Inibaru.id - Ada yang tahu daerah Watugong? Yap, itu merupakan sebuah kawasan yang berada di jalanan lintas Semarang dan Ungaran. Tepatnya ada di Kecamatan Pudak Payung. Di daerah Watugong tersebut juga berdiri tempat beribadah umat Budha yang bernama Vihara Budhagaya Watugong.
Nama Watugong ternyata berasal dari sebuah batu yang berbentuk gong. Batu tersebut sekarang ditempatkan di Vihara. Nah, asal-usul watugong tersebut ternyata memiliki dua versi.
Hal itu dikatakan oleh Kasiri, pengelola Vihara Budhagaya Watugong. Menurutnya ada dua versi, yakni dari kacamata babad tanah jawi dan umat Budha
Yang pertama bedasarkan buku Babad Tanah Jawa, Watugong ini ditemukan oleh Sunan Kalijaga.
Waktu itu Sunan Kalijaga sedang mencari soko guru (tiang penyangga) Masjid Agung Demak. Dalam perjalanan Sunan Kalijaga mendapati pohon jati yang berpindah-pindah saat ditebang, hingga kemudian sekarang dinamakan dengan “Jatingaleh”.
Setelah selesai dengan itu, dia berseteru dengan sesosok makhluk halus yang bernama Wewe Gombel. Dari situ munculah nama “Bukit Gombel”. Pada perjalanan berikutnyalah dia mendengar suara gong dari dalam tanah. Yang kemudian dinamakan dengan “Watugong”.
“Dalam versi ini Watugong ditemukan tatkala Sunan Kalijaga melakukan perjalanan mencari soko guru,” ujar Kasiri.
Pengunjung mengabadikan diri di Watugong. (Inibaru.id/ Audrian F)
Kemudian ada versi lain lagi yaitu dari kacamata umat Budha. Kalau yang ini penemunya adalah Goei Thwan Ling, seorang hartawan. Dulu dia adalah pemilik tanah yang sekarang berdiri Vihara Budhagaya Watugong ini.
Ceritanya, Goei Thwan Ling terkesan dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita yang memimpin perayaan Waisak 2549 (1955) di Candi Borobudur. Karena itulah, Goei Thwan Ling menghibahkan tanahnya untuk dijadikan tempat ibadah umat Budha
“Goei Thwan Ling adalah penemu versi kedua. Kemudian dibangunlah Vihara Watugong ini. Dulu belum berbentuk bangunan. Masih Vihara kecil dari kayu,” ungkap Kasiri.
Letak Watugong saat itu masih berada di pinggir jalan. Namun karena adanya pelebaran jalan jadi harus dipindah ke bagian depan vihara. Sekaligus sebagai penanda masuk dengan Gerbang Sanchi. Kasiri juga menambahkan kalau watugong itu berbahan “andesit”.
Oh, jadi seperti itu ya, Millens, sejarah watugong yang sering kamu lewati. Kamu sendiri lebih percaya dengan versi yang mana? (Audrian F/E05)