Inibaru.id – Folklor Jawa, khususnya yang berasal dari bahasa lisan, acap mengisahkan hubungan asmara nggak hanya antarmanusia, tapi juga antara manusia dengan makhluk khayangan, misalnya Kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari.
Salah satu folklor populer dari Jawa ini bercerita tentang seorang pemuda yang menikahi bidadari dari khayangan. Jaka Tarub namanya, yang digambarkan sebagai seorang lelaki tampan yang gagah, sakti, dan populer di desanya. Pekerjaannya mengumpulkan kayu.
Suatu hari, saat sedang mencari kayu di hutan, Jaka Tarub mendengar suara senda gurau beberapa perempuan dari arah air terjun. Penasaran, dia pun mengintai dan mendapati beberapa perempuan tengah mandi di gerojokan tersebut. Mereka adalah para bidadari dari khayangan.
Terpikat dengan kemolekan para bidadari itu, Jaka Tarub pun mengambil salah satu selendang mereka, yang ternyata adalah kepunyaan Nawang Wulan. Kehilangan selendang, Nawang Wulan nggak bisa pulang ke khayangan dan ditinggalkan kawanannya.
Nawang Wulan yang malang kemudian didatangi Jaka Tarub yang pura-pura iba. Singkat cerita, sang bidadari dibawa pulang. Nggak lama berselang keduanya menikah, kemudian dikaruniai seorang anak perempuan.
Dari Mana Inspirasi Kisah Jaka Tarub?
Nggak ada yang tahu dari mana inspirasi kisah Jaka Tarub ini, tapi cerita itulah yang paling populer dan berkembang sangat luas. Di banyak tempat, kamu juga bisa mendengar kisah air terjun tempat bidadari tersebut mandi. Namun, nggak ada yang bisa memastikan kebenarannya.
Sebagian orang warga Ngawi, Jawa Timur, bahkan percaya, kisah itu berasal dari sana. Buktinya adalah reruntuhan makam di Desa Widodaren yang diyakini kepunyaan Jaka Tarub, pemuda bergelar Ki Ageng Tarub yang hidup sekitar abad ke-14. Benarkah? Nggak ada yang tahu.
Jaka Tarub memang punya banyak versi, salah satunya yang dituturkan Dhamar Shashangka dalam novelnya, Sabda Palon: Tonggak Bumi Jawa. Dia menuliskan, Dewi Nawang Wulan bukanlah bidadari, tapi gadis cantik dari Tanah Sunda.
Hal ini diungkapkan Jaka Tarub kepada putrinya, Dewi Nawangsih, yang sudah berusia 17 tahun. Fakta ini mengejutkan Nawangsih, karena sebelumnya dia yakin bahwa ibunya adalah bidadari khayangan. Sang ayah mengatakan, ibunya adalah salah satu dari tujuh gadis Prahyangan yang datang ke Tarub.
Kisah Jaka Tarub dan 7 Gadis Prahyangan
Tarub adalah satu desa kecil yang berada di tengah hutan lebat. Ketujuh gadis yang datang ke Tarub ini lahir dari rahim perempuan Jawa. Mereka datang atas perintah ayahnya yang merupakan tiga brahmana Prahyangan, yakni Danghyang Ragasuci, Danghyang Langlangwisesa, dan Danghyang Wulungan.
Berdasarkan "petunjuk gaib", para gadis itu harus mengembara ke timur menuju tempat yang disebut amajang wulan tinaruban atau tempat di bawah cahaya bulan yang bernaung tarub. Suatu hari, tibalah mereka di tempat yang sesuai gambaran wangsit dan bertemu awuku Jaka Tarub.
Ketujuh gadis itu kemudian meminta Jaka Tarub memilih salah seorang dari mereka untuk dinikahi. Pilihan jatuh ke Rara Purwaci; lalu keduanya menikah. Namun, identitas asli Rara Purwaci terpaksa disembunyikan karena Jaka Tarub adalah kesatria yang berasal dari kaum sudra.
Berdasarkan Dharmasastra, kitab hukum Hindu kala itu, Sudra adalah kasta terendah yang nggak boleh menikah dengan Brahmana. Rara Purwaci yang merupakan seorang brahmana pun harus memilih identitasnya. lalu berganti nama menjadi Dewi Nawang Wulan.
Gimana, gimana, kamu lebih suka cerita versi populer atau yang terakhir ini, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E03)