inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Mengenal Tari Kretek, Warisan Budaya Kudus yang Pecahkan Rekor Muri
Kamis, 6 Mar 2025 12:11
Penulis:
Bagikan:
Ribuan penari bergerak serentak, menciptakan harmoni gerakan yang spektakuler dan memikat para penonton, akhir Februari lalu. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Ribuan penari bergerak serentak, menciptakan harmoni gerakan yang spektakuler dan memikat para penonton, akhir Februari lalu. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Ribuan orang yang memeragakan Tari Kretek di Simpang Tujuh Kudus belum lama ini menunjukkan bahwa warisan budaya itu belum mati dan masih diminati generasi muda

Inibaru.id – Sebanyak 1.405 penari bergerak serempak di Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus pada Sabtu, 22 Februari 2025 lalu. Memeragakan Tari Kretek, aksi ribuan penari itu kemudian diganjar dengan Rekor Muri sebagai “Pagelaran Tari Kretek dengan Peserta Terbanyak”.

Selama ini memang belum pernah ada tari kretek yang diperagakan hingga ribuan orang, kecuali hari itu. Jangankan menari, bahkan nggak semua orang di Kudus mengenal tarian yang bercerita tentang proses pembuatan rokok kretek tersebut meski sudah menjadi bagian dari Kudus selama empat dekade.

Sedikit informasi, kretek adalah sebutan untuk produk rokok khas Nusantara yang diisap para bumiputera pada akhir abad ke-19. Rokok yang saat dibakar berbunyi "kretek-kretek" itu diyakini ditemukan oleh orang Kudus bernama Haji Jamhari.

Di Kudus, kretek dianggap sebagai identitas kota. Banyak seniman kemudian mengaitkan kekhasan Kudus dengan kretek, termasuk Tari Kretek yang menggambarkan proses meracik rokok yang dimulai dengan pemilihan tembakau hingga penjualan batang rokok tersebut.

Kelahiran Tari Kretek

Dengan busana seragam, ribuan penari memeragakan Tari Kretek yang membuat penampilan itu diganjar rekor Muri. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)
Dengan busana seragam, ribuan penari memeragakan Tari Kretek yang membuat penampilan itu diganjar rekor Muri. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Keberadaan Tari Kretek di Kudus nggak lepas dari buah pikir sosok seniman Endang Tonny yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seni tari dalam waktu yang sangat lama. Perempuan 62 tahun ini kali pertama memperkenalkan tarian tersebut pada 1986.

"Saya tidak pernah menyangka Tari Kretek akan menjadi kebanggaan masyarakat hingga sekarang," terangnya baru-baru ini.

Endang bercerita, ihwal mula penciptaan Tari Kretek nggak lepas dari peran Soepardjo Rustam yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sekaligus Gubernur Jawa Tengah. Dalam peresmian Museum Kretek pada 1986, Soepardjo mengusulkan agar Kudus memiliki tarian khas sebagai identitas budaya daerah.

Permintaan tersebut kemudian dipercayakan kepada Endang yang kala itu dikenal sebagai talenta tari berbakat di Kota Kretek. Berbekal kegemarannya terhadap seni tari sejak kecil dan pengalaman menciptakan berbagai tarian, Endang menerima tantangan ini.

Penelitian di Pabrik Rokok

Para penari Tari Kretek menampilkan pertunjukan memukau di Alun-Alun Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)
Para penari Tari Kretek menampilkan pertunjukan memukau di Alun-Alun Kudus. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Setelah menerima mandat, Endang nggak serta-merta menciptakan tarian, tapi terlebih dulu melakukan penelitian di pabrik rokok kretek. Setelah sekitar 1-2 bulan mengamati gerakan para pekerja, mulai dari memilih tembakau, merajang, menggulung, hingga mengemas, dia pun mulai membuat koreografi.

“Butuh sekitar dua hingga tiga bulan untuk menyusun gerakan yang pas. Saya harus benar-benar memahami bagaimana proses produksi rokok kretek agar bisa direpresentasikan dalam tarian,” ujar Endang.

Dalam proses penciptaan Tari Kretek, Endang nggak bekerja sendiri. Dia dibantu mendiang Supriyadi, sang suami yang berperan dalam menciptakan musik pengiring. Sebelum ada musik pengiring, Endang mengaku melatih gerakan tari diiringi suara Supriyadi.

"Setelah gerakan tari terbentuk sempurna, barulah diciptakan musik pengiring memakai gamelan dan alat musik tradisional lain," jelasnya.

Perkembangan Tari Kretek

Dalam durasi sekitar 10 menit, ribuan penari memadati Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus dalam upaya memecahkan Rekor Muri. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)
Dalam durasi sekitar 10 menit, ribuan penari memadati Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus dalam upaya memecahkan Rekor Muri. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Tarian berdurasi 10 menit 27 detik dengan peranti utama caping dan tampah itu terdiri atas tiga bagian utama, yakni gerakan pembuka yang menggambarkan para pekerja perempuan yang datang ke pabrik; gerakan inti yang menunjukkan proses pembuatan rokok kretek mulai dari memilah hingga menggulung tembakau; dan gerakan penutup yang memeragakan cara pemasaran rokok tersebut.

Semula, Tari Kretek hanya ditampilkan secara sederhana dalam acara penyambutan tamu kehormatan di kisaran Kudus. Namun, seiring perkembangan waktu, tari ini mulai dipentaskan dalam berbagai event nasional maupun internasional, termasuk turut tampil di acara kesenian di Jepang dan Tiongkok.

Menurut Endang, keberhasilan Tari Kretek nggak hanya diukur dari seberapa sering tarian ini dipentaskan atau seberapa banyak penghargaan yang diraih. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana generasi muda mau belajar dan melestarikan warisan budaya ini agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

“Saya ingin Tari Kretek tetap lestari, tidak hanya dikenal sebagai warisan budaya, tapi juga terus dipelajari oleh anak muda. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” ujar pemilik Sanggar Seni Puring Sari Kudus tersebut penuh harap.

Setelah puluhan tahun menjadi bagian nggak terpisahkan dari Kudus, Tari Kretek kini menghadapi tantangannya sendiri, yakni tetap diminati atau akan dilupakan generasi mendatang. Namun, melihat ribuan penari yang tampak luwes memeragakan tarian itu di Simpang Tujuh, harusnya masih bisa bernafas panjang, ya? (Imam Khanafi/E03)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved