-awot, Sego Megono, hingga Serabi Caonan yang mungkin asing di telingamu.
<img src="/nuploads/106/Pasar%20Desa%20Wisata%20Lerep_Lala3.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Koin kayu jati sebagai alat tukar di Pasar Kuliner DWL. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
<h2>Suasana Pedesaan Masa Lalu </h2>
Nggak jauh berbeda dengan pasar tematik yang belakangan marak di sejumlah wilayah di Tanah Air, Pasar Kuliner DWL juga menawarkan suasana pedesaan pada masa lalu. Menyambangi tempat ini, saya seperti sedang syuting film kolosal macam Wiro Sableng atau Pendekar Tongkat Emas. Ha-ha.
Untuk membayar makanan, saya harus menggunakan koin khusus dari potongan kayu jati. Alat tukar khusus ini bisa saya dapatkan di kasir.
Semua penjual yang ada di pasar ini juga berpakaian tradisional. Ada yang mengenakan atasan lurik cokelat atau hijau dengan bawahan batik. Ada pula yang menggunakan kebaya. Lengkap dengan iket batik atau topi caping bambu bagi para laki-laki, para penjual yang merupakan warga Desa Lerep itu luwes melayani pembeli.
Selain itu, lapak-lapak yang terbuat dari welit dan bambu beratap daun rumbia kering juga sungguh zadul, benar-benar membawa jauh ke zaman sebelum saya dilahirkan. Lapak-lapak itu berjajar rapi. Di depan tiap lapak terdapat tampah bambu bertuliskan jenis dagangan yang dijual.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%203.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Penjual Nasi Iriban di Pasar Kuliner DWL. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
<h2>Anti-plastik</h2>
Selama pasar kuliner berlangsung, jangan harap kamu menemukan plastik di tempat ini, baik sebagai pembugkus atau tempat makanan dan minuman yang mereka jual. Pasar Kuliner DWL memang menerapkan konsep anti-plastik. Seluruh peralatan makan dan minum di sana nggak memakai plastik.
Sebagai gantinya, makanan yang kamu beli bakal dibungkus daun jati, daun pisang, daun aren, batok kelapa, anyaman bambu, dan mangkok atau piring dari kramik tanah liat. Sendoknya juga terbuat dari kayu, sedangkan gelasnya berbahan seng dan kaca.
Hasanudin, salah seorang perangkat desa di Lerep mengatakan, back to nature memang menjadi konsep yang ditonjolkan di pasar kuliner tersebut.
"Pakai bahan alam yang mudah kami dapat seperti dedaunan dan bambu yang tumbuh di kebun kami,&rdquo; tutur lelaki yang sedang berjaga di loket penukaran koin.
Selama pasar kuliner berlangsung, kamu juga bakal diiring klenengan musik gamelan yang bikin suasana tambah nyes dan syahdu. Duh, saat memejamkan mata, saya benar-benar merasa sedang berada di masa lampau, lalu ada derap kuda mendekat, lalu ada rombongan perampok, lalu saya diculik! Ha-ha.
<img src="/nuploads/106/Nasi%20Iriban_Lala%202.jpg" alt="" width="1440" height="800" />
<code>Potongan ayam bakar di Nasi Iriban. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
Meski menyambangi pasar tematik semacam ini bukanlah yang pertama bagi saya, Pasar Kuliner DWL tetap menawarkan rasa yang berbeda. Kamu yang pengin menikmati kuliner zadul yang unik nan enak di Semarang, silakan mampir ke sini ya! Ingat, tiap Minggu Pon! (Lala Nilawanti/E03)

Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep jadi salah satu pasar tematik di Semarang. Kamu harus datang dan cobain jajanan tempo dulunya ya. Suasana zadulnya totalitas deh!

Berasa Syuting Wiro Sableng, Berburu Penganan Zadul di Pasar Kuliner Desa Wisata Lerep

