Inibaru.id – Iro Menggolo, Dipo Menggolo, dan Djiwo Diharjo mungkin menjadi nama-nama yang asing bagi sebagian orang. Namun, bagi pengrajin dan penggemar keris di Yogyakarta, nama-nama tersebut merupakan legenda. Mereka adalah pembuat keris yang berasal dari Desa Banyusumurup, Kecamatan Imogiri, Bantul.
Jika kamu pergi ke sana, pelbagai jenis keris bakal kamu jumpai dengan mudah. Mulai dari yang sekadar untuk hiasan hingga pusaka, dijual sesuai selera dan kebutuhan. Gagang keris biasanya dibuat dari kayu asem. Sementara untuk masalah model, terdapat beberapa model yakni Solo, Yogya, singa, dan naga.
Model Solo memiliki ukuran dan bentuk yang lebih besar ketimbang model Yogya. Sementara itu, model Yogya memiliki lengkungan yang nggak kamu jumpai di keris model Solo. Untuk keris model Singa dan Naga, kamu harus menanyakannya lebih dulu ke pengrajin. Ini karena kedua model tersebut dijual secara terbatas.
Lempengan kuning menjadi bahan pembuatan keris. Lempengan ini dipatri hingga bentuknya menyerupai sarung keris. Jika sudah terbentuk, lempengan kemudian ditatah menggunakan aspal sebagai alasnya. Penatahan sesuai motif yang diinginkan konsumen lantas dimulai. Warangka, lempengan berbentuk sarung keris, kemudian dipoles menggunakan larutan yang bersifat asam seperti HCI.
Dalam sehari, seorang pengrajin biasanya bisa menghasilkan dua warangka. Semakin mahal keris yang kamu pesan, semakin rumit pula proses pembuatannya.
Terdapat ritual-ritual khusus seperti puasa makan dan minum, puasa tidur, puasa berbicara, hingga puasa berjalan. Wah, wah, ternyata untuk menjadi seorang Mpu pun nggak sembarangan ya.
Gimana, masih tertarik belajar bikin keris? Nggak ada salahnya mencoba bikin. Siapa tahu, dari tanganmu, kamu bisa menghasilkan keris dengan kesaktian dan nilai ekonomi yang tinggi. Kapan kamu ke desa ini, Millens? (IB15/E03)