Inibaru.id - Bukan kali pertama saya menyambangi kandang sapi di Desa lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, ini. Peternakan Sapi Indrokilo namanya. Tujuan saya satu, yakni menjajal memerah susu sapi. Namun, lantaran selalu kesorean, para peternak biasanya sudah selesai memerah.
Ketika kesempatan itu datang belum lama ini, saya mencoba nggak menyia-nyiakannya. Datang ke kandang sekitar pukul 16.00 WIB, saya bertemu Jembar Nugroho dan dua rekannya yang tengah sibuk memerah sapi mereka, lalu mengutarakan keinginan. Gayung bersambut, saya diperbolehkan melihat lebih dekat.
Kandang Jembar berisikan 15 ekor sapi. Sebelum diperah, kandang akan dibersihkan terlebih dahulu. Sapi-sapi juga dimandikan, lalu diberi makan. Setelah semua "ritual" itu tuntas, sapi baru diperah susunya.
Untuk memerah, Jembar menggunakan dua cara: manual memakai tangan dan menggunakan mesin pemerah. Dua cara itu dilakukan dengan sterilisasi yang cukup baik.
<img src="/nuploads/106/Peternakan%20Sapi%20Indrokilo_Lala2.jpg" alt="" width="1069" height="800" />
<code>Jembar Nugroho sedang memerah susu sapi menggunakan mesin. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
<h2>Mengurungkan Niat</h2>
Saat Jembar menawari saya untuk mencoba memerah susu sapi, keberanian saya menciut. Kendati sempat menggebu-gebu, nyali saya hilang begitu melihat sapi-sapi itu dari dekat. Saya takut sapi yang tampak begitu besar itu merasa nggak nyaman, lalu menendang saya yang rapuh ini. Hiiii!
Sedih sih, tapi ya sudahlah! Untuk menghibur diri, saya pun membeli seliter susu murni hasil perahan itu. Susu seharga Rp 6.000 kemudian saya rebus di tempat kenalan saya di Desa Lerep. Dengan tambahan sesendok gula pasir, susu sapi hangat ini terasa gurih dan nikmat.
Jembar biasa memerah sapi dua kali dalam sehari. Dia biasa berangkat ke kandang setelah salat Subuh dan Asar. So, kalau kamu pengin melihat sendiri proses memerah susu sapi, datanglah ke kandang sekitar waktu itu ya, Millens.&nbsp;
<img src="/nuploads/106/Peternakan%20Sapi%20Indrokilo_Lala3.jpg" alt="" width="1069" height="800" />
<code>Pembeli susu sapi murni hasil perahan Jembar Nugroho. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)&nbsp;</code>
Dia bercerita, saat ini Peternakan Sapi Indrokilo memang sudah nggak seramai dulu. Dulu, ketika Pokdarwis Lerep masih mengarahkan wisatawan ke peternakan untuk wisata edukasi pemerahan susu, tempatnya lumayan ramai. Jadi, kalau ada yang pengin melihat pemerahan, Jembar mempersilakan siapa pun untuk langsung datang saja.
"Tinggal datang saja ke sini, Mbak!" kata dia, santai.
Nah, sudah dipersilakan, tuh! Sudah tahu juga kapan bisa ke sana, kan? Eits, tapi kalau berniat memerah susu sapi, siapkan mentalmu dulu, ya! Jangan cemen seperti saya! Ha-ha. (Lala Nilawanti/E03)

Suka susu sapi seperti saya dan pengin memerah susu sapi dengan tangan sendiri? Silakan menyambangi Peternakan Sapi Indrokilo. Hm, pengalaman yang, err, begitulah! Ha-ha.

Setelah Sekian Lama, Kesampaian Juga Memerah Susu Sapi di Peternakan Indrokilo!

Inibaru.id - Siang itu Semarang begitu terik. Saya yang bertolak dari Bergas, Kabupaten Semarang, menuju pusat kota akhirnya menyerah dan berencana ngadem&nbsp;dulu di Alun-alun Ungaran. Namun, saya lalu teringat pada tempat sejuk yang berada nggak jauh dari sana, yakni&nbsp; Curug Indrokilo.
Kunjungan saya ke curug yang berada di Dusun Indrokilo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, ini bukanlah yang pertama. Saya mengenal lokawisata "perawan" itu saat KKN di dusun tersebut sekitar Januari lalu. Tempatnya sejuk, indah, dan bikin betah.
Lantaran belum dikelola baik, perjalanan menuju air terjun ini tidaklah mudah. Kamu perlu berjalan kaki sekitar 15 menit dengan kondisi jalan yang naik-turun. Sekadar saran, bawalah air minum, biar nggak kehausan seperti saya, karena sepanjang jalan, setahu saya nggak ada yang berjualan air minum.
Eits, tapi jalan yang terjal dan rasa dahaga nggak bakal terasa, kok! Kaki saya ringan melangkah di jalan yang sudah dicor, meski ada beberapa bagian yang masih berupa susunan batu. Perkebunan kopi dan aren, serta kebun heterogen warga, di sepanjang jalan bikin perjalanan saya santuy.
<h2>Sedikit Kecewa</h2>
Nggak lama, gemericik air terjun terdengar dari kejauhan, yang otomatis membuat saya mempercepat langkah. Sayang, curah air di Curug Indrokolo nggak cukup deras pada musim kemarau, jauh berbeda saat saya berkunjung pada Januari lalu. Saya sedikit kecewa, tapi, ya, sudahlah!
<img src="/nuploads/106/Curug%20Indrokilo_Lala.jpg" alt="" width="1200" height="800" />
<code>Curug Indrokilo tampak dekat. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)&nbsp;</code>
Air masih nggrojok dari ketinggian menuju perengan batu yang menghitam dan pada beberapa sisi ditumbuhi lumut hijau. Seperti kali pertama berkunjung ke sini, saya kembali meminum airnya yang dingin dan segar. Dari penuturan warga, air itu layak diminum lantaran berasal dari mata air di sekitar air terjun.
Oya, untuk masuk ke Curug Indrokilo, kamu nggak perlu membayar tiket masuk karena memang air terjun setinggi sekitar 10 meter itu belum dikelola secara profesional. Lagipula, belum banyak wisatawan yang menyambangi tempat ini, kecuali petualang seperti saya! Ha-ha.
Saya merasa beruntung mengenal curug itu. Sebagai penyuka ketenangan, tempat tersebut selalu berhasil membuat saya melarikan diri dari rutinitas di perkotaan yang lumayan padat. Suasana yang asri, juga sama sekali nggak ada sampah plastik berserakan, betul-betul membuat saya betah berlama-lama di Curug Indrokilo.
Nah, kamu yang pengin menepi sejenak dari hiruk-pikuk Kota Semarang, nggak ada salahnya menyambangi tempat ini. Namun, ingat, bawa minum, biar nggak kehausan kayak saya! Ha-ha. (Lala Nilawanti/E03)

Curug Indrokilo cocok untuk kamu yang sedang mencari suasana sejuk di tengah musim panas seperti sekarang ini. Kamu juga bisa menikmati asrinya Curug Indrokilo dengan tenang karena masih jarang orang yang datang ke curug tersebut.

Siang-Siang Daycation ke Curug Indrokilo, Menepi Sejenak dari Panasnya Semarang

Inibaru.id - Olahan ayam berbalut tepung menjadi salah satu menu yang paling banyak disajikan di kedai atau restoran cepat saji. Nggak hanya dimakan dengan saus sambal, ayam tepung belakangan juga disajikan dengan dibalut saus kental atau keju leleh. Salah satunya bisa kamu temukan pada masakan Chicken Fighter Mozarella.
Kamu yang tinggal di sekitar Universitas Negeri Semarang (Unnes) tentu nggak asing dengan menu tersebut. Yap, mozarella menjadi varian menu di Kedai Chicken Fighter yang membuat masakan ini berbeda dari kebanyakan olahan ayam tepung di pasaran.
Oya, perlu kamu tahu, Chicken Fighter merupakan kedai ayam tepung krispi yang, salah satunya, beralamat di Jalan Patemon, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Dari Unnes, jaraknya mungkin sekitar 1,5 kilometer saja. Selain di Gunungpati, kedai milik Selfira Melarosa itu juga punya cabang di Tembalang, Ungaran, dan Tuntang (Salatiga).
Satu hal yang membedakan ayam krispi di Chicken Fighter dengan kedai lain adalah sausnya yang cukup menggugah selera. Selfira mengatakan, saus merah yang diberi nama "saus fighter" ini terinspirasi dari saus barbeku yang asam ala Korea. Butuh sejumlah percobaan baginya untuk menemukan rasa seperti yang sekarang.
"Dari saus barbeku ala Korea, saya berinovasi, menyesuaikannya dengan lidah orang Indonesia," tuturnya.
Dia menambahkan, rahasia dari saus bikinannya sendiri tersebut terletak pada kombinasi rempah-rempah di dalamnya.
<img src="/nuploads/106/Chicken%20Fighter%20Mozarella_Lala.jpg" alt="Hidangan komplit paker Chicken Fighter Mozarella dan es teh jumbo. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)" width="1200" height="800" />
<code>Menu unggulan di Chicken Figter. (Inibaru.id/ Lala Nilawanti)</code>
Agak berbeda dengan saus barbeku pedas di sejumlah kedai fast food terkenal di Indonesia, saus fighter memiliki tekstur lebih kental dan kaya rempah. Irisan bawang bombai, lada hitam, dan bumbu rempah lainnya membuat saus ini cukup dominan. Kamu juga bisa memilih tingkat kepedasannya, dari satu hingga empat.
Mencicipi saus tersebut, kamu bakal menikmati rasa asam, manis, dan pedas yang cukup nge-blend di mulut. Dipadu dengan kenyalnya ayam krispi berbumbu dan berlumur mozarella leleh, kamu bakal menikmati sensasi rasa asin, gurih, pedas, asam, dan manis, dalam satu hidangan.
<h2>Makanlah Selagi Hangat!</h2>
Lantaran ber-topping lelehan keju mozarella, ada baiknya kamu menikmati Chicken Fighter Mozarella selagi hangat, karena mozarella bakal menggumpal kalau sudah dingin dan ayam jadi kurang enak disantap.
Seporsi Chicken Fighter Mozarella lengkap dengan nasi dan teh berukuran jumbo dibanderol dengan harga Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu, tergantung paket apa yang kamu pilih. Di sana biasanya tersedia paket sayap, paha bawah, dada, dan paha atas.
Selain menu mozarella, juga bisa memesan paket ayam krispi biasa atau ayam geprek. Kudapan macam kentang goreng dan singkong goreng keju juga ada. Hm, pilihan yang cukup beragam!
Eh, eh, sudah jam makan siang nih! Kalau pengin, segera sambangi Chicken Fighter di sekitar tempat tinggalmu ya! (Lala Nilawanti/E03)

Perpaduan saus pedas dengan lelehan keju mozarella yang membalut ayam tepung krispi, siapa yang bisa menolaknya